25

969 29 0
                                    

Varo berdecak sebal. Sudah 15 menit ia menunggu Bryan lewat tetapi tidak kunjung terlihat.

Varo menunggu Bryan di gang belakang sekolah yang jarang diketahui orang. Varo memilih tempat itu karena Bryan pasti lewat situ.

Panjang umur. Yang di bicarakan lewat dengan santai. Varo menghampirinya.

"Wetseh kalem bro" ujar Bryan.

Tanpa aba aba, Varo melayangkan tinjunya tepat di perut Bryan.

"Biar apa?" Ujar Bryan santai.

"Lo masih nanya kenapa? Brengsek!" Bentak Varo geram dan langsung melayangkan bogemannya segingga ujung bibir Bryan robek.

Pukulan demi pukulan mendarat di tubuh Bryan. Anehnya, ia sama sekali tidam melawan.

Bryan sudah lemah sekarang. Ia bahkan sudab muntah 2x karena Varo meninju perutnya

"Tonjok gue! Abisin! Asal lo tau Ro, gue nyesel! Gue ngerasa kehilangan!"

"Omongan lo bullshit, bego!"

"Kali ini gue jujur! Gue sayang sama sahabat lo!" Jujur Bryan dengan nada tinggi.

"Kalo lo sayang, lo gabakal ada niatan buat bikin dia sakit hati, goblok!" Bentak Varo.

"Ro udah Ro! Lo jangan sampe nge bunuh orang!" Lerai teman teman Bryan tetapi tidak dipedulikan Varo.

Varo menarik kasar kerah baju Bryan yang terduduk lemas di jalan. "Ini baru pemanasan. Kalo sampe Bella kenapa kenapa, idup lo gabakal tenang." Ancam Varo dan menghempaskannya ke jalan.

---

Siang ini sinar matahari tertutup awan. Semilir angin meniup pelan rambut Bella yang sedang duduk di rooftop.

Bella merasakan ketenangan. Ia merasa ramai dalam sepi. Setidaknya, sesuatu yang berada di sekitarnya sekarang tidak akan menganggunya.

"Bell?"

Baru aja dibilang. Kan ada yang manggil.

Bella tidak menghiraukan panggilan orang itu. Ia sudah mengenal siapa pemilik suara itu.

Orang itu mendekati Bella dan berdiri dihadapannya.

"Mana ember dan telor lo? Atau lo malah pengen ngedorong gue dari sini jatoh ke bawah?" Tanya Bella sarkastik.

"Bell, mungkin gue emang goblok banget kali ya. Lo gapunya salah apapun sama  gue tapi gue malah ngusik lo. Gue bener bener minta maaf" lirih Aida.

"Gue di D.O dan gue bakal pindah ke Milan buat sekolah disana sekalian ikut orang tua. Sekali lagi gue minta maaf atas  yang pernah gue dan temen temen gue lakuin ke lo" lirih Aida yang terdengar tulus.

Bella bangun dari duduknya dan berdiri menatap tajam ke arah Aida.

Ia menghela nafas. "Gue udah maafin lo. Yang penting lo jera. Cukup gue dan Naira aja korban lo. Jangan pernah  gitu lagi ke orang lain apalagi adek kelas lo di  Milan"

Aida menatap tak percaya. "Dan bahkan lo bisa maafin gue? Gue gangerti lagi. Padahal gue nganggep diri gue gapantes dapet maaf dari lo" Aida langsung memeluk Bella. Bella agak terkejut karena terlalu tiba tiba.

"Sukses di Milan ya" bisik Bella.

"Sumpah Bryan bakak nyesel mutusin cewek baik kayak lo" bisik Aida.

SinceroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang