PRESMA || CHAPTER 22

89.3K 7.5K 159
                                    

❗DILARANG SILENT READERS❗

Cara menghargai sebuah karya adalah dengan memberi bintang, komentar dan memfollow author 🧊🐬.

‼️ HAPPY READING ‼️



Devan terbangun dari tidur nyenyaknya dan waktu masih menunjukkan pukul tiga pagi. Devan menolehkan kepalanya ke samping dan melihat Kiara tertidur dengan bantal leher berwarna pink soft yang merupakan warna favorit milik Kiara.

Gadis yang manis pikir Devan.

Jika dengan gadis lain mungkin dirinya sudah dipeluk erat biar pun tidak akan pernah mendapatkan balasan dari Devan. Tapi ini berbeda dengan Kiara, gadis itu justru lebih memilih tidur dengan batal di lehernya dibandingkan dengan bersandar dibahu milik Devan.

'Anak kecil,' gumam Devan sambil melepas bantal leher milik Kiara  dan memindahkan kepala gadis itu ke dada bidangnya.

Devan mencium pucuk kepala Kiara berkali kali yang langsung membuat Kiara menggeliat dipelukannya.

'Sshttt,' ucap Devan sambil mengelus lembut kepala Kiara.

***

Kiara membuka kedua mata perlahan dan hal yang pertama kali ia lihat adalah tangan Devan yang memeluk tubuhnya.

Kali ini Kiara benar-benar merasa senam jantung, pasalnya semalam ia sudah menggunakan bantal leher, karna takut Devan akan marah jika ia menyender ke pundaknya dan sekarang ia sendiri sudah kelewat batas.

Perlahan Kiara mulai mencoba untuk melepaskan pelukan  Devan dengan sangat hati-hati. Karna, takut Devan akan terbangun dan melihat dirinya dalam posisi seintim ini.

"Kia saya masih ngantuk," gurau Devan dengan suara khas orang bangun tidur dan bukannya bangun Devan malah memeluk Kiara semakin erat.

Memang setelah jalan-jalan ke tempat tempat penting di kota Bali, mereka langsung menuju ke lombok untuk acara penutupan atas berakhirnya acara staditur mahasiswa/i.

Jadi, terpaksa mereka harus beristirahat di bus dan sekarang masih jam lima pagi, ya walaupun semua mahasiswa/i belum ada yang terbangun tetap saja Kiara merasa aneh diperlakukan seperti layaknya tuan putri dalam kondisi seperti ini.

Karna, biasanya seorang Devan tidak akan melakukan hal ini untuk dirinya.

***

Sekarang semuanya tengah berkumpul di vila yang sudah disiapkan oleh kampusnya, uniknya tepat dibelakang vila ini adalah pantai.

Tak jarang banyak mahasiswa/i yang langsung berlari menuju pantai untuk melihat matahari terbenam.

"Kiara," ucap Devan yang kini berada di hadapan Kiara.

"Iya bubuu?" tanya Kiara yang menatap kearah Devan.

Posisinya sekarang mereka tengah berada didepan vila, Devan yang takut meninggalkan Kiara sendirian dan Kiara yang bingung harus melakukan hal apa.

"Mau main di pantai?" tanya Devan ragu-ragu.

"Kia, takut ombak pantai, bubu aja Kia gak akan ilang kok," ucap Kiara dengan raut wajah canggung pada Devan.

PRESMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang