~Menangislah, tuhan tidak pernah membatasi air mata, Hanya saja air mata dibatasi rasa~
"Harley buka pintunya!!"
"Bill bagaimana ini? Lakukan sesuatu cepatlaaah!!"
Sangat panik, inilah yang Hanzel rasakan sekarang, Harley di dalam kamar mandi sendirian dia bahkan membawa pisau kedalam, sudah sangat jelas dia akan melakukan hal terburuk kali ini.
Braaaak!!
Bill mendobrak pintu kamar mandi dan mendapati Harley sudah tidak sadarkan diri dengan darah yang menetes dipergelangan tangannya.
"Harley sadarlaaaah!!" Hanzel menangis sekencang kencangnya melihat keadaan Harley yang sangat mengkhawatirkan. Hanzel masih mengikuti langkah Bill yang mengangkat tubuh Harley menuju mobil. Mereka menuju rumah sakit.
Masih sangat panik saat Hanzel melihat kearah kain yang melilit di pergelangan tangan Harley sudah tidak mampu menahan darah yang keluar. Saat sampai segera para perawat mengangkat tubuh Harley pada berangkar, mulai dengan tindakan penyelamatan.
"Harley akan baik-baik saja" Bill memeluk erat tubuh Hanzel yang masih menangis sesak, Hanzel dapat merasakan perasaan terburuk Harley, dia sangat merasakannya sekarang.
"Bagaimana dok bagaimana keadaannya?" Hanzel segera beralih pada Dokter yang baru saja keluar menangani Harley cukup lama.
"Tenang saja, dia banyak kekurangan darah, berkat tuhan golongan darahnya tidak sulit untuk dicari, stok disini mencukupi, pasien masih belum sadar, dia hanya perlu beristirahat,"
"Dan bayi dalam perutnya?" Tanya Hanzel cemas.
"Nona sudah membawanya tepat waktu, bayinya sangat kuat. Dia akan sadar setelah beristirahat cukup"
Hanzel dapat bernafas lega, hanya saja air mata nya masih terus mengalir, mengingat kondisi Harley dan bayinya yang baik-baik saja ada perasaan yang sangat bahagia dalam dirinya hanya saja amarah semakin menggebu pada seseorang yang telah tega melakukan ini pada temannya, Hanzel hanya bisa bersumpah dalam hatinya. Bersumpah untuk hari ini, bersumpah untuk seluruh hal yang terjadi pada Harley, bersumpah unuk yang membuat hidup Harley hancur.
Satu minggu berlalu dan Harley masih belum sadar, Hanzel masih menunggu temannya ini, dengan perasaan yang sangat cemas
"Hanzel?" Suara lirih terdengar kecil ditelinga Hanzel.
"Iya sayang kau sudah sadar?" Hanzel tersenyum bahagia kali ini.
"Mengapa aku belum disurga?"
"Kau akan ada dineraka jika kau bunuh diri bodoh!" Hanzel menekukkan wajahnya, senang saat Harley sudah sadar dan bisa berkata seasalnya lagi, dia menunggu ini, Hanzel sangat cemas dan rasa cemasnya kali ini berkurang.
"Hanzel seharusnya aku mati bersama bayi haram ini" Ujarnya dengan nada kecil
"Tidak sayang jangan mengatakan itu"
"Aku bahkan tidak tau siapa ayahnya, mereka berempat..." Harley kembali meneteskan air matanya, dan Hanzel sama merasakan kesakitan hatinya. Dia sangat tau perasaan Harley saat ini. Namun dia berusaha terlihat tetap kuat dan berusaha membuat Harley kuat.
"Sayang, mereka berempat akan menanggungnya, Darren, Brad, Jacob dan Barack yang akan menanggungnya kita sudah mengatakan itu berulang bukan?"
"Mulai detik ini, Namamu Emilie Gustell. Harley sudah mati, Dunia sudah mengetahui ini"
Hanzel memperlihatkan koran dimana foto pemakaman Harley dengan bertuliskan -
*Gadis malang bernama Harley Gustell bunuh diri, hamil karna diperkosa oleh empat orang pria yang masih belum diketahui identitasnya, polisi masih menyelidiki kasus besar ini-*
"Kau akan memulai hidup yang baru, bayi itu tidak bersalah sayang, dia yang akan membawa keberuntungan untukmu" Hanzel membelai rambut Harley dan memberikan senyuman terbaiknya, berusaha lebih kuat agar dapat menguatkan temannya ini.
"Heeeeey Kau hampir menabrak bodoh! Hentikan!" Suara itu lagi, memecah lamunan Hanzel, seperti biasa situasi dan posisi waktu itu berubah seketika pada posisi sekarang.
"Jika melamun bisa menjadikan uang, kau pasti sudah sangat kaya Hanzel" Emilie menggelengkan kepalanya, Karna Hanzel yang sedaritadi mengendarai mobil dengan tidak fokus.
"Harley, Flo bersama siapa dirumah?"
"Bersama Nannie sayang kau mencemaskannya?"
"Iya aku mencemaskannya, beberapa hari tidak bertemu dengannya membuatku rindu" Hanzel kembali menyeringai pada Emilie.
"Harley kita akan menemukan siapa ayahnya, dengan tes DNA, kita sudah sangat dekat dengan mereka sayang, tuhan selalu mendukung kita, tidak lama lagi Harley" Ujar Hanzel masih tanpa memandang Emilie.
"Emilie namaku Emilie, Ya Tuhan kau selalu menyebutkan namanya bagaimana jika didepan Darren atau Jacob, selesai sudah" Ujar Emilie memutar matanya.
"Baiklaaah baiklaaah Emilie"
"Kita akan mendapatkannya Hanzel, Flo akan tau siapa ayahnya" Emilie tersenyum sendu, membuat Hanzel sedikit menoleh pada Emilie sepertinya menyangkut urusan anak Emilie sangat Emosional dan Hanzel menjadi sangat tidak nyaman sekarang telah membuat Emilie merasakan kesedihan lagi.
"Maafkan aku Emilie, kita tidak akan bercerita tentang itu lagi" Hanzel menekuk wajahnya, menyesal. Namun wajahnya segera membuat senyuman lembutnya.
"Kau ini!! Mengapa sangat perasa hah? Aku baik-baik saja! Cepatlah kita akan segera berburu hadiah terbaik" Ujar Emilie kembali antusias.
"Aku akan membuat pesta terbaik untuk Flo, dia akan menyukainya" Hanzel kini pun sama kembali memasang wajah antusias, dia bersumpah tidak akan membuat Emilie kembali bersedih.
®®®®®
Apa kabar? Ada yang suka ngga ya cerita WILD LIAR ini..
Ceritanya agak monoton di awal tapi kesananya greget soalnya yang bikinnya ikut ikutan greget.
Ceritanya itu masa sekarang sama masa lalu gitu deh dibikin agak puyeng tapi yakin sukaaa kalo bener bener mencerna hehe
Stay Trus yaaa With Hanzel And Friend
Soreee...
KAMU SEDANG MEMBACA
WILD (REVENGE)
Romance(21+) "Berjanjilah, kita berdua tidak akan pernah mencintai salah satu diantara mereka? Berjanjilah!" *** Saat seseorang harus berada diantara dua pilihan, melanjutkan dendam atau menikmati rasa cinta. "Aku mencintaimu, namun kita tidak akan pernah...