BAB 2
Tiga puluh detik setelah kakinya tertimpa helm Samudera yang dipegangnya, Bening akhirnya kembali pada satu kesadaran penuh. Dari bibir mungilnya terucap pelan kata, "Aduh" yang membuat Samudera terkekeh menyaksikan tampang bingung kasir cantik itu.
"Udah lama jatuhnya baru bilang aduh sekarang." Samudera mengangsurkan kembali helm yang baru ia pungut kepada Bening.
"Sakitnya baru kerasa sekarang."
Samudera menggelengkan kepala, lalu dengan perlahan menaiki motor sport-nya sebelum menoleh lagi kepada Bening, "Yuk, naik, ajaknya, masih sambil tertawa.
Bening menghela napas, lalu tanpa ragu menginjak footstep motor sebelum menaikinya. "Bang Dera kalau bercanda nggak kira-kira, ih. Bikin orang jantungan." Bening bersungut-sungut pelan, lalu berpegangan pada pundak Samudera yang kembali fokus ke jalanan.
Setelah motor meraung lembut usai distarter, ia menanggapi ucapan Bening, "Yang bercanda siapa? Aku serius, lho, nembak kamu, Ning. Kamu mau nggak jadi pacar aku?"
Untuk kali kedua, Bening terdiam. Ini nggak mungkin, kan? Masa Bang Dera suka aku sampai nembak begini? Aduh, Cucu, doa lo makbul banget. Lain kali doain naik pangkat, dong. Bosen jadi kasir terus.
"Tuh, kan, nggak jawab. Mau apa nggak?"
Suara Samudera kembali menyadarkan Bening. "Dih, Abang, mah. Nembak modelnya ginian. Nggak romantis." Bening menggerutu.
Samudera terkekeh. "Mau yang romantis? Langsung ketemu abah kamu, mau?"
Pekikan kecil terdengar dan Samudera tahu ia telah membuat Bening salah tingkah.
"Bang, lutut Adek lemes, nggak bisa diginiin."
Samudera tertawa lagi.
Motor yang mereka tumpangi sudah keluar dari pelataran parkir Maret-Maret dan bergerak menuju arah Petukangan. Samudera akan mengantar Bening pulang. Rumah mereka searah walau sebelum ini, seperti kata Bening, pria itu tidak pernah mengajaknya pulang bersama. Butuh acara khusus dan Bening tidak menyangka kalau kejadian itu adalah aksi tembak-menembak di atas motor. Dia harus menjawab apa, coba?
"Pilihannya cuma iya." Samudera menjawab enteng.
Deru motor dan helm menghambat suaranya menjadi lebih nyaring, tetapi Bening mampu menangkap maksud perkataannya. Bening memukul pelan belikat kanan Samudera yang berada paling dekat dengan tangannya. "Abang, ih, nggak ngasih waktu buat mikir dulu."
Samudera menggeleng. Kaca spion sebelah kiri motor kemudian ia arahkan ke belakang agar bisa melihat wajah Bening tanpa perlu menoleh.
Mata Bening berserobok dengan tatapan Samudera. Seketika ia salah tingkah dan dengan cepat melengos ke arah samping kanannya.
"Nggak setiap hari aku nembak cewek yang aku suka, lho."
Ingatkan Bening untuk memberi cendol alias bar hijau tanda reputasi baik untuk pemegang akun CucuNenek yang mendoakan hal baik untuknya pagi tadi. "Bang Dera suka siapa?" Bening mulai bicara sedikit keras karena selain suara bising motor, deru angin, dan helm meredam suaranya hingga tidak begitu terdengar di telinga Samudera.
"Kamu, dong."
Bening menggigit bibirnya. "Bohong."
"Aku serius, Bening cantik. Sudah naksir kamu sejak tahun kemaren."
Sembari menahan rona merah dan rasa malu di dada, Bening berteriak lagi, "Bohong. Bohong. Bohong. Aku nggak percaya omongan Abang."
Samudera menggeleng lagi. Ia lalu membuka kaca helm dan menarik napas dalam-dalam sebelum mengucapkan sesuatu yang membuat semua orang menoleh kepadanya. "Samudera cinta Bening!" Ia berteriak dengan lantang.
![](https://img.wattpad.com/cover/138469811-288-k468878.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bening dan Banyu
General FictionBening yang baru saja menjalin hubungan dengan pria yang sudah lama ia cintai, mendadak terpaksa menjalani pernikahan dengan seorang pria licik mantan hacker yang tidak ia kenal demi melunasi hutang ayahnya. *** Cempaka Bening Kinanti yang menaruh h...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi