Gue masih inget tanggalnya, 25 Desember 2017, dua hari sebelum gue nonton Theater JKT48 di FX Sudirman. Gue diajak Abang ke Bogor buat ketemu pathner acara meet up. Sholawat Bareng Namanya. Hari itu gue pake kemeja biru, di dobel kaos Panjang. Sedangkan Abang pake pakaian serba hitam dengan jaket parasut warna ungu yang katanya baru beli. Awalnya gue disuruh pake gamis dan peci dari rumah karena mau ketemu ama anak sholawat dan ketemuan di Masjid Agung Bogor.
Jawaban gue saat itu jelas nolak mentah-mentah, bukan karena nggak mau terkesan islami atau yang lainnya, gue beranggapan kalau mau rapat nggak berpengaruh dengan pakaian, yang penting pembahasan. Lagipula gue mau rapat, bukan ikut majelis. Gue juga nggak mau ketemu di dalem masjid karena kurang efesien sebagai tempat rapat.
Melajulah kita dari rumah jam 9 pagi, lewat jalan tol Jagorawi dan keluar tol kurang lebih jam setengah 11. Saat keluar tol, Abang bilang kalau janjian abis dzuhur. Bisa dibayangin nggak gue ngapain aja sambil nunggu? Salah! Kita ke Lippo Plaza Bogor nunggu kabar sambil nunggu waktu dzuhur sekaligus minta lokasi di ubah. Gue lupa alasanya apa saat itu, tapi mereka nggak setuju di Lippo. Mereka mau di foodcourt depan Masjid Agung. Jujur gue mah nggak tau apa-apa, apalagi keadaanya itu ada di Bogor. Janjian dimanapun gue pasti ikut.
Kalian harus tau dan ikut ngerasain apa yang gue rasain. Pertama gue liat ada yang ngajak salaman dan kenalan, gue hampir shock karena mereka cuma pakai kemeja, kaos biasa dan topi panda yang lagi hits. Kebayang gue pakai gamis dari rumah dan salaman sama orang yang pakai pakaian biasa? Pasti malu bukan main dan mungkin gue nggak jadi terlibat saking malunya hhahaa.
Mereka adalah Taufiq dan Edwin. Setelah salaman, kita berempat naik ke lantai paling atas tempat foodcourt itu berada. Gue jalan paling belakang sambil ngomong dalem hati dan ngelus dada dengan pakaian yang gue pakai saat itu. gue senyum-senyum sendiri, mungkin kalau ada yang ngeliat gue saat itu bakal merasa risih karena disenyumin gue sepanjang jalan. Tapi ini bener terjadi, gue emang bahagia saat itu dengan apa yang gue putuskan, yaitu nggak pakai gamis.
Kalau menurut kalian ini berlebihan, menurut gue ini penting. Bagaimana diri kita dinilai pertama adalah dari penampilan. Bagaimana sebuah hubungan terjalin juga dari penampilan. kalau ada yang bilang jangan lihat orang hanya dari penampilannya saja, gue malah nyebut itu omong kosong. Toh gue belajar komunikasi juga ada nilai penampilan dalam sebuah keberhasilan komunikasi. Tapi harus di ingat, kita nggak boleh berprasangka buruk terhadap seseorang cuma dari penampilannya saja ya Gens!
KAMU SEDANG MEMBACA
Yuk Hijrah
Short StoryYuk Hijrah adalah jurnal perjalanan gue dalam kegiatan Milad Sholawat Bareng yang ditulis berdasarkan fakta tanpa rekasaya dan pastinya berakhir bahagia