Three

85 5 0
                                    

Rico membanting pintu dengan keras. Alena yang dibelakangnya menyusul sambil terus bertanya. "Kak lo kenapa sih?"
"Woy kak!"

Rico memutar badannya, dan berhenti.
"APA!!" Rico membentak Alena yang tepat berada didepannya.

"Kok lo bentak gue sih kak?" cicit Alena. Jelas terlukis diwajahnya dia mulai ketakutan. Kakak satu-satunya ini, jika sudah marah benar-benar menakutkan tingkat dewa.

"Jauhin cowok tadi!" ucap Rico sambil mengatur emosinya.

"Kenapa emangnya? Kok gue gak boleh deket sama dia?" Alena kebingungan sendiri dengan pernyataan kakaknya barusan.

"Gak usah banyak tanya!" Suara Rico mulai meninggi lagi.

"Emang dia siapa sih kak? Kok gue gak boleh deket-deket dia? Gue kan udah gede juga bukan anak-anak lagi! Jadi gue berhak deket sama siapapun!" ucap Alena yang suaranya menjadi meninggi karena terbawa suasana.

"Oh lo berasa udah gede sekarang? Bagus. Emang lo bisa apa hah tanpa gue?? Uang jajan juga minta ke gue lo!!" Rico semakin meninggi.

"Gue gak ngerti sama lo kak?" Alena menahan air matanya. Dia mulai berlari masuk kamarnya dan menguncinya.

"Alena!!!" Suara teriakan Rico menggema keseluruh sudut ruangan.

Alena menutupi wajahnya dengan bantal dan menangis sejadi-jadinya. Kemudian tanpa dia sadari kakaknya sudah ada didalam kamarnya.

"Alena?" ucap Rico dengan pelan. Emosinya kini hilang setelah melihat adik kesayangannya itu sedang menangis.

Alena tak bergeming. Ia masih setia dengan isakkannya. "Maafin kakak Len! Kakak gak maksud buat bentak-bentak kamu. Kakak cuma pengen kamu nurut dan gak banyak tanya." Rico duduk ditepi ranjang sekarang.

Alena lalu perlahan menyingkirkan bantal yang menutupi wajahnya. Terlihat sanagt jelas, matanya yang sembab. "Maaf." Rico menatap Alena penuh dengan penyesalan.

"Kakak!!" Alena langsung memeluk kakaknya itu.

"Kakak kenapa?..hiks..ngebentak Alen..hiks..Alen salah apa?" isakan Alena membuat Rico tambah bersalah.

"Kamu gak salah apa-apa! Kakak yang salah. Maaf." Rico membalas pelukan Alena.

"Aku takut kalo kakak marah kaya tadi..hiks.."

"Alen, tolong berhenti nangis. Kakak jadi serba salah."

"Emang kakak yang salah!" Alena kemudian melepas pelukkannya lalu menghapus air matanya.

"Hahaha..iya kakak yang salah." tawa Rico pecah.

Alena melihat kakaknya, "Kenapa ketawa? Lucu iyaa??" kata Alena setengah berteriak.

"Maaf ya." kakaknya mengusap-ucap kepala Alena sampai membuat rambutnya kusut.

"Jadi siapa dia?" Alena menatap kakaknya.

"Lo keras kepala banget sih!" Rico mengusap wajahnya.

"Jadi siapa dia?"

"Ah.. Dia itu musuh gue. Musuh terbesar gue! Garis bawahi kata terbesarnya." Ucap Rico memalingkan mukanya.

Alena tersentak kaget. Dia tak berbicara sama sekali.

"Lo gak suka diakan?" tanya Rico

"Eng..enggak kok, emang kenapa?"

"Bagus. Jadi, jauhi dia. Jangan deket-deket."

"Yaudah, gue mau tidur, sana keluarr!!" ucap Alena mendorong tubuh kakaknya.

"Iyaiya.. Tapi lo makan dulu. Ganti baju dulu." Rico melangkah meninggalkan kamar Alena. Dan menutup pintu.

Gak boleh deket ya? Batin Alena

🍂🍂🍂

Paginya Alena bergegas menuju sekolah. "Inget kata gue tadi ya!" ucap Rico

"Iya." Alena melangkah menyusuri koridor sekolah. Tiba-tiba tak sengaja dia berpapasan dengan Elios.

Lalu dia memalingkan pandangannya. "Pagi adek cantik!" suara seseorang membuat Alena memandang orang yang menyapanya.

Yah, ada seorang laki-laki yang menurutnya sedikit aneh. Disampingnya tersebut terdapat Elios yang masih setia dengan wajah datarnya.

"Pa..pagi kak. Saya duluan" ucap Alena, baru juga berjalan beberapa langkah. Dia mendengar sebuah suara.

"Gila El, tuh cewek cantik banget sumpah!"

"B aja Lang."

"B dari hongkong! Emang lu gak suka apa?" tanya Gilang. Sahabatnya Elios.

"Hah? Gue gak tertarik. Lagian siapa juga yang mau sama cabenya Rico!" ucap Elios. Membuat Alena menghentikan langkahnya. Dan membuat Gilang kaget.

"Serius lo?"

"Emang tampang gue keliatan ngelawak? Gak kan!"

Lalu, sebuah tampar mengenai pipi mulus milik Elios. Baik Gilang maupun Elios terkejut. Tapi kemudian, raut muka Elios berubah menjadi raut muka yang menakutkan.

"Berani banget lo hah!" teriak Elios menggema diseluruh koridor sekolahanya. Memang pagi ini belum banyak anak yabg datang. Tapi cukup membuat sedikit anak yang baru datang tertarik melihatnya.

"Dasar Jal.."

"Byur..." Alena menyiramkan air mineralnya ke tubuh Elios.

"Mulut lo bisa gak dikondisikan. Nyinyir kayak yang paling bener. Lo gak tau apa-apa tentang gue. Jadi, lo gak usah sok-sokan ngatain gue seenak jidat lo!" Teriak Alena. Membuat beberapa anak yang mengerumuni dirinya kebingungan.

"Satu lagi. Gue bukan cabenya Rico. Gue adeknya, ngapa lo?" Sorot kemarahan terlukis jelas di wajah Alena dan juga Elios.

Kemudian, Alena pergi begitu saja tanpa memandang tatapan anak-anak yang berada disekitarnya.

Dan Elios. Hanya terpaku di tempat. "Bro lo gak papa." tanya Gilang sambil menepuk bahu Elios.

"Diem an*ing." Elios mengepalkan kedua tanganya.

"Tunggu aja tanggal main gue Alena!" Elios beranjak dari tempat itu dengan emosi yang meluap-luap.


Halooo..gimana nih kabarnya? 😃 Sehat semua ya. sorry kalo kebanyakan typo yang nyangkut disitu😂. Oke.. Tunggu next partnya ya... Bey-bey😄

INVOLUTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang