Wajah Di Balik Jendela

147 14 80
                                    

Sudah seminggu sejak teriakan Dea malam itu. Irene dan Erwin masih ada di kediaman Hardi, menggantikan Hardi kalau sewaktu-waktu dia pulang terlambat atau tidak pulang sama sekali.

"Dea pulang!!"

Belum seorang pun keluar, gadis itu sudah masuk menyelonong. Hanya berselang beberapa langkah sebelum Irene berjalan dari dapur menyambut.

"Udah pulang, sayang?" kata Irene basa-basi.

"Tante masak?" balik Dea bertanya.

"Iya, Tante masak ayam asam-manis!"

"Waah, enak dong!" Dea berujar girang.

Dea yang biasanya masak seorang diri kini setidaknya bisa merasakan masakan yang rasanya hampir menyamai masakan Ibunya.

(Ponsel berdering)

Di tengah santap malam dua orang perempuan beda usia itu, ponsel salah satunya berdering. Telepon itu berasal dari Erwin, suami Irene. Sambil tetap mengunya makanannya, Irene mengangkat panggilan dari suaminya.

"Hallo, mas!" kata Irene menjawab telepon.

"Oh, ya sudah, mas jaga diri disana. Jangan nakal!"

Selanjutnya Irene menutup teleponnya kemudian menyimpannya kembali.

"Om Erwin?"

"Iya, katanya dia ada kerja di luar kota seminggu," Irene berhenti sejenak meminum airnya. "Ayah kamu tadi juga bilang katanya ada tender seminggu di Makasar, kamu gak apa-apa berdua sama Tante?"

"Oh, itu sih biasa, Tante. Malah lebih enak kalau kita cuma berdua."

~~~~••••~~~~

Seperti yang dikatakan Dea, bebas. Maka dua perempuan itu menjadi sangat jarang berada di rumah. Pusat perbelanjaan, bioskop, dan segala aktifitas yang dianggap menyenangkan oleh mereka.

Malam itu, Irene dan Dea pulang agak lebih larut. Sudah pukul 11 malam namun keduanya masih belum tiba di rumah. Bukannya sengaja, tapi sebuah kecelakaan di salah satu jalan protokol menghentikan laju setiap kenderaan yang melewatinya sementara.

Pun demikian dengan mobil yang dikendarai Irene bersama Dea. Mereka baru saja kembali sedari menonton sebuah film tentang anak SMA yang sedang digandrungi itu. Aneh, saat Dea menyadari ada bau asing yang menyelinap ke indera penciumannya. Bau amis?

Setiap bagian mobil Irene telah tertutup rapat. Pendingin udarapun juga hidup, agaknya aneh kalau bau itu datang dari dalam mobil dan sulit dipercaya kalau asalnya dari luar sedang mereka berjarak sekitar 500 meter dari ruas jalan yang menjadi tempat kecelakaan.

"Tante, ada bau aneh gak?" tanya Dea hati-hati.

Irene mengendus-endus namun tak merasakan bau yang dimaksud Dea. Hanya ada bau khas dari pendingin udara yang bercampur dengan parfum mobil.

"Gak ada. Kamu belum sikat gigi, ya!" Tuduh Irene sambil tertawa.

Dea mulai bingung, seharusnya jika dirinya mencium bau busuk, maka demikian juga dengan Irene yang duduk di sebelahnya. Tapi kenapa hanya dirinya?

"Masa sih Tante gak cium?" tanya Dea lagi.

Dan sekali lagi Irene menjawab tidak. Kemudian, entah dari mana datangnya, Irene teringat perkataan Hardi tentang malam itu.

Jangan Takut!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang