Hari berlalu begitu saja. Monoton. Tak ada satu pun yang berubah, seakan enggan memberi jawaban atas masalahku. Tak mengapa, hidup bukan untuk di ratapi tapi untuk di jalani.
Sebesar apapun masalahmu... Bersabarlah, karena Allah tahu batas kemampuan setiap hamba-Nya. Percayalah, untuk mendapatkan sesuatu yang indah di butuhkan suatu pengorbananan dan usaha.
Baru kita akan sadar, bagaimana rasanya ikhlas. Bagaimana rasanya bersyukur.
2 minggu sekolah namun tetap saja, hanya ada 1 orang yang mau berteman denganku. Erina Rahmawati. Entah apa yang membuatnya berbeda, ia tak sepemikiran dengan
teman-temannya. Ia yakin dengan pemikiran sendiri. Yang terpenting, aku bersyukur karena masih ada yang mau berteman denganku. Aku yakin, sekeras apapun batu...lambat laun ia akan berlubang juga dengan tetesan air. Sedikit demi sedikit.*****
Matahari seakan tersenyum pada bumi pertiwi. Menyambut pagi dengan kehangatan cahayanya, di kota Metropolitan itu. Suara deru lalang kendaraan mulai memadati jalan layang Ibu kota Jakarta. Seakan kota itu tak pernah mati, dan tak kenal sepi. Aku berharap hari raya idul fitri cepat datang, karna pada saat itulah kota Jakarta terbebas dari hiruk pikuk perekonomian.
Aku berjalan sendiri, menyusuri tempat parkir sekolah menuju ke kelas.
"Gadis ninja!! sendirian aja lo ? Mana tuh malaikat pelindung lo ?!" teriak seorang laki-laki diantara kerumunan siswa yang sedang melakukan pemanasan di pinggir lapangan. Aku semakin mempercepat langkahku, berusaha tak menghiraukan kerumunan berbaju olahraga itu.
"Yah, nggak ada yang ngelindungin lo dong!!" sahut temannya yang sedang memegangi bola basket, sedetik kemudian menjuruskannya tepat kearahku. Brukk!! Tersungkur di lantai, bola itu tepat mengenai kepalaku. Entah mengapa hari ini tenagaku seakan lemah. Pusing.
"Astaghfirullahal 'adhim.." Memegangi kepalaku yang mendadak
terasa berat. Aku teringat pesan ummah tadi pagi."Sal, udah nggak usah berangkat aja yah hari ini. Mukamu pucet dan badanmu juga panas banget, biar kita ke dokter aja yah.."
"Nggak papa ko ummah, Salamah baik-baik aja. Nanti juga panasnya mendingan sendiri kok, umm.."
"Ya udah. Nanti kalau sekiranya kamu nggak kuat , batalin aja puasa sunnah-nya aja yah sayang..."
"In syaa allah, salamah kuat kok umm. Bismillah, salamah kan udah niat."
Tak beberapa lama kemudian, seseorang berlari kearahku dan mengambil bola yang berada tepat di depanku.
"Sory, sengaja." katanya enteng dengan ujung bibir yang di tarik keatas. "Bisa bangun nggak lo ?? gitu aja langsung drama!!" sinis.
Aku bangkit, tak menggubris perkataan laki-laki di depanku itu. Diam sedetik, menetralkan pusing sebentar. Tanpa menoleh. Tanpa memandang. Aku langsung bergegas menuju ke ruang kelas.
Laki-laki itu mati ditempat, memandang kepergianku. Kakinya seakan mati rasa, tangannya bergetar. Beberapa detik. Remang-remang aku mendengar tawa mereka pecah. Menertawai kesuksesan temannya itu, yang berhasil menjailiku. Si laki-laki itu berjalan menuju ke kerumunan temannya, berbaur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di antara Tilawah dan Do'a
EspiritualKisah seorang wanita bernama Salamah Asyfaroh, yang terkubung dalam bayangan masa lalunya yang menyedihkan. Kehilangan keluarga dan orang-orang di sekelilingnya membuat dirinya selalu merasa sendiri. KOSONG!!! Sampai pada akhirnya dia melihat sisi l...