Seventeen

22 1 0
                                    

Matahari mulai menampakkan sinarnya. Alena masih meringkuh di lantai. Yah sejak kejadian kemarin malam dia sama sekali tidak beranjak dari tempatnya menangis itu. Sungguh, jika dikata penampilannya sangat kacau sekarang.

Tak lama pintu terbuka, menampilkan sosok monster bukan lebih tepatnya devil yang menyeretnya kesini. Disana Elios berdiri dengan wajah kaget sedangkan Alena sama sekali tak bergeming. Ia sudah muak, muak jadi boneka permainannya.

"Lo? Sejak kapan lo duduk disitu?" Tanya Elios, tapi Alena memilih bungkam.

"Len!" Alena masih bungkam.

"Oke..berdiri sekarang!" Perintah Elios dengan amarah yang tertahan. Kali ini Alena menurutinya.

"Len tatap muka gue!" Perintahnya lagi. Tapi Alena kembali tak menanggapinya. Sentakan karena Elios menarik paksanya membuatnya menatap pria itu. Irisnya menampakkan sorot kemarahan.

Alena menyunggingkan sebuah senyum. Senyum yang terlihat sedang mengejek pria dihadapannya itu. Elios menatapnya bingung. "Mau lo apa lagi? Sekalian aja rusak gue!" Boom..kata-kata itu keluar dari mulut Alena. Elios terkejut, ia melonggarkan pegangannya di pinggang Alena. Lalu menghempaskan gadis itu.

"Lo?" Ucap Elios dengan tampang dijijik-jijikan. Alena menahan air matanya untuk tidak tumpah. "Sadar diri. Lo cuma maid gue!" Ucap Elios. Kali ini ia tak bisa menahannya lebih lama lagi. Tangisnya pecah.

"Lo!! Fuck you! Dasar Baj*ngan!" Ungakapnya marah sambil menangis.

"Lo tau, gue lebih jijik sama lo!!" Alena memukul-mukul Elios. Sedangkan Elios diam menatapnya datar. "Salah gue apa sama lo!! Bunuh gue aja! Bunuh gue!" Alena merosot jatuh. Ia sudah tak punya kekuatan lagi selain untuk menangis. Ia memanggil-manggil nama kakaknya disela-sela isakannya.

Elios sudah tidak tahan. Ia lalu menyeret gadis itu dengan paksa. Tak ada penolakan sama sekali. Alena sudah pasrah dengan nasibnya. Kedua remaja itu keluar dari apartermen dan menuju basment. Elios menuntun Alena kedalam mobilnya kemudian mereka pergi.

🍂🍂🍂


Mobil hitam itu berhenti disebuah rumah. Tanpa perintah Alena keluar dan membanting pintu itu. Ia segera bergegas masuk kedalam rumah. Masa bodoh dengan Elios.

Disana terparkir motor milik Deon. Ia berlari masuk. Didalam sana sudah banyak orang, ada Deon, Dila, Rico dan teman-temannya. Mereka semua langsung menghampiri Alena saat melihat gadis itu berdiri didepan pintu dengan keadaan berantakan.

Rico langsung memeluk adiknya itu. "Len lo kenapa?" Tanyanya. Tapi Alena tidak bergeming. Dia lelah terlalu lelah untuk bicara apa-apa sekarang. Dila yang mengerti kondisinya meminta izin kakak Alena untuk membawanya istirahat.

"Ini kerjaan dia!" Seru seorang laki-laki yang berada disamping Rico. Alex namanya.

"Siapin anak-anak!" Rico berjalan menaiki tangga. Ia ingin memastikan sesuatu. Deon mengikut dari belakang.

Didalam kamar, Alena menangis menjadi-jadi. Dia menceritakan semua pada Dila. Dila memeluknya. Dia tak terkejut jika Elios melakukan hal-hal yang diluar batas kewajaran. Tapi caranya memperlakukan Alena. Rasanya sangat menyakitkan.

"Jadi ini kerjaan Baj*ngan itu!" Rico masuk dengan emosi. Ia sempat mendengar mereka membicarakan Elios. Yah hanya sepenggal-sepenggal karena dari luar hanya terdengar samar.

"Kak!" Ucap Alena tertahan.

"Apa yang udah dia lakuin aja sama kamu?"

"Gak ada." Jawab Alena.

"Jangan bohong! Seharusnya kemarin kakak habisin dia!" Alena tak percaya.

"Kak..jangan bilang Kak Rico yang mukulin dia habis-habisan kemarin? Kak..kok kakak kaya gitu sih!" Setetes air mata Alena mengalir.

"Kenapa kak? Kenapa?"

"Kakak gak bakal ngelepasin dia."

"Kakak sadar gak? Kakak yang buat aku kaya gini!" Teriak Alena, membuat orang didalam kamar itu terkejut.

"Kalo aja kakak gak suka cari-cari musuh. Alen gak bakal kaya gini kak. Kakak gak mau ngelihat orang yang kakak sayang i disakiti kan? Jadi kakak juga gak usah nyakitin orang lain! Hiks.." Alena menutup wajahnya dengan telapaknya. Dia sudah merasa sangat lelah.

"Aku capek. Kakak keluar, Deon juga. Dila tinggal disini!" Pinta Alena. Rico memilih diam setelah mendengar penuturan Alena tadi.

Setelah menutup pintu, Rico menghembuskan nafas dan mengacak-acak rambutnya."Gue ini kakak apaan? Bukannya jagain adek malah jadi orang brengsek!" Deon yang mendengar itu menepuk bahu kakak sahabatnya itu, memberinya dukungan.

"Kak Ric, saran aku batalin aja rencana kakak sama temen-temen. Kakak gak mau Lena tambah kecewa lagi kan?" Ucap Deon, Rico memandangnya sekilas lalu mengangguk lemah.

INVOLUTETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang