29

1K 40 2
                                    

Play lagu di multimedia, ya.

----

Tanpa aba aba, Bryan menjalankan mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata dalam keramaian kota Jakarta.

Pikirannya kacau. Satu kalimat tadi membuat seakan dunianya runtuh. Satu nama yang terngiang sekarang, Bella.

Bryan menyusuri lorong rumah sakit dengan terburu buru. Persetan dengan orang orang yang tidak sengaja Bryan tabrak karena buru buru.

Sampailah diruang ICU. Langkahnya terhenti ketika melihat dari kaca ada seorang perempuan terbaring lemah dengan alat alat menempel dan banyak bagian tubuh di perban dengan dokter yang memeriksanya.

Kakinya terasa lemas sekarang. Ia menoleh kepada sekumpulan orang yang ikut menangis. Orang tua Bella, Naira, dan Varo.

Aini menangis paling deras. Seakan ditusuk belati mengetahui anak perempuan satu satunya kecelakaan. Hendra dan Naira membantu menenangkannya walaupun mereka berdua ikut menangis.

Bryan tertuju pada Varo. Cowok itu menatap kosong kedepan. Tetapi air matanya benar benar jatuh mengalir deras tanpa isakan.

Seketika momen momen kebersamaannya bersama Bella berputar dibenaknya. Saat Bella tertawa, saat ia menangis, saat ia senyum, saat ia makan, saat ia merajuk, saat ia berusaha, saat ia sedang pusing mengerjakan ulangan, saat ia tanding basket, saat ia membela Naira, saat ia menyadarkan Aida.

"Yan, ikut gue" Panggilan Varo menyadarkan Bryan dari lamunannya. Ia mengikuti Varo berjalan pergi dari ruang ICU yang ternyata menuju rooftop rumah sakit.

Mereka berdua duduk berdampingan. Tatapan Varo kosong kedepan tetapi mengisyaratkan kesedihan.

Varo menghela nafas "Bella orang baik, sumpah" ucapnya.

"Dia pernah ngebelain gue pas gue dibully kakak kelas sd dan smp. Bahkan pas tubir waktu itu aja, Bella bela belain ikut cuman buat ngejaga gue. Akhirnya apa? Dia juga yang kena gorok." Suara Varo mulai bergetar.

"Walaupun dia kayak pemberontak, dia sebenernya ga kayak gitu. Dia lembut. Dia suka ke panti asuhan buat sekedar main atau ngasih makanan. Dia juga sering ngajar anak anak yang gak sekolah"

"Bella itu orangnya ga gampang nyerah. Lo tau? Pas SMP dia pernah patah tulang dikaki karena dia main basket. Disitu dia samasekali ga ilang harapan. Dia malah gamau pake kursi roda. Dia selalu nuntut pake tongkat. Dan gak lama, dia belajar jalan sendiri. Tiba tiba dia lari kerumah gue ga pake tongkat terus jingkrak jingkrak" kekeh Varo.

Bryan mendengarkan cerita itu dengan seksama.

"Bella itu, perempuan kuat. Pas kelas 4 sd, dia pernah drop. Drop banget. Trombositnya turun, panasnya 42°c. Dibawa ke IGD sama orang tuanya. Mamanya sampe nangis. Kata dokternya, sebenernya Bella bisa kejang kejang. Bahkan bisa meninggal. Tapi alhamdulillah kata dokternya Bella itu orang kuat."

"Dan Bella, orangnya setia. Barang barang dia dari kecil, masih ada sampe sekarang. Karena dia tau, susah dapetinnya" Varo menoleh ke Bryan.

"Dan dia, setia sama lo. Asal lo tau ya. Setelah lo berdua putus, ada 6 cowo yang nembak Bella. Tapi semua ditolak. Padahal bisa aja kan Bella cuman jadiin pelampiasan doang. Tapi dia enggak gitu"

Bryan tertegun mendengar ucapan itu. Perasaan menyesal menyelimuti pikirannya.

Oh Tuhan. Jika saja Bryan bisa meminta satu doa dan akan dikabulkan sekarang juga, Bryan meminta Bella kembali seperti Bella yang sebelumnya.

---

Jari jari tangannya bergerak. Denyut nadinya terasa. Detak jantungnya kembali normal. Perlahan kelopak matanya terbuka lemah.

SinceroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang