Chapter 07

24 5 2
                                    

#sehari sedudahnya.

Burung pagi berkicau dengan merdu di antara kerangka jendela, mataku masih tertutup rapat.
Tapi, entah kenapa jika aku tidak bangun aku akan celaka?
Ya. Aku akan celaka!

Hari ini adalah hari dimana aku akan dilatih sebagai assisten pribadi Alisa, sekaligus Fhergient.
Dengan segera aku bangkit dari tempat tidurku lalu mengambil langkah kecil kearah lemari di sudut kamar.

"........"

Mataku yang masih setengah ngantuk langsung membelalak lebar, melihat sebuah pemandangan yang begitu kyushu di dalam lemari baju tersebut.

Drees hitam dengan apron putih, di hiasi dengan bordiran nama yang membuatku hampir meledak karena amarah.

"... Aku tidak akan pernah mengenakan ini!"



"—You! Ambilkan beberapa benang lagi." ujar Len tanpa tatapan yang tertuju padaku, tentu, saat ini dia sedang fokus pada mesin penjahitnya.

Begitu juga dengan Lim, dia sibuk mengerjakan perkerjaan rumah. Menyapu, mengepel, cuci piring, dan memasak, itu semua ia lakukan dengan sanggat teliti.

"......" aku mengambil sebuah gulungan dari benang hitam yang tebalnya 0,2 cm lalu memberikannya kepada Len.

"Tunggulah sebentar lagi, bajumu pasti akan jadi."

Untuk mendengar ucapan bangga dari Len, itu wajar. Dia sebelumnya memulai menjahit dari satu jam yang lalu. Aku bahakan tidak percaya bahawa dia bisa membuat seragam pelayanku dengan sanggat rapi dalam waktu 25 menit. Di dunia yang luas memang memberikan sesuatu yang tak terduga, tapi saat ini aku berada di dunia lain, bahakan sihir adalah hal yang biasa... Jadi melihat seseorang menjahit dengan sanggat cepat hanya menimbulkan pemikiran mengagumi.

Mesin penjahit yang cukup rumit itu berhenti menamcapkan jarumnya selang Len memberhentikan pengayunannya.
Gadis dengan rambut ungu gelap itu mengerakkan tangannya dengan elegan, lalu menyeka keringatnya yang bahakan tidak ada.

"Fhuu... Cobalah, You."
Tuturnya sembari memberikan lipatan baju yang baru saja ia jahitkan kepadaku.

"... Baiklah, thanks!"
Aku segera melepaskan baju seragam sekolahku lalu dengan sengaja menyisahkan kaos putih polos untuk menutupi badanku yang kurus.

Tanpa pikir panjang aku segera mengenakan kemeja putih berlengan panjang, lalu menambahkan jas hitam dengan bordiran garis putih pada bagian kerahnya.

"......." mata ungu terang dari Len menatapku dengan sidikat yang membuatku sedikit terganggu.

"... Apakah pas?" ucapku.
Mungkin saja ada yang salah dengan rupa dari pakaian ini jika dikenakan oleh diriku.

"Tidak, itu sanggat pas untukmu..." ujar Len dengan suara yang setengah bergumam, "tapi... Ada yang kurang." lanjutnya.

"Yang kurang?"

Melihatku sejenak, lalu segera berdiri. Len berjalan ke sebuah lemari yang terletak di sampingku.

"... Ini yang kurang." ucapnya, sambil memperlihatkan sebuah kristal berbentuk segitiga.

Dengan senyuman simpul yang menghiasi bibirnya, Len segera menarik bahuku, lalu membuka kerah kemeja milikku. Dengan elegan ia memasangkan kain merah pada kerah kemejaku dan mengaitkan kristal tersebut di tengahnya, itu sekaligus sebagai penyambung.

"... Yang kurang apa hanya dasi ini?"

"Kau harus berpenampilan rapi." ujarnya sembari kembali melipat kerah kemejaku dan merapikan bekas-bekas kain yang berserak di lantai.
Aku hanya tersenyum layaknya seseorang yang di abaikan, lalu mengerakan tanganku untuk mengambil beberapa lembar kain yang tergeletak.

"Aku boleh membantu?" tanyaku dengan maksud bercanda.

"... Aku sanggat terbantu." ucapnya dengan nada acuh. Dia bahakan tidak menanggapi candaanku. Setidaknya keluarkan satu ekspresi...

Yah, bukan bercanda tujuanku. Aku segera menarik napas panjang, lalu mengendapkan beberapa di rongga dadaku. Aku akan mengatakannya.
"... Len, terimakasih ya."



#Flhasback.

"—bagaimana?"

Mungkin yang di katakan oleh Charles benar, aku tidak mempunyai uang sepeserpun dan bahakan tidak mungkin untuk memiliki tempat tinggal.

"..... Aku setuju..." ucapku dengan ragu.

Mungkin memang lebih baik, daripada harus menerima kematian dengan kasus kelaparan selama aku berada di luar.

"Baiklah! Mulsi sekarang Natsuki You, daku mengankat kamu sebagai assisten pribadi Alisa sekaligus Fhergient yang akan melindungi dirinya."



Kata-kata dari paman Charles kemarin masih sanggat membekas di ingatanku.

"Oh... Kau cepat belajar." ucap Lim, sembari terus mengerakkan pisaunya, untuk mengupas kentang.

"Ini sedikit mudah. Bagipula bukankah kamu sudah mengajariku, Lim?" ucapku dengan suara yang terdengar kecil.

"Yah, jika kamu tidak bisa itu artinya kamu gagal di dalam uji coba ini." uwah... Dia mengatakannya dengan nada yang benar-benar menakutkan.

"Si mbak mana?"

"Tadi mbakyu, pergi bersama Charles-samma..." ucap Lim, sembari beralih memotong beberapa wortel dan kubis.

"Oh... Aku lupa kalau kalian adalah assisten paman Charles."

".... Potong ini." secara tiba-tiba Lim menyorongkan potongan-potongan daging ayam.

"Tentu..."
Daging ini sudah jelas di potong dengan rapi... Tapi apa lagi yang harus kupotong?

Tapi tentu aku tidak memilih untuk mengatakannya pada Lim. Mungkin aku telah mengatakan sesuatu yang salah kepadanya....

"Setelah itu bersihkan tempat pemandian, sapu ruang 133 sampai 68, berikan jerami baru kepada kuda di belakang villa, nyalakan lentera di ruangan yang terlihat gelap, jemur pakaian yang belum kering, potong rumput di halaman depan... ***... ***... ***...***...***... Dan bantu aku untuk membeli beberapa pasokan makanan di desa sore ini."

"Uhh............." aku benar-benar jera untuk bercanda kali ini.

#Re: your life?

3). Lem&Lim

 Lem&Lim

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RE:time Your Destniy [Light Novels]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang