PRESMA || CHAPTER 14

92.5K 7.6K 333
                                    

❗DILARANG SILENT READERS❗

Cara menghargai sebuah karya adalah dengan memberi bintang, komentar dan memfollow author 🧊🐬.

‼️ HAPPY READING ‼️



"Bubu," cicit Kiara yang mengikuti langkah kaki Devan dari belakang.

Saat ini mereka tengah memasuki rumah, Devan yang masih mengeraskan rahangnya dan Kiara yang masih menundukkan kepalanya karna takut.

"Kia—"

" Batalin kontrak kerjasamanya " ucap Devan yang memotong ucapan Kiara, dan langsung masuk ke dalam kamar.

"Iya," cicit Kiara yang ikut masuk ke dalam kamar.

***

Kiara bangun pukul sembilan pagi, tangannya meraba ke sebelah kanan ranjang dan tidak ditemukan Devan. Kiara mulai berdiri dari tidurnya dan berjalan menuju ke kamar mandi, mungkin Devan sudah pergi ke kampus.

Hari ini planning Kiara adalah pergi ke perusahaan milik Mario, untuk membatalkan kontrak kerjasama.

"Permisi, bapak," ucap Kiara yang memasuki ruangan khusus petinggi perusahaan.

"Sudah saya bilang jangan panggil bapak, saya masih dua puluh tujuh tahun Kiara," ucap Mario yang gemas dengan tingkah laku Kiara.

Gadis kecil dengan segala keunikannya.

"Kenapa cari saya?" tanya Mario yang menatap Kiara lekat.

"Kiara mau batalin kontrak kerjasama," ucap Kiara sambil menatap balik kearah Mario.

"Kontrak kerjasama sudah kamu di tanda tangan, kamu gak bisa bertindak semaunya terhadap pekerjaan, terlebih ini perusahaan besar, kamu anggap kerjasama ini mainan?" ucap Mario tegas.

"Sebelumnya Kiara mau minta maaf pak, untuk kesepakatan denda pasti Kiara bayar kok," ucap Kiara yang berdiri dari posisi duduknya lalu berjalan menuju ke arah meja CEO milik Mario.

"Memang kamu kenapa?" tanya Mario yang masih menatap wajah Kiara.

"Semalem Kia dimarahin," ucap Kiara sambil menundukkan kepalanya.

"Kan yang dimarahin kamu bukan saya," ucap Mario yang lanjut menatap layar laptop.

"Pokoknya, Kia mau kontrak kerjasama batal!" ucap Kiara yang berjalan keluar sambil menghentak hentakan kakinya dengan sepatu sneakers berwarna pink yang sedang ia gunakan, sedangkan Mario hanya menggelengkan kepalanya menatap kepergian gadis itu, untung saja Mario mengenal kedua orang tua Kiara mungkin jika tidak sudah dipastikan gadis itu tidak akan lepas dari omelan pedas Mario.

***

"Bubu," ucap Kiara yang manaruh makan siangnya diatas meja milik Devan.

Sekarang Kiara sedang berada di kantin kampus Aseanic, Kiara ingin menjelaskan pada Devan tentang kejadian semalam dan pembatalan kontrak tadi pagi.

Tapi sayangnya, lagi-lagi Kiara seperti tidak dianggap, Devan justru asik bermain ponsel dan mengabaikan keberadaan Kiara.

Hingga Ayna datang menghampiri meja milik Devan, dan dengan lantangnya ia mengatakan untuk mengajak Devan makan siang bersama.

"Kak Devan, Ayna boleh makan siang bareng?" tanya Ayna dengan raut wajah polos.

"Bubu..." ucap Kiara yang menatap ke arah Devan namun diabaikan begitu saja.

Memohon agar Devan tidak menjadikan Ayna sebagai batu loncatan, tapi sepertinya permohonan itu tidak didengar.

"Kalo kamu mau makan bareng saya, ikut saya ke ruangan presma," ucap Devan yang kemudian berdiri.

Kiara yang merasa ucapan itu untuk dirinya langsung saja berdiri dengan raut wajah ceria.

