BAB 3
Kamar berukuran empat kali empat meter milik Bening sebenarnya dicat dasar warna pastel. Namun, untuk hari ini secara mendadak disulap menjadi kamar pengantin tanpa sepengetahuan sang empunya yang kini menangis sesenggukan tidak peduli perias pengantin memohon kepadanya untuk berhenti. Sementara, di hadapan Bening, duduk sang ayah dengan kepala tertunduk, wajah memerah, dan mata mulai berkaca-kaca. Sungguh tidak tega baginya melepaskan Bening seperti ini, tetapi tidak ada pilihan lain.
"Abdi teu suka, Abah."
Abah Bening mengangguk beberapa kali.
"Abah, abdi mah alim rarabi sareng jalmi anu teu kenal."
"Maafin Abah, Neng."
Bening menggeleng masih sambil terisak kuat. Ia berkali-kali menepis tangan sang perias yang berusaha memasangkan siger di atas kepalanya. "Nggak mau, Abah. Kenapa Abah nggak bilang-bilang sama Kinan? Abah tega."
"Abah nggak punya pilihan lain, Kinan. Abah berutang banyak. Keluarga mereka sudah banyak menolong kita. Bapaknya Banyu mau membantu Abah melunasi utang Abah asal kamu mau menikah dengan dia."
"Abah jahat. Demi utang, Kinan dijual. Lagian, Abah percaya terlalu banyak sama Mang Sulman. Dia yang bikin Abah bangkrut. Abah harusnya minta tanggung jawab sama dia, bukan anak sendiri dijadiin tumbal."
Abah Bening mengangguk. Air matanya jatuh begitu anak gadisnya menyebutkan kata tumbal.
"Abah nggak ngerti perasaan Kinan. Demi utang, ya Allah, Abah tega sama Kinan, Bah."
Bening ingin sekali berteriak lebih kencang dari ini, tetapi di luar banyak orang sedang memasang telinga. Hatinya hancur lebur saat siuman dari pingsan ternyata pakaiannya telah berganti dengan kebaya pengantin yang entah bagaimana ternyata pas di tubuhnya. Betapa tidak ada perasaannya semua orang di sini. Di saat seharusnya merayakan hari pertama ia berpacaran dengan Samudera, ia harus menjadi pengantin pria lain.
"Kenapa Abah nggak minta pertanggungjawaban sama Mang Sulman? Kenapa harus Kinan, Bah?"
Pria itu tidak bisa menjawab. Bening yang menangis adalah hal terakhir yang paling tidak ia inginkan di dunia ini. Satu-satunya harta yang ia punya setelah nyaris kehilangan segalanya. Tidak ada istri, tidak ada harta lagi. Hanya Bening. Itu pun harus ia relakan demi menyelamatkan mereka semua. Daripada putri semata wayangnya itu jatuh ke tangan rentenir yang akan menjualnya kepada para pencari kenikmatan di daerah maksiat di luar kota, menyerahkan Bening kepada putra sahabatnya adalah solusi terbaik satu-satunya.
Adik kembarnya yang selalu Bening panggil Mang Sulman telah melakukan kesalahan amat fatal. Bukan hanya sekali-dua abah Bening mendapat telepon dari para penagih utang. Dia baru tahu adiknya telah menjadikannya sebagai penjamin. Wajah mereka yang mirip bahkan nyaris membuat masalah karena para penagih utang tidak percaya mereka orang yang berbeda. Dengan bantuan tetangga serta Pak RT, abah Bening bisa meyakinkan mereka semua bahwa dia bukan Sulman. Namun kemudian, dia mendapat beban sebagai orang yang mesti bertanggung jawab karena adiknya telah memanipulasi tanda tangan abah Bening dan menjadikannya sebagai penjamin jika tidak mampu membayar.
"Tolong Abah, Neng. Nteu aya pilihan lain. Cuma itu satu-satunya."
Bening menggeleng kuat. Mata dan hidungnya sudah bengkak karena terlalu banyak menangis.
"Kinan nggak mau, Abah. Abdi teu suka, teu cocok. Abah wae atuh anu rarabi sareng jalmi eta."
Bening yang masih ingin memuntahkan ratusan kata lagi mendadak diam saat melihat kepala sang Abah mendongak dan berusaha tersenyum di sela-sela air mata yang tak kalah banyak dengan air mata Bening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bening dan Banyu
General FictionBening yang baru saja menjalin hubungan dengan pria yang sudah lama ia cintai, mendadak terpaksa menjalani pernikahan dengan seorang pria licik mantan hacker yang tidak ia kenal demi melunasi hutang ayahnya. *** Cempaka Bening Kinanti yang menaruh h...
Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir