30

1.2K 36 2
                                    

Langit mendung. Awan menggelap. Sepertinya hujan akan turun. Langit sangat mengisyaratkan turut kesedihan.

Ditatapnya lekat lekat batu nisan dihadapannya, tertulis nama wanita yang benar benar berarti dalam kehidupan banyak orang.

Satu kata yang mewakili semuanya. Menyesal. Kata itu mampu mewakili semua perasaan yang hadir.

Terlalu banyak kata 'seandainya' yang tadi ia fikirkan. Walaupun mengucapkan seribu kata 'seandainya' tidak akan membuat wanita itu kembali ke alam dunia.

Setidaknya itu adalah bentuk penyesalan dan bentuk cinta yang baru ia sadari.

Bryan berjongkok. Mengusap pelan batu nisan dihadapannya. Air matanya turun membasahi gundukan tanah.

Bella Asyila Humeera

lahir: 21 Juni 2000
wafat: 17 Mei 2017

Sekarang Bryan sadar. Kalau penyesalan memang ada di akhir. Sekarang Bryan sadar, siapa perempuan yang selalu bisa membuat detak jantungnya tak karuan.

Seandainya saja saat itu Bryan tetap memeluk Bella walaupun 5 detik saja. Pasti ia tak akan tertidur selamanya dibawah tanah. Pasti mobil yang hendak menabrak Bella sudah lewat.

"Bella.." Bryan menarik nafas.

"Yang tenang disurga ya. Sering sering main ke mimpi gue. Nampakin diri didepan gue juga gapapa. Gue bakal meluk lo saat itu juga"

"Lo satu satunya orang yang gapernah ngetawain gue yang masih nonton dora dan spongebob. Padahal gue udah 17 tahun gini" kekehnya.

"Dan bahkan, lo masuk kedalam daftar perenpuan perempuan yang gue sayang, yang gue cinta, dan yang gue lindungi"

"Gue sayang lo, Bell"

"Tapi Tuhan lebih sayang lo, makanya Tuhan manggil lo"

"Kayaknya gue bakalan sering sering tidur deh. Biar dimimpi ketemu lo"

Nada bicara Bryan memang seperti orang ceria yang sedang mengobrol dengan orang asli. Tetapi sumpah, didalam hatinya ia bagaikan tersayat.

Siapa yang tidak sedih melihat orang yang disayangnya terbaring dibawah tanah tanpa bisa bangun lagi?

Takdir tetap takdir. Sekuat apapun menahan, pasti akan datang. Ini sudah rencana-Nya. Ini sudah jalan-Nya. Ini sudah takdir-Nya. Kita sebagai manusia biasa tidak akan bisa merubah atau melawan takdir.

"Yan" panggilan itu membuat Bryan menoleh.

Varo menyodorkan amplop berwarna abu abu.

"Dibaca sekarang juga. Gue tinggal ya?" Pamit Varo.

Bryan mengangguk dan mempersilahkan Varo pergi. Dibukanya perlahan amplop abu abu itu. Amplop yang berbau leci. Bau kesukaan Bryan.

Mendadak hatinya bergetar. Matanya sudah siap menumpahkan air mata yang daritadi tak kunjung berhenti.

Teruntuk kamu, pawang hatiku.

Asik gatuh intronya? Wkwk. Tapi emang bener si lo itu pawang gue. Aduh kan lupa mau nyapa. Hola Bryan! Pasti pas lo baca ini, gue udah ga didunia. Lo sedih ga?

Seneng deh gue sempet dipeluk lo buat terakhir kali sebelum si mobil nabrak gue. Tau gak? Rasanya waktu itu gue gamau lepas pelukannya.

Lo tau ga Yan? Gue sayang banget tau sama lo:v untuk soal lo nampar gue?
HAHAA udah gue anggep itu tamparan kasih sayang kok. Hehe.

Baik baik ya disana. Jangan berantem mulu sama Varo. Sejujurnya, gue masih pengen bertahan. Padahal luka karena tabrakan itu cuman luka kecil kok. Tapi Tuhan bakalan manggil gue, Yan.

Jangan lupa makan. Jangan lupa waktu karena nontonin dora dan spongebob lo. Jangan jadiin cewe lain taruhan, cukup gue aja. Jangan jarang mandi, lo bau. Banyak makan.

I love you, Lychee.

                           full of love, watermelon

Tangannya bergetar. Air matanya turun semakin deras. Pandangannya kembali melihat batu nisan yang diam tak bergerak.

"Gue juga sayang lo. Gue sedih, khawatir, pas denger lo kecelakaan. Gue juga ngerasa nyaman banget pas meluk lo sebelum lo ketabrak. Rasanya gamau ngelepas. Gue bener bener nyesel nampar lo. Disitu gue kesulut emosi. Walaupun hati kecil gue bilang gue harus meluk lo, tapi ego gue terlalu besar. Luka kecil lo bilang? Kepala lo bocor, kaki lo patah, tangan lo luka, pinggang lo robek, lo bilang luka kecil? Lo bikin gue khawatir Bell! Gue gabakal lupain semua nasehat lo asal lo sering sering muncul dimimpi gue."

"I love you too, my watermelon. tu amor es sincero"

                       --TAMAT--

SinceroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang