Satu

21.5K 1.9K 283
                                    

YANG BELUM BACA CERITA MANTAN TERINDAH, DILARANG KERAS BACA CERITA INI!!!

Satu tahun kemudian

***
Suasana hening di bawah tekanan, ketegangan pun menyelimuti wajah-wajah pengibar bendera perdamaian yang memijakan kedua kaki mereka di atas tanah air milik beberapa orang yang saat itu memiliki wajah yang dipenuhi kemarahan.

Tatapan Bagas setenang air danau kala menatap wajah-wajah marah dengan sorot mata galak itu.

"Kami harus membunuhnya," kata salah satu anggota sebuah ormas ternama di Lebanon, dia siap menembak tiga orang Israel yang tersungkur di hadapannya.

"Mereka belum tentu mata-mata, seperti yang Anda curigakan." kata Bagas dengan suara lemah lembut. Sementara empat rekannya berdiri di belakang dia dengan perasaan harap-harap cemas.

Bagaimana tidak, mereka berhadapan dengan sepuluh orang tentara milik sebuah ormas kuat, dengan persenjataan lengkap sekarang, sedang mereka hanya berlima. Dan tindakan Bagas yang berusaha mencegah sebuah pertumpahan darah itu sungguh terlampau berani, karena sepertinya pertumpahan darah itu sangat tidak mungkin bisa dihindari.

"Anda tidak perlu ikut campur," kata anggota ormas itu, terlihat galak.

"Konflik sudah mulai mereda, saya harap Anda tidak menyulutnya kembali." balas Bagas lembut.

"Mereka yang memulai kembali."

"Anda bisa ambil kameranya, dan melihat hasil rekamannya, jika mereka benar mata-mata maka kami tidak akan mencegah anda, tapi jika dia bukan mata-mata maka tolong lepaskan mereka, demi sebuah perdamaian." balas Bagas.

Sebagai pasukan United Nations Interim Force In Lebanon (UNIFIL), itu memang tugasnya, dia
harus bisa menjadi penengah yang pemberani.

Salah seorang yang sepertinya ketua dari sepuluh tentara yang ada di sana itu menatap Bagas sejenak. Lalu berkata, "kamu orang Indonesia?" matanya melirik ke arah lengan Bagas yang tersemat atribut merah putih.

Bagas mengangguk sambil tersenyum.

"Kami orang Libanon sebenarnya tidak menghargai dan menghormati UNIFIL karena mereka tidak berpihak secara adil pada orang Libanon selatan. Tetapi saat ini, kami akan melakukan seperti apa yang Anda katakan, karena kami sangat menghormati anda sebagai orang Indonesia," kata ketua pasukan itu, lalu mengisyaratkan anggotanya untuk menarik senjatanya.

Bagas mengangguk dengan senyum yang tak meninggalkan wajahnya. Saat ini dia benar-benar bangga menjadi orang Indonesia. Hubungan pasukan TNI dengan warga sekitar Libanon memang dekat. Sikap Pasukan Indonesia yang ramah tamah ternyata mempunyai keuntungan.

Si anggota ormas itu pun mendekati orang-orang yang dia curigai, setelah mengambil kameranya, para anggota
ormas itu pun melepas orang-orang itu. Hingga pertumpahan darah pun bisa dicegah.

"Ini luar biasa, Bagas." kata salah satu rekan Bagas sambil menepuk pundak Bagas yang saat ini sudah duduk di balik kemudi hardtop yang mereka tunggangi. Mereka kembali ke pos penjagaan tempat tugas mereka setelah mencegah pertumpahan darah antara beberapa anggota ormas kuat itu dengan orang-orang Israel.

"Aku bangga dengan keberanianmu." lanjut rekan Bagas. Bagas hanya tersenyum samar.

Namun, dalam hati dia berkata, "apakah kamu juga bangga padaku, Ness."

***

Terik matahari membakar tubuh Bagas. Saat ini dia baru saja selesai bertugas bersama pasukan UNIFIL dari negara lain. Hari itu dia ditugaskan untuk menjaga sebuah daerah dekat perbatasan.

Kekuatan Cinta (Mini Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang