17

826 26 0
                                    

Bella menatap keluar dari jendela kamarnya. Ia sudah pulang dari rumah sakit tadi pagi. Ia sama sekali tidak tau kabar Bryan.

Selama dirumah sakit, Bryan tidak menghubunginya. Bahkan Bryan tidak menjenguknya. Bella sudah mengirim banyak pesan tetapi tidak ada satupun yang dibalas.

Bella memutuskan untuk tidur. Supaya besok ia sudah bisa kembali lagi sekolah.

---

*flashback on*

"udah hari ke 23 nih. gue harus gimana sama dia?" Tanya Bryan kepada 2 sahabat smp nya itu. Raihan dan Ivan.

"Romantisin aja dulu. Bikin dia terbang se terbang terbangnya. Abis itu putusin" cengir Ivan tanpa dosa.

"Tapi, lo yakin? Jahat banget gila kedengerannya" sanggah Raihan.

"Gue terima usul lo, Van." Bryan menyetujui sambil melanjutkan bermain ps.

Raihan hanya menghela nafas. "Inget. Penyesalan selalu datang di akhir" tegur Raihan sambil menepuk pundak Bryan.

*flashback off*

Bryan mengingat saran Ivan. Sekarang, ia sedang berjalan menuju kelas Bella.

Sesampainya disana, ia melihat Bella yang sedang membaca novel sambil mendengarkan musik lewat earphonenya. Bryan segera menghampiri Bella dan duduk disebelahnya.

"Hei?" Sapa Bryan tapi tak direspon Bella. Gadis itu tetap larut dalam alunan lagu yang di dengarnya.

Bryan mencubit pipi Bella, membuat ia meng-aduh.

"Ihh kamu ngagetin aja"

"Biar suprise kan" cengir Bryan.

"Aturan tadi manggil aja. Jangan tiba tiba nyubit. Kaget tau" cibir Bella.

Bryan menyentil dahi Bella pelan. "Daritadi juga gue manggilin lo sayang"

Deg.

Apa?

Sayang?

Tadi Bryan bilang sayang?

ASTAGAAAAA

rasanya ingin sekali Bella terbang saat ini.

"Nih aku bawain makanan. Maaf ya kemaren gasempet jenguk. Aku ada  acara keluarga soalnya." Tutur Bryan sambil menyerahkan kotak makanan.

"Iya gak papa. Ini apa?"

"Itu nasi goreng. Tadi pagi aku bikinin buat kamu. Makan ya. Aku suapin" ucap Bryan sambil menyendoki sesuap nasi ke mulut Bella.

"Mwakwaswih lwoh" ucap Bella tak jelas karena nasi penuh ada di mulutnya.

"Telen dulu.."

"Makasih loh" ucap Bella, kali ini lancar karena nasinya tertelan. "Ini enak banget. Kamu masakin pake bumbu tambahan apa emang?" Tanya Bella.

"Bumbu cinta" ucap Bryan sambil mencium pipi Bella.

Bella membeku. Merasakan getaran hebat. Ia tak menyangka, pipinya di cium bibir Bryan. Pipinya merah merona bak keliting rebus.

"Ciee blushing yaa" goda Bryan sambil menoel noel pipi Bella gemas.

"Ih Bryan jangan gitu lagi yaa" pinta Bella sambil menunduk.

"Loh? Kenapa?"

"Ihhh. Kamu mendadak banget. Aku malu tau"

Bryan tertawa. Sangat lucu gadis di hadapannya sekarang ini. Gadis yang 'brutal' di hadapan orang lain, bisa bersikap sangat lucu dan manis di hadapannya.

lucu banget lo Bell. Sayangnya, lo cuman taruhan gue

---

Bella dan Bryan beriringan berjalan menuju mobil Bryan. Mereka berdua menuju taman pilihan Bryan.

Di perjalanan, Bella samasekali tidak berani menatap wajah Bryan. Ia masih sangat malu mengingat hal tadi siang.

