Bab 1. Pertemuan

2.5K 93 9
                                    

Siang itu cuaca begitu terik di Panti Asuhan Pelita Harapan Jakarta, matahari seakan membakar kulit di bumi kota metropolitan itu. Ditambah lagi dengan arus lalu lalang kendaraan yang hampir tidak pernah alfa memadati jalan-jalan besar Ibu Kota Jakarta itu.

Seorang wanita duduk di kursi kecil dengan ditemankan alunan suara Murottal Muzamil Hasballah dari mp3 HPnya, seperti biasa surah ar-rahman menjadi salah satu surah Kesukaannya sambil menunggu adzan dhuhur berkumandang.

Nama wanita itu adalah
Salamah Asyfaroh, seorang mahasiswi S1 Pendidikan Agama Islam yang tengah mengejar target skripsinya. Dengan usia yang masih sangat muda ia sudah menjadi salah satu pengurus panti asuhan yang letaknya lumayan dekat dengan rumahnya tersebut. Panti asuhan yang ditinggali hampir 18 anak dibawah umur dengan rata-rata usia 5-12 tahun itu cukup kecil dan sempit. Jika di lihat-lihat, bangunan itu hampir seperti rumah biasa yang tidak begitu besar.

"Salamah..." panggil ummah Dini dengan suara yang lembut.
"Iya ummah.." sahutnya buru-buru menemui ke sumber suara. Dilihatnya wanita paruh baya
itu sedang menata beberapa kue brownis ke dalam box besar.
"Sal...bisa tolong antarkan kue ini kewarung depan ?" mengambil 2 box besar berisi kue brownis kesukaannya.
"Tentu ummah." menerima box besar itu dan tersenyum lembut, di ciumnya punggung tangan ummahnya itu.
Walau sebenarnya wanita yang kini di hadapannya itu bukanlah ibu kandungnya, namun Salamah sangat menyayanginya seperti ibunya sendiri.

Di kayuhnya sepeda buntut miliknya dengan penuh semangat 45. Padahal matahari siang itu cukup membuat kulit wajahnya yang putih menjadi merah kepanasan jika tak ada cadar yang melindunginya, di tambah lagi jarak warung yang cukup jauh dari rumahnya membuat tenaganya cepat terkuras. Selang hampir 15 menit, akhirnya salamah pun sampai di warung yang menjadi langganan untuk ummahnya menitipkan kue.

"Oalah nduk, kok panas-panas gini kenapa malah kamu yang nganterin kuenya ummah ?"celoteh bu Darmi, pemilik toko yang lumayan besar itu.
"Ah, iya bu. Kasihan ummah lagi sibuk, jadi nggak bisa nganterin kesini." jelasku sopan, sambil memberikan 2 box berisi brownis ke bu Darmi.
"Oh." mengangguk-angguk faham.
"Ya udah bu, salamah pamit dulu mau bantu-bantu ummah. Assalamu'alaikum wr.wb." pamit.
"Waalaikum salam." jawabnya.

Salamah menggayuh lagi sepedanya, sampai di sebuah gang besar tiba-tiba sebuah motor melaju kencang dan menyerempetnya. Brukk!!! Si pengendara semakin menarik kencang motornya melihat gadis itu jatuh ke aspal. Jalanan itu nampak lumayan sepi.

"Innalillahi." aku kaget. Tiba-tiba seseorang menghentikan mobilnya. Suara langkah kaki mendekat.
"Apa Ukhti baik-baik saja ?" tanyanya membantu sepedaku berdiri.
"Alhamdulillah, terima kasih." jawabku, dan seketika kulihat wajahnya. Astaghfirullah...mata kami tak sengaja bertemu.
"Maaf, apa Ukhti tinggal di sekitar sini ?" tanyanya lagi.
"Saya permisi dulu, terima kasih sudah membantu. Assalamu'alaikum wr.wb." buru-buru ku gayuh lagi sepedaku. Entah mengapa aku merasa takut dengan laki-laki itu, matanya....astaghfirullah.

--------- ---------- --------- ---------






















"Pertemuan kita memang singkat dan tak ada yang istimewa. Namun dengan waktu yang singkat itu, suatu hal sudah terjadi. Allah tahu kapan saatnya kita akan di pertemukan kembali. RAHASIA-NYA."




















Terima kasih karna sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini..😊

Maaf jika ceritanya agak rada aneh, soalnya ini adalah pertama kalinya author nulis cerita di wattpad ini.

Semoga kalian bisa puas dengan imajinasi author ini..😊

Cinta di antara Tilawah dan Do'aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang