Debat Desain

1.1K 33 3
                                    

DEBAT DESAIN

Pertemuan pertama itu garing banget kaya rangginang yang digoreng di minyak panas. Sedikit ngomong, sedikit basa-basi, sedikit orang, dan sedikit pengetahuan. Bisa dibilang gue masih nggak paham konsep saat itu, dan yang lainnya juga belum begitu paham kepanitiaan acara dan lain sebagainya. Oiya, saat kita ngobrol itu, ada lagi yang dateng. Seinget gue itu Nida dan 3 orang lainnya. Gue nggak inget siapa aja, yang jelas mereka jauh-jauh rumahnya dan udah saling kenal. Kalau ada yang mikir suasana jadi cair setelah nambah orang, itu salah. Suasana tetap garing sama kaya diawal.

Sebenernya sebelum gue dan Abang ketemu Taufiq dan Edwin, kita salah masuk Swalayan. Di depan Masjid Agung itu ada dua Swalayan. Awalnya kita masuk swalayan yang di kanan. Gue masuk ampe muter-muter dan nggak nemu adanya foodcourt. Sempet gue nanya orang yang ada di dalem swalayan itu, dan katanya emang nggak ada foodcourt. Merasa dibodohin, gue keluar lagi dan nanya sama akang parking (panggilannya akang, kan lagi di Bogor) katanya foodcourt adanya di Swalayan sebelah. Dengan muka yang terus gue control, gue ke luar parkiran dan jalan ke Gedung sebelah tanpa merasa ada kesalahan sebelumnya.

Di tanggal yang sama, dibentuklah grup panitia Sholawat Bareng. Gue masih inget chat-chat awal pas grup itu dibuat. Abang bilang "Kita disini sama-sama belajar aja, supaya bisa menyukseskan acara kita nanti". Yang lain berkomentar positif dengan chat-chat yang memotivasi juga. Buat yang belum tau, gue itu jarang aktif di grup. Bukan nggak baca grup, tapi silent reader. Silent reader adalah anggota dari grup yang nggak pernah komentar, cuma baca aja gitu hhahaa. Alasannya karena kebanyakan pembahasan di dalem grup itu gue nggak paham. Ada yang pake Bahasa Sunda, ada yang ngomongin internal komunitas bukan acara. Jadi gue diem aja kaya batu ganjelan roda gerobak.

Selain gue di tunjuk sebagai tim broadcast, gue juga sebagai desain gratis. Eh desain grafis maksudnya hhehee. Jadi gue bikin poster, pamphlet dan media promosi deh intinya. Awalnya tuh gue bikin desain dengan muka Intan doang, karena emang pembicara yang sudah pasti ya cuma Intan doang. Makin lama dan makin nyaman, EH! Makin solid maksudnya. Pembicara atau pengisi acaranya makin banyak juga. Ada 6 tambahan pengisi acara selain Intan Kocet. Ada Ammer Azikra, Indrawan, Kang Fajar, Zidni dan Mila, Syihabudin, dan Hassan Hayyi.

SKIP TIME

Jadilah desain poster promosi gue dengan konsep biru kuning, dengan wajah pengisi acara yang ada di dalam segi enam. Desain itu belum pasti karena memang harus di update infonya. Buat yang belum tau, gue ini adalah seorang guru Broadcast di salah satu SMK, jadi gue ngerjain desain sepulang gue ngajar sekolah atau setelah mandi sore biasanya. Ada salah satu orang panitia yang keliatan nggak sabar sama kinerja gue yang lama. Dia ngingetin, negor, bahkan nanya desainnya sudah jadi atau belum. Gue bilang belum, karena waktu itu mau nunggu foto yang resolusinya tinggi untuk di desain. Kalau kalian paham sedikit tentang desain, setiap kita ngedesain itu perlu dan wajib menggunakan foto atau gambar yang resolusinya tinggi supaya nggak blur atau pecah bahasanya.

Saat itu gue minta foto asli yang di kirim email supaya nggak ke filter di Whatsapp. Sambil gue nunggu foto, muncullah sebuah desain poster (anggaplah saingan gue, berasa kompetisi nyanyi ada saingannya) dengan warna dominan merah dan putih yang foto pengisi acaranya di crop dan ditarik-tarik jadi agak peyang.

Maaf gue harus mengungkapkan ini, karena sebuah acara atau apapun dengan desain yang menarik akan menarik perhatian orang untuk komen, nanya, bahkan daftar. Bukan sekedar wajah pengisi acara yang ditonjolkan, atau warna ngejreng biar mencolok. Menurut gue, semua desain itu bagus, nggak ada yang jelek. Cuma biasanya kurang cocok dengan audience aja. Lagi pula gue juga nggak bilang kalau desain gue sempurna dan harus bahkan mutlak pakai desain buatan gue. Gue berani bilang, semua desainer juga pasti nggak akan diterima 100% tanpa revisi sebelumnya.

Gue lupa secara percis gimana akhirnya desain gue tetap dipake saat itu. Seinget gue Abang ngebalain gue dengan argument dan logika saat itu, tapi gue nggak inget gimana rincinya. Pengalaman di tegor dan desain di ganti membuat gue belajar. Gue belajar kalau kita punya tanggung jawab harus diselesaikan. Gue belajar kalau kita harus bisa mengatur waktu dengan baik. Dan gue belajar kalau kita harus tawadhu dan tetap tenang dalam menyelesaikan masalah.

Yuk HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang