Six

51 3 0
                                    

Alena melempar sapu tangan berwarna putih itu ke sembarang tempat. Dasar sialan, batinnya.

Tak berlangsung lama, Rico memasuki kamarnya. "Yailah...muka tiap hari dikucek kek gitu, gak baik neng."

"Paan sih loh! Rese!" Alena membuang mukanya.

"Ya...dasar nih anak. Lo pms apa?" Rico lalu duduk disamping Alena.

"Ihh...apaan sih, gila!" Tak sengaja, Rico melihat sapu tangan itu tergeletak dilantai. Lalu dipungutnya.

"Punya lo?" Rico mengibas-ibaskan sapu tangan itu didepan Alena.

"Itu punyaa.." seketika Alena sadar. Jika dia menceritakan apa yang terjadi hari ini, kakaknya pasti tidak akan tinggal diam.

"Kok berhenti bicaranya. Kalo bicara itu ya, jangan ngantung. Gaenak!"

"Punya temen gue." ucap Alena kemudian.

"Temen?" Rico melihat sapu tangan putih itu, di pojok kanan bawah ada sebuah bordiran huruf E. "Siapa namanya?"

"Em..itu...itu..El..Elsa. Iya punya Elsa." ucap Alena dengan cemas.

Rico memandangnya dengan tatapan yang lekat lalu.."Oh..cantik gak? Kenalin ke gue ya." Rico tersenyum lebar.

"Anjay..udah balikin sini..sana keluarr, gue mau ganti baju!!!" Alena berteriak sambil mendorong kakaknya itu yang sendang tertawa terbahak-bahak.

Ihh..dasar cowok. Liat bening dikit langsung deh. Batinnya kesal.

🍂🍂🍂

Alena kini tengah berdiri di parkiran sepeda motor. Menunggu si penganggu, ya siapa lagi kalau bukan Elios.

Kemarin malam. Tiba-tiba saja Elios mengechatnya, menyuruhnya menunggunya di parkiran.

"Ish..mana sih tuh setan!" ucap Alena tak sabar. Kemudian sebuah motor sport hitam berhenti tepat disampingnya.

Si pemilik motor itu membuka helmnya dan melepaskan sarung tangan yang membungkus tangannya.

"Kenapa sih lo nyuruh gue kesini?" tanya Alena dengan muak.

"Lo bisa sopan sedikit sama kakak kelas?" ucapnya dengan suara khas nya.

"Cihh!! Buat apa sopan sama cowok brengsek macam lo?" Alena membuang mukanya.

"Denger ya!! Gue gak mau mood gue hancur pagi ini, jadi lo diem aja!!" bentak Elios

"Dipikir cuma moodnya situ aja yang penting?" ucap Alena pelan.

Kemudian mereka berjalan menuju kelas. Kebetulan kelas Elios melewati kelas Alena.

Alena berjalan dibelakangnya sesuai permintaan dari Elios.
Gila, emang gue ini maid nya apa? Shit.

Hampir sampai di kelasnya, Alena mempercepat langkah. Tapi sesaat kemudian dia berhenti. Mendengar perkataan dari Elios
"Denger! Tar lo kekantin. Jangan terlambat!" Elios lalu melangkah menjauh.

"Ihhh..maunya apa sihh? Dasar penggangu!!!" teriak Alena.

Jam istirahat berbunyi, Alena langsung bergegas menuju kantin. Ya, dia tidak mau menambah masalah yang ada.

Tak berlangsung lama, Alena dan Dila sampai dikantin. Suasana disana lumayan ramai. Dilihatnya di meja paling pojok kiri. Laki-laki yang tengah sibuk menghisap rokoknya.

"Dil, lo baiknya pesen makanan dulu deh. Duduk disana aja. Tar gue nyusul." ucap Alena.

"Yakin lo?" Dila memandang Alena dengan sedikit rasa cemas. Tapi Alena membalas pertanyaannya dengan anggukan kepala.
Lalu Alena melangkah meninggalkan Dila.

Dasar siting, batinnya. Didekati laki-laki itu. "Oi..mau lo apa?" ucap Alena dengan jengah.

Laki-laki itu sama sekali tak bergeming, dihisapnya rokok itu lalu menghembuskan asapnya kedepan muka Alena.

Alena langsung terbatuk-batuk. Anjay nih orang. Dia masih terbatuk cukup lama.

"Sapu tangan gue mana?" ucap Elios yang masih asik dengan rokoknya.

"Gak gue..uhukk..bawa, ada dikelas..uhukk.uhukk."

"Ambil sekarang. Gue tunggu 5 menit."

"Gila ya loh? Uhuk.." Teriak Alena dengan masih terbatuk-batuk.

"Dimulai dari sekarang." Alena langsung berlari. Elios benar-benar laki-laki yang saiko pikirnya.

Sampai dikelas Alena berusaha mengatur nafasnya. Digeledahnya  isi tasnya tetapi dia tak menemukan yang dicarinya.

"Ihh..ada dimana sih uhukk.." Dirabanya laci mejanya dan diambilnya sapu tangan itu.

Alena lalu kembali berlari, menabrak orang-orang disekitarnya. "Sorry."

"Ini sapu tangan loh!" Alena meletakan itu dimeja.

Elios lalu memandangnya. "Lo telat 30 detik." diambilnya sapu tangan itu, dan dibuang ketempat sampah.

"Kok lo buang sih?" ucap Alena lirih.

"Udah gak butuh." Elios kembali duduk.

Alena sudah tidak peduli dengan Elios, dia berjalan meninggalkannya yang sedang meneriaki namanya.

Alena hanya memegangi dadanya yang sesak dari tadi. Pikirannya kini hanya UKS, dan tabung oksigen.

Tapi, perlahan pengelihatannya menjadi samar-samar. Lalu dia mendengar suara seseorang, tapi matanya sulit untuk dibuka. "Se..sak." ucapnya untuk terakhir sebelum semuannya menjadi benar-benar gelap.




Hai..hallo...hii...readers duh, tuh abang Elios emang bener-bener ya😂😄, oke..sampai jumpa di next part

INVOLUTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang