Malam itu rumah besar yang biasanya sepi kini berubah. Sang empunya rumah yang selalu di sibukkan dengan urusan duniawi sampai lupa kapan terakhir kalinya rumahnya itu di bacakan ayat Allah SWT. Padahal semegah apapun rumah, jika tak pernah di bacakan Qalam-Nya itu serasa bagai kuburan. Padam. Suram.
"Alif, Ba', Ta',.." Suara barithon laki-laki dengan terbata-bata. Berusaha mengingat setiap huruf di hadapannya itu. Huruf hijaiyyah.
"Allahu Akbar!!! Maa syaa allah.." ucap wanita tua di sampingnya itu. Tak menyangka dengan apa yang di lihat dan di dengarnya barusan. Tanpa sadar air mata bahagianya tumpah. Wanita itu mengusap air matanya dengan baju yang di kenakannya. Berusaha menetralkan perasaan harunya.
"Bi Minah!!!.." panggil seorang wanita berjilbab yang tengah berjalan di ruang tamu. Si empunya rumah.
"Aden, Bibi ke bawah dulu yah..ibu sama bapak udah pulang." Pamitnya.
"Iya, Bi." Jawabnya dengan mata yang masih bergulat dengan huruf dihadapannya itu. Melanjutkan mengeja huruf hijaiyyah. Si bibi tersenyum menatap tuan mudanya yang sudah mau belajar agama. Kemudian langsung beranjak pergi. Menyambut majikannya di bawah. Di ruang tamu.
"Kok tumben pulang cepat tuan, nyonya ?" sapa bi Minah yang sudah membawa mapan berisi teh hangat. Si majikan sedang duduk di sofa ruang tamu.
"Iya. Pingin aja." Jawab wanita berjilbab maroon itu. "Apa Ardhan belum pulang lagi ??" Tanyanya memperhatikan sekeliling.
"Dasar anak nggak berguna!! Kerjanya cuman main-main sama foya-foya uang saja!! Kasih tahu anakmu itu ma, didik dia yang bener. Kamu sih terlalu manjain dia!!" Cerocos laki-laki berjas dengan kesal. Nampak sekali kekecewaan di mata tajamnya terhadap putranya itu.
"Dia kan anakmu juga!! Salah siapa yang suka memberikan kebebasan kepada anak itu ? Dia keras kepala, sama sepertimu. Kamu juga sebagai ayah harusnya bisa memberikan contoh yang baik kepada anaknya, bukannya malah sibuk dengan pekerjaan. Anakmu itu sebenernya siapa ? Ardhan apa uang ??" Sang istri tak mau kalah. Menyauti perkataan sang suami. Suasanya atsmofer rumah itu mulai menegang setiap kali membahas perihal anak mereka. Ardhan Satya Perwira.
"Tuan, nyonya.." panggil bi Minah lembut. Melerai ketegangan yang mulai muncul. Bi minah berusaha menjelaskan apa yang sudah terjadi hari ini. " Den Ardhan, dia sudah ada di rumah. Tolong jangan terus salah faham dan saling menyalahkan masing-masing. Asal tuan dan nyonya tahu, den Ardhan sudah berubah sekarang. Menjadi lebih baik. Saya senang sekali bisa melihat den Ardhan belajar ngaji sama sholat. Rasanya selama saya mengasuhnya, baru kali ini saya melihat den Ardhan seserius ini belajar agama. Saya terharu sampai baju saya ini basah begini." Air matanya kembali menetes, kembali lagi wanita tua itu mengusap air matanya dengan baju yang ia kenakan.
"Apa benar Bi ??" Si nyonya rumah kaget dan mulai penasaran.
"Sejak kapan anak itu peduli tentang agama ?? Sejak kapan anak itu bisa tertarik ngaji dan sholat ?" Timpal si suami angkuh. Masih tak percaya dan lebih ke curiga.
"Kalau nyonya sama tuan nggak percaya, silahkan bisa langsung ke kamar den Ardhan. Buka mata dan hati tuan untuk melihat perubahan baik dari Aden." Jelas bi Minah.
Mereka bertiga kemudian melangkahkan kakinya ke kamar atas. Kamar Ardhan. Sampai di depan pintu, sang ibu langsung membungkam mulutnya kaget. Sedangkan sang ayah hanya berdiri mematung. Tubuh keduanya bergetar hebat melihat putranya sedang mengeja huruf hijaiyyah dengan kokoh putih yang membalut tubuh putihnya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta di antara Tilawah dan Do'a
SpiritualKisah seorang wanita bernama Salamah Asyfaroh, yang terkubung dalam bayangan masa lalunya yang menyedihkan. Kehilangan keluarga dan orang-orang di sekelilingnya membuat dirinya selalu merasa sendiri. KOSONG!!! Sampai pada akhirnya dia melihat sisi l...