"Cinta! Ya, cinta. Aku bisa tersenyum olehnya, namun gak selamanya aku dibuat senyum karenanya. Bahkan sekarang aku harus menangis. "
-------
Tidak terasa, pernikahan rifkih dan zahra akan di laksanakan insyaallah dua minggu lagi. Mulai dari fitting baju, pelaminan, dan penyebaran undangan sudah siap terkendali. Itu semua juga berkat bantuan dari sanak saudara yang sangat senang dengan berita pernikahan zahra, apalagi bang fahri.
Azahra bersyukur kerena sudah dikaruniai seorang abang yang sangat sayang dengan zahra *walaupun sering bikin kesal.Tapi dibalik itu semua, fahri lah yang paling mengerti zahra, yang selalu memeluk zahra ketika zahra bersedih. Yang selalu merawat zahra ketika sakit, yang selalu memanjakan zahra disela-sela waktu sibuk nya.
Dan tidak lama lagi, semua perlakuan fahri akan digantikan oleh suaminya.
Dan zahra harus bisa menjadi sebaik-baiknya istri solehah. Menjadi Ratu dikehidupan rifkih nanti. Menjalani semua kewajiba seorang istri.
Kalau boleh jujur, sebetulnya zahra belum siap membina rumah tangga, tapi zahra yakin rifkih bisa menuntunnya menjadi lebih baik.
Bukankah pernikahan itu adalah sesuatu yang sangat mulia? Bahkan dengan menikah kita bisa menyempurnakan setengah dari agama kita.
Dan bagi suami, istri. Pernikahan adalah ladang pahala mereka untuk menuju syurga. Ladang kebahagiaan mereka, dan tentunya memperbanyak rezeki.
Azahra tersenyum melihat rumahnya yang berbeda dari biasanya. Kalau biasanya rumahnya hanya di isi oleh ayah, bunda, bang fahri dan dirinya. Sekarang ramai oleh sanak saudara.
Kebahagiaan dihatinya pun bertambah, saat melihat tawa kebahagiaan yang terbit dari wajah orang-orang yang zahra sayangi.
"Zahra, sini sayang, "panggil wanita cantik yang sekarang sudah menginjak usia 60an.
Zahra yang merasa dipanggil pun tersenyum dan menuju ke sofa yang juga diduduki oleh tante-tantenya zahra.
"Cucu nenek sudah besar,"ucap wanita yang tadi memanggil zahra.
"Iya nek, "jawab zahra haru.
"Pesan nenek, jadilah istri yang soleha ya sayang, nurut dengan perintah suami, jangan lalai dalam mengurus suami, "nasehat nenek kepada zahra.
Zahra yang sudah menangis pun hanya mengangguk dan memeluk tubuh neneknya yang sangat dia sayangi.
"Terimakasih ya nek, nenek sudah nasehatin zahra, "ujar zahra sambil menghapus air matanya yang sudah jatuh kepipi.
"Sama-sama sayang, ya sudah kalau begitu kamu kekamar saja, istirahat, "perintah nenek.
Zahra pun mengangguk dan langsung menuju kamar.
Didalam kamar zahra duduk sambil mengingat-ingat masa kecilnya dulu, ketika dia masih sering menangis karena rebutan mainan dengan bang fahri, dan sampailah sekarang dia di titik ini. Dimana dia akan menjadi seorang istri.
"Dek, "panggil fahri dari depan pintu.
"Masuk bang, "ujar zahra.
Setelah mendapat izin dari zahra, fahri pun masuk dan langsung duduk di samping adik tersayang nya itu.
Fahri mengelus kepala zahra yang tertutup jilbab. Kemudian memeluk adiknya erat.Susah payah ia menahan air mata supaya tidak menangis. Tapi usahanya pun gagal saat zahra balas memeluknya erat.
"Abang sayang kamu dek, "desis fahri.
"Zahra pun begitu bang, "balas zahra.
"Inget pesan abang, kalau sudah menikah, jangan lupa ayah, bunda, dan abang ya, sering-sering jenguk bunda ayah, "ujar fahri.