Ivan

54 3 11
                                    

'Ivan'

Jelas nama itu terasa familiar bagi Dea. Tapi, siapa Ivan?

Sering kali Dea melirih, mengucap nama Ivan sadar ataupun tidak. Namun tidak ada kenangan dalam memori tentang Ivan. Terakhir kali, Dea menyebutkan nama itu kala mengunjungi makam Ibundanya.

Depok,  September 1965

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Depok, September 1965.

Keluarga Zadokh dengan salah satu pewaris marga mereka, Immanuel Ivan Zadokh. Sederhana saja, anak-anak yang memiliki nama Zadokh lainnya adalah perempuan.

Zadokh, adalah salah satu dari 12 marga yang dihadiahi oleh tuan tanah Depok, Cornelis Chestelein, yang merupakan seorang Belanda. Chestelein memberikan anugerah 12 marga kepada koloni yang yang berdomisil di Depok.

"Mama, aku berangkat!" teriak seorang remaja laki-laki pertengahan 16 tahun.

Dia Ivan, putra semata wayang keluarga tuan Sergie Zadokh. Pagi itu cerah menyapa Ivan yang sedang berjalan menuju sekolahnya. Warga sekitarpun ramah menyapanya. Tak sampai 15 menit, dirinya sudah berada di sekolahnya, salah satu SMU favorit di zamannya.

Tak ada yang istimewa hari itu, semua berjalan normal layaknya hari lainnya. Di sekolah pun demikian sama, Ivan menjalani setiap pelajaran dengan serius seperti yanh selalu kakeknya ajarkan.

Petang, Ivan berjalan kembali pulang menuju kediamannya. Aneh, sebab suasana sekitar berubah seketika. Orang-orang ramah yang biasanya tampak santai di beranda rumah mereka tak tampak seorangpun.

Sampai di distrik keluarga Zadokh, keadaan sama sekali tak berbedah, sunyi. Ivan buru-buru melangkahkan kakinya. Angin terasa bertiup lebih riuh dari biasanya, menerbangkan daun-daun kering yang sudah kecoklatan itu.

"Mama! Papa!" Ivan masuk ke rumahnya tergesah-gesah.

Seluruh keluarga ada di ruang tengah. Sedang duduk bersama namun jelas kelihatan guratan gusar wajah mereka.

"Kenapa?" tanya Ivan.

"Ivan, ada berita. Katanya, akan ada sesuatu yang terjadi. Mungkin kita akan punya masalah nantinya sebab bagaimanapun, mereka masih menganggap kita adalah keturunan Belanda, penjajah. Papa takut, ada kejadian yang akan menimpa keluarga kita, masyarakat kita," kata tuan Sergie menjelaskan.

Benar, memang pagi tadi ada kabar yang tersiar. Pasalnya, sekelompok orang yang menamai diri dengan PKI telah menyerang sebuah komplek pesantren serta Pecinan.

Partai Komunis Indonesia, atau yang lebih tersohor dengan PKI. Adalah mereka yang membelot terhadap pemerintah serta memiliki kebencian yang teramat sangat kepada etnis lain terutama keturunan Belanda serta Jepang yang mendiami Indonesia.

Ke-12 marga Belanda Depok akhirnya berkumpul di gereja Immanuel. Yang juga adalah gereja yang dibangun oleh Chestelein sekitar tahun 1700-an.

"Apa yang mesti kita perbuat?" tanya kepala marga Joseph.

Jangan Takut