"Bubu—"

"Saya nyuruh Ayna bukan kamu," sentak Devan kemudian pergi meninggalkan area kantin.

Melihat kepergian Devan bersama Ayna langsung membuat jantung Kiara seperti diterjang oleh beda runcing.

"Pulang sana, lo ngapain ngemis sama Devan?" celetuk Gilang yang tiba tiba muncul.

"Gue beneran gak bermaksud main ke club, tapi bubu gak mau dengerin penjelasan gue, terus gue harus gimanaa Gilang?!" ucap Kiara yang kesal pada dirinya sendiri.

"Istirahat, lo pasti capek." ucap Gilang sebelum akhirnya pergi meninggalkan Kiara dikantin.

***

Sore ini hujan turun dengan begitu derasnya, mengguyur semua jalanan di kota Jakarta.

Kiara yang berada dirumah langsung buru buru mengambil kunci mobil untuk menjemput Devan. Karna, mobil Devan masih berada di garasi rumah, itu artinya Devan tidak menggunakan mobil untuk pergi ke kampus.

Sebenarnya, Kiara tidak suka menyetir disaat hujan seperti ini, selain jalanan yang licin ia juga merasa terganggu. Karna, kaca mobil yang terus menerus ditetesi air hujan.

Tapi, Kiara mengingat bahwa Devan tidak bisa terkena air hujan, itu alasan mengapa Kiara memberanikan diri untuk mengemudikan mobilnya.

Sekarang, Kiara sudah berada di area kampus Aseanic, Kiara berjalan menuju arah kelas Devan dan terlihat Devan yang berjalan sambil memainkan ponselnya.

Tanpa pikir panjang, langsung saja Kiara berlari menghampiri Devan.

"Bubu pulang—"

"Saya pulang sama Ayna," ucap Devan yang langsung pergi melewati Kiara begitu saja.

"Ayna dimana? Yaudah, ikut mobil Kiara aja, nanti kita anter Ayna dulu baru pulang," ucap Kiara yang mengejar Devan.

"Gak perlu, saya masih bisa kalo cuma anter Ayna," ucap Devan dengan dinginnya.

"Tapi ini hujan bubu, nanti bubu demam, Kiara gak akan marahin Ayna kok, ikut mobil Kiara aja ya?" tanya Kiara yang memegang pergelangan tangan Devan.

"Jangan suka ikut campur urusan orang lain, paham?" ucap Devan yang menghempaskan tangan Kiara.

Sedangkan Kiara langsung pergi meninggalkan Devan, persetan jika nantinya Devan sakit, Kiara tidak peduli.

***

Waktu menunjukkan pukul tujuh malam, setelah pulang mengantarkan Ayna, Devan sama sekali tidak keluar dari dalam kamar, padahal ini adalah jam makan malam.

Kiara sudah menyiapkan banyak hidangan makan malam walaupun sekarang kepalanya sedikit berat, mungkin efek terkena air hujan serta udara dingin sehabis hujan.

Tapi, semua dianggap biasa oleh Kiara, lagi pula kalau mau terlihat sakit Devan juga tidam akan peduli.

Kiara berjalan menuju ke arah kamar dan melihat Devan diatas ranjang dengan laptop yang berada di pangkuannya.

"Bubu makan—"

"Saya tadi udah makan bareng Ayna," ucap Devan yang memotong ucapan Kiara.

"Tadi siangkan bukan sore?" tanya Kiara yang pada intinya menyuruh Devan untuk makan agar tidak sakit.

"Sebelum anter Ayna pulang, saya ajak dia makan dipinggir jalan," ucap Devan yang melanjutkan ketikannya pada layar laptop yang menyala.

Akhirnya, karna tidak mau ribut dengan Devan, Kiara memutuskan untuk kembali ke meja makan dan makan masakannya sendirian.

"Besok gue harus batalin kontrak!" gumam Kiara sambil menyendok hidangan makan malamnya.

A/N

Menarik untuk dibaca? Vote
Terlalu alay? Stop, ini cuma imajinasi anak amatiran yang masih labil untuk bicarain tentang cinta, Ok?

PRESMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang