Camilla keluar dari lift dan melewati lorong yang mengarah langsung ke kamar apartemen yang ditempatinya, kerutan muncul di dahinya saat dia melihat dua pria berpakaian hitam---mereka terlihat seperti body guard--berjaga di sekitar sana. Dia mengangguk saat dua pria tersebut berdiri dan tersenyum ramah.
Oke, mungkin salah satu tetangganya menyewa jasa keamanan. Pikiran tersebut melintas dalam benak Camilla, dia membuka kunci dan berjalan masuk. Menjatuhkan tas yang berisi baju kotor di dekat mesin cuci, "Aku lapar sekali," dia membuka pintu kulkas, mengeluarkan spaghetty siap saji yang tinggal di masukkan ke dalam microwave.
Sepanjang hari dia membersihkan rumah, mulai dari menyedot debu, mencuci pakaian dan membersihkan dapurnya yang sedikit berantakan. Dia tidak pernah menggunakan jasa pegawai rumah tangga, mengingat dirinya tinggal sendiri dan dia masih bisa menangani semuanya.
Hanya tinggal menyesuaikan jadwal kerja dan hari libur, berhubung hari ini dia masih mendapat ijin sakit, jadi dia menyelesaikan semua pekerjaan yang biasa dilakukan di akhir pekan. Camilla menggantung gaun yang akan dipakainya nanti malam, lalu dia meletakkan sepatu Jimmy Choo berhak sembilan senti di atas meja yang terletak di dekat meja rias.
Saat hari menjelang sore dia memutuskan untuk pergi ke supermarket terdekat, bahan makanan di dalam lemari pemdingnya sudah tidak bisa diharapkan lagi---hanya ada beberapa buah tomat dan sayur serta makanan kaleng yang mendekati tanggal kadaluarsa.
Dia mengambil mantel warna biru dari dalam lemari, mengeluarkan sarung tangan abu-abu serta scraf bermotif kotak-kotak Bergaris biru putih untuk menutupi leher dan menghangatkannya dari udara dingin. Sepertinya tahun ini salju akan turun lebih awal mengingat cuaca yang semakin dingin setiap harinya, angin bulan November di luar sana seolah bisa meretakkan tulangmu saat diterpa oleh rasa dingin yang luar biasa hebat.
Dia menutup pintu dan menguncinya, matanya menangkap gerakan dua penjaga yang seolah melompat untuk berdiri saat melihatnya keluar kamar. "Maaf jika aku membuat kalian terkejut," ucapnya. Dia berjalan melewati dua pria itu dan salah satunya tampak sedang berbicara dengan seseorang melalui earphone yamg Camilla yakini dipasang di telinga kirinya.
Camilla masuk ke dalam lift dan dia bertemu dengan tetangganya yang tinggal di lantai atas, "Hai, mau kemana?" Tetangganya itu seorang pria berusia pertengahan dua puluh, pria itu mengaku bekerja di salah satu perusahaan asuransi kesehatan. Dan mereka cukup dekat karena sesekali pergi bersama untuk hanya sekedar minum kopi dan sarapan bersama.
"Aku ingin mencari sesuatu," dia menjawab sambil tersenyum. "Untuk mengisi lemari pendingin milikku yang sudah kosong," lalu tubuhnya bergeser ke sudut sebelah kiri. Pria itu balas tersenyum dan memamerkan giginya yang terlihat sangat putih. Kemeja lengan panjangnya digulung hingga ke siku, sementara celana Denim selutut memperlihatkan kakinya yang kecoklatan---akibat sering terkena sinar matahari. "Kau sendiri mau ke mana?" Dia balik bertanya.
"Aku berencana ke Cafe dan membeli beberapa minuman," jawabnya. Hal tersebut bersamaan dengan pintu lift yang terbuka, mereka melangkah keluar dan pria itu menambahkan. "Apa kau ingin minum sesuatu?"
"Tidak, terima kasih," Camilla berjalan menjauh sambil mengumamkan selamat tinggal.
***
Camilla memasuki toserba dan membeli keperluan yang menurutnya diperkirakan cukup untuk dua minggu ke depan, dia tidak bisa sering berbelanja keluar mengingat jadwal kerjanya yang sangat padat, ditambah lagi dia juga sering terlibat dalam membantu Yayasan Amal dalam mengumpulkan dana untuk disumbangkan, tidak jarang dia pergi sendiri untuk menemui orang-orang kaya yang bisa diandalkan---mereka biasanya memberikan dana bantuan yang cukup besar.
Dia memasukkan sayur dan buah-buahan ke dalam troly, lalu berjalan ke arah rak yang memajang bahan pasta serta daging sapi yang dibekukan. Setelah semuanya di rasa cukup dia segera menuju kasir dan berdiri di antrian ke tiga, kebanyakan orang yang berbelanja hari ini adalah wanita yang biasa hanya tinggal di rumah, mengurus Anak dan menunggu suami mereka pulang bekerja---Camilla tahu karena mereka tinggal di apartemen yang sama dengannya---mereka biasanya cukup bahagia dengan keadaan seperti itu, meskipun banyak diantaranya yang memilih keluar bersama teman-teman di tempat perawatan tubuh sambil membicarakan kehidupan teman mereka yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender To Reality [Surrender Series #2]
RomanceSpencer Alfredo Smith jatuh cinta pada Camilla Lauren Byrne seorang Dokter yang pernah merawatnya saat dia terluka dalam sebuah insiden, dokter itu seolah tidak tertarik dan tidak perduli. Namun dengan usaha keras akhirnya Camilla menyambut perasaan...