Camilla menarik lurus kakinya ketika dia sudah bersandar di kursi. Menatap sekitar untuk memastikan semua persiapan berjalan dengan baik, dia tidak ingin acara amal yang sudah direncanakan berantakan hanya karena hal kecil yang tidak dapat ditangani.
Sudah berhari-hari dia selalu menyempatkan diri untuk melihat semuanya, meski perkerjaannya sebagai Dokter cukup menyita tenaga. Terlebih ketika dia harus bertaruh di meja oprasi untuk menyelamatkan nyawa orang lain.
Terkadang dia merasa sedih saat ketakutan tidak dapat menyelamatkan nyawa pasiennya. Namun hal tersebut selalu dapat dikalahkan ketika pemikiran ibunya yang tengah sekarat melintas. Tidak ada yang dapat berusaha untuk membantu mereka yang kesakitan selain para Dokter dan perkerjaannya.
Camilla tersenyum saat dia melihat Charlen berjalan ke arahnya, hari ini gadis itu tampil cantik dalam balutan jeans dan kaos warna navi. "Hai Dok, apa sudah lama datang?" Charlen mengambil tempat duduk di samping Dokter muda yang membimbingnya untuk magang di rumah sakit.
Dokter cantik itu sudah membantunya sangat banyak, dan Charlen merasa nyaman ketika sikap Camilla terbuka seperti teman dan bukannya seperti seseorang yang hanya bisa memerintah dan berkuasa. "Aku baru sampai, hari ini sangat mengerikan," gumamnya.
Lantas dia memijat pelipisnya yang terasa nyeri, perkerjaannya hari ini benar-benar membuatnya tegang. "Bagaimana dengan persiapannya? Aku lihat semuanya berjalan sesuai rencana," Camilla memperhatikan dekorasi ruangan dan meja-meja bulat yang sudah berderet memenuhi ruangan.
Kain linen yang akan menjadi alasnya sudah menumpuk di sudut dekat pohon-pohon sakura imitasi, sorot matanya berbinar saat Charlen menceritakan bahwa ruangan itu akan di sulap menjadi warna biru pucat kombinasi merah muda dan putih. Tempat untuk menaruh bunga di atas meja sudah mulai di datangkan, acaranya akan diadakan besok malam. Dan semua yang terlibat harus memastikan persiapannya akan selesai tepat waktu tanpa ada yang terlewat.
"Good girl, aku suka kau bertindak cekatan. Aku rasa semuanya akan berjalan dengan sempurna, semoga acara kali ini kita dapat mengumpulkan dana lebih banyak daripada yang ditargetkan," senyuman Camilla dibalas sorot mata bahagia dari Charlen.
Gadis itu menyukai hal-hal yang dipercayakan padanya. Setidaknya dia dapat membantu mengurus persiapan acara amal kali ini. Terlebih hal ini ditujukan untuk hal-hal kemanusiaan, saling menolong setidaknya akan membantu membuat orang lain tersenyum. "Baiklah Miss, aku rasa persiapan untuk hari ini sudah selesai. Apa kau ingin minum beberapa gelas margarita untuk meringankan tubuh?"
Tawaran Charlen disambut dengan anggukan antusias dari Camilla. Mereka keluar Ballroom dan berjalan kaki menuju Cafe di sebrang jalan, tidak ada salahnya jika minum margarita pada jam 8 malam dengan udara dingin delapan belas derajat celcius.
Pergantian musim telah di mulai, setidaknya konsep kali ini akan cocok dengan acara nanti. Charlen memasukan konsep bunga sakura untuk mempercantik ruangan, setidaknya bunga itu akan menambah kesan indah dalam ruangan saat acara digelar.
Mereka telah sampai dan memilih bangku yang berada di ujung, ketika pelayan datang keduanya kompak memesan minuman yang sama. Namun Camilla mengeluh dia belum makan dari siang selain sepotong roti keju yang tidak habis. Akhirnya dia memutuskan untuk menambah pesanan dengan kentang goreng dan satu porsi salad sayur.
Charlen merasa dia juga membutuhkan asupan untuk mengisi perut, lantas dia memesan Cheescake dengan potongan strowberry di atasnya. Mengobrol dengan nyaman saat menunggu masakan mereka tiba dan itu terasa sangat lama.
Camilla bahkan berkali-kali mengendus saat bau makanan tercium hidungnya. Perutnya sudah berteriak seolah dia sudah tidak makan berhari-hari. "Miss, aku rasa kau tidak menjaga tubuhmu dengan baik. Ini sangat bukan dirimu, apa ada sesuatu yang menganggu pikiranmu?" Charlen melihat ada yang salah jika Camilla sampai melupakan waktu makannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender To Reality [Surrender Series #2]
RomanceSpencer Alfredo Smith jatuh cinta pada Camilla Lauren Byrne seorang Dokter yang pernah merawatnya saat dia terluka dalam sebuah insiden, dokter itu seolah tidak tertarik dan tidak perduli. Namun dengan usaha keras akhirnya Camilla menyambut perasaan...