"Hey? Kok nunduk terus?" Tanya Bryan sambil menyetir.

"Ih aku masih malu" sahut Bella. Pipinya tiba tiba merona, lagi.

Bryan tertawa melihat pacarnya itu.
"Mau aku cium lagi?" Goda Bryan.

"Ihh emang biar apa sihh"

"Biar kamu makin sayang aku" tawa Bryan.

"Aku kan emang sayang kamu dari dulu" tanpa sadar, ucapan itu terlontar jelas dari mulut Bella.

"Hah? Apa? Aku gak denger" ucap Bryan pura pura tidak mendengar. Ia ingin Bella mengucapkannya lagi.

"Lah? Eh? Emang tadi aku ngomong apa?" Tanya Bella yang baru sadar ia berbicara seperti tadi. Sungguh, ia merutuki mulutnya yang berbicara asal ceplos tadi.

"Tadi kamu ngomong, 'aku mau kamu cium lagi. Tapi disini' " ucap Bryan mengarang sambil menunjuk bibirnya.

damn. demi apa gue ngomong gitu? laknat kau mulut iseng! Rutuk Bella dalam hati.

Setelah sampai ditaman, Bryan menggandeng tangan Bella erat erat. Seakan akan tak mau gadis itu hilang.

bullshit banget lo, Yan. -author.

Kondisi taman itu sepi. Tapi tentram. Damai. Tidak ada anak anak alay disana.

"Ini tempat favorit gue buat nenangin pikiran gue. Kadang gue suka curhat sama Larry disini" tutur Bryan sambil duduk di tepi danau.

"Larry? Siapa Larry?" Tanya Bella heran.

"Larry itu, ini" Bryan menujuk batu lumayan besar yang halus dengan tulisan 'Larry' menggunakan cat warna coklat terang.

Bella terkejut. Ia menyunggingkan senyumnya.

Jadi, selama ini, Bryan curhat dengan batu?

"Kok dinamain Larry?"

"Gue suka nonton spongebob. Dan gue paling suka Larry lobster"

Bella tersenyum. "Lucu ya. Orang kayak kamu suka kartun. Spongebob lagi" kekeh Bella.

Hari mulai sore. Bella dan Bryan memutuskan untuk pulang.

"Kamu keberatan ga kalo kita ke suatu tempat dulu?" Tanya Bella.

"Mau kemana?"

"Ke tempat favorit aku. Biar aku aja yang bawa mobil. Kamu istirahat aja"

"Eh? Emang gapapa?"

"Iya gapapa"

Bryan mengangguk dan membiarkan Bella menyetir. Bella mengendarai mobil menuju tempat itu.

Setelah 30 menit perjalanan, mereka sampai di gedung serbaguna.

"Kita ngapain kesini?" Tanya Bryan.

"Udah. Ikut aja dulu yuk" ajak Bella sambil menarik Bryan kedalam. Mereka menaiki lift menuju rooftop yang ada di lantai 4.

Sesampainya di rooftop, Bryan terpukau dengan keindahan kota Jakarta dari atas sini. Lampu lampu yang menyala, kendaraan yang lalu lalang, semuanya indah dipadukan gelap malam.

"Sini duduk" ajak Bella menduduki seperti karpet agak tebal.

"Kamu sering kesini?" Tanya Bryan.

"Ini gedung punya papa. Aku sering kesini kalo lagi ada masalah. Soalnya disini tenang. Kalo malem kayak gini, lebig bagus buat nyari inspirasi" tutur Bella.

Bryan mengangguk angguk paham. Bella tiba tiba menyandarkan kepalanya di bahu Bryan.

Bryan merasa ada getaran di dalam dirinya. Jantungnya sedikit tak karuan. Ia tak paham mengapa ini.

Bryan merangkul Bella kedalam dekapannya.

"Aku sayang kamu" ucap Bryan senyum.

Bella merasa pipinya memanas. "Aku juga"

---

Bentar lagi sampe ke puncak konflik yey!

SinceroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang