Setelah Acara

305 18 0
                                    

Acara selesai kurang lebih jam empat sore. Acara selesai dengan kalimat-kalimat Taufiq yang mengharukan. Semua orang termasuk panitia ke depan diiringi lagu ulang tahun yang sengaja dinyanyiin pengisi acara. Lalu potong tumpeng sebagai simbolis syukuran milad pertama Sholawat Bareng. Kalau gue boleh jujur, pemotongan tumpengnya sedikit nggak terkonsep dan berantakan. Tapi nggak papa, bukan itu yang dinilai, yang dinilai adalah berhasilnya acara satu tahun Sholawat Bareng, bukan dari nasi kuningnya yang berantakan kemana-mana dan nggak dihabisin. Sayang ya Gengs! Jangan buang-buang makanan ya, mubazir!

Acara ditutup dengan ramah-tamah. Bersalaman, berfoto ria, sholawat bareng, hingga beli cd albung Ceng Zam Zam. Ketika semua peserta dan pengisi acara ke luar ruangan. Panitia berkumpul dan Abang mengungkapkan kalimat-kalimat yang membuat gue terenyuh. Dia bilang kalau keuangan minus banyak. Gue nggak tau harus berbuat apa saat itu, seketika gue diem dan berenti ngunyah. Saat itu kita lagi makan sebelum pulang. Abang cuma minta didoain supaya dapet rejeki. Secara nggak langsung Abang adalah panutan gue, bukan kekayaan atau uangnya. Tapi cara dia bertanggungjawab dan kasih sayang ke semuanya. Gue kenal Abang udah tahunan, tapi gue nggak pernah ngeliat pengorbanan dia sampe segitunya.

Abang sempet jatoh dan terbentur kepalanya dua bulan sebelum acara, yang membuatnya vacum dan cuti kerja. Dia juga ngeluarin uang buat makan kita di rumahnya, tempat tinggal, dan banyak yang nggak mungkin gue sebutin semua. Jangan bayangin uang yang keluar, dan jangan bayangin semua pengorbanannya. Gue yakin kalau dia nggak bakal ngebahas ini, tapi gue pengen kalian tau kalau Abang kaya gitu. Jangan salah paham atau ngecewain orang yang sudah berbuat maksimal tanpa pamrih. Mungkin gue nggak bisa jadi kaya Abang, tapi gue mau jadi diri gue yang sama besar nilainya. Entah kapan, tapi gue bertekad!

rE;

Yuk HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang