13

872 25 2
                                    

Setelah sampai di pantai, Bella dan Bryan duduk di pasir. Mata Bella berbinar binar melihat pantai yang indah. Bryan jadi sedikit merasa bersalah karena ia mendekati Bella hanya karena sebuah taruhan bodoh itu.

Bella dan Bryan duduk di pasir. Menunggu sunset--ralat-- Bella lebih suka menyebut senja. Mereka berdua menunggu senja dan menyaksikan matahari yang terbenam.

"Lo gamain air?" Tanya Bryan

"Kalo kamu mau main, saya temenin"

"Emang lo ga mau?"

"Kalo kamu main air saya jadi ikut suka"

"Yaudah yuk" Bryan menarik tangan Bella menuju pinggir laut. Mereka tidak berenang. Hanya menciprat cipratkan air.

Setelah puas, mereka berdua kembali duduk di pasir dan menunggu senjanya Bella.

"Fotoin saya dong" ucap Bella yang disusul anggukan Bryan. Bella memberikan hpnya agar Bryan memfotonya.

Cekrek

Bryan menunjukan hasilnya kepada  Bella.

"Saya suka. Makasih ya" ucap Bella tersenyum manis.

Bella fokus menatap langit yang akan menampakan senjanya. Sungguh, itu adalah hal yang paling Bella tunggu.

"Lo suka bange sunset?" Tanya Bryan

"Sukanya senja"

"Iya iya. Lo suka senja?"

"Suka. Banget"

"Kalo lo ulang tahun gue kasih senja aja ya?"

"Senja kan milik bersama. Masa iya dikasih ke saya? Tapi kalo Allah ngerestuin sih, gapapa" sahut Bella tertawa pelan.

"Mau nanya boleh?" Tanya Bryan

"Itu kamu udah nanya"

"Oh iya ya" jawabnya terkekeh.

"Mau nanya apa?"

"Eee.. itu hal yang paling kamu suka itu apa?"

"Saya suka hujan. Suka senja, suka basket, suka fotografi, suka mural, suka lagu, suka kamu"

2 kata terakhir Bella membuat Bryan terkejut. Ia tersenyum dengan ucapannya.

"Kok lo bisa suka sama gue sih?" Tanya Bryan.

"Saya juga gak tau kenapa saya milih kamu"

"Jangan tinggalin gue ya, Bell? Jangan pergi. Stay disini" Pinta Bryan sambil menunjuk dadanya sendiri.

Bella mengangguk dan tersenyum.

Disisi lain,  Bryan agak merasa bersalah karena sudah mempermainkan perasaan perempuan itu. Tetapi tetap saja. Bryan tidak memiliki perasaan apapun kepada Bella.

Dan semoga tidak ada orang lain yang tau sampai akhirnya Bryan yang mengakhiri.

--

Hari ini, tepat 20 hari Bryan menjalani taruhannya itu.  Tidak terasa, Bryan sungguh mendalami perannya itu. Dan Ia tidak merasakan gejala gejala aneh saat bersama Bella. Malah,  Bryan malah agak membenci Bella yang padahal tidak punya salah.

Di hati lain, Bella tidak pernah mengeluh dengan sikap Bryan yang akhir akhir ini sungguh aneh. Terkadang kasar, terkadang tidak peduli. Tetapi Bella tetap bersyukur bisa memiliki Bryan. Walaupun ia tidak tau kalau hanya berlaku 30 hari.

Pagi ini, Bryan berangkat menuju sekolah bersama Bella. Saat sampai di sekolah, mereka berdua bergandeng tangan menuju kelas. Sepanjang koridor, tidak sedikit pasang mata yang menatap mereka berdua. Karena kagum atau tidak suka.

Tibatiba, Aida, Sheila dan Dila yang notabenenya adalah kakak kelas yang terobsesi sama Bryan, suka ngebully adik kelas, centil, 'kegatelan', songong dan sok jagoan itu menghampiri Bryan dan Bella. Mereka bertiga sedang liburan ke Eropa sejak sebulan yang lalu. Karenanya mereka tidak tahu menahu tentang kabar pacaran Bella dan Bryan.

"Aduhh ayang beb, kamu kok sama si jablay kayak dia sih?" Ucap Aida centil sambil bergelayut manja di lengan Bryan. Tampak wajah jijik dan risih di muka Bryan.

Bella yang melihat pemandangan itu hanya diam. Ia sebenarnya sangat emosi. Bisa saja wajahnya berubah merah padam. Tetapi ia bisa mengkontrol dirinya. Jadi, ia hanya diam saja. Menantikan ucapan apa yang akan di lontarkan Aida lagi.

"Bukannya lo yang jablay?" Jawab Bryan dingin. Dingin dingin menusuk. Singkat, padat, menusuk.

wow damn. Batin Bella.

Aida yang mendengar itupun langsung memanyunkan bibirnya itu. Sumpah, rasanya Bella ingin muntah tepat di wajah sok polos tapi bang*at.

"Ihh byyy, kok kamu gituin aku sih?? Yang ada tuh dia tuh kayak jablay dan murahan. Masa pacar aku di ambil sih?" Ucap Aida sambil menujuk Bella dengan ekspresinya yang menjijikan.

"Ehm. Tapi sepertinya definisi murahan itu cocok untuk anda. Anda gak laku ya sampe sampe terobsesi sama cowo orang?" Ucap Bella santai. Bryan terkejut karena ucapan Bella tetapi ia tersenyum karena Bella begitu berani berhadapan dengan Aida.

Aida pun bungkam menahan malu. Bayangkan saja. Di remehkan adik kelas didepan banyak orang di koridor sekolah? damn.

"Cabut yuk guys" ucap Aida sambil berjalan bersama Dila dan Sheila yang bisa dibilang adalah dayangnya.

Bryan tertawa kecil melihat kejadian tadi. "Kamu berani banget ya sama dia? Padahal banyak loh yang ngeri sama dia" ucap Bryan sambil mengacak rambut Bella gemas.

"Kan kita sama sama makan nasi. Kenapa harus takut? Lagian juga dia cuman sendiri. Liat kan tadi? Dayang dayangnya cuman ngeliatin doang. Sementara yang dia bully udah banyak banget"

Bryan yang mendengar jawaban Bella pun tersenyum. Melanjutkan perjalanan ke kelasnya.

---

Sementara itu di toilet siswi, Aida sedang melampiaskan emosinya. Dila dan Sheila menenangkannya --ralat-- lebih tepatnya, ngomporin.

"Ahhhh anjir banget ga si. Kok dia berani banget si sama gue? Dia gatau apa kalo gue orang kaya? Gue bisa aja nyogok kepsek buat keluarin dia dari sekolah. I have money. I'll spend my money for things what i love. Ahh damn! Shit!" Umpat Aida emosi.

"Udah Da. Emang sih itu dekel songong banget. Dia gatau kali ya lo anak konglemerat." Ucap Dila sambil menepuk nepuk punggung Aida.

"Pokoknya gue harus kasih pelajaran sama dia. Gue buktiin kalo dia harus tunduk sama  gue!"

"Emang mau pake cara apa?"

Aida tersenyum miring. Ia memberi tau rencananya kepada dua dayangnya itu.

"Gilaaa keren abis sih. Pokoknya lo harus banget bikin malu tuh bocah" ucap Sheila memanas manasi.

"Kapan mulainya?" Tanya Dila.

"Soon" ucap Aida dan menggantungkan kata katanya

"Dan sampai dia tunduk sama gue" Aida sumringah.

SinceroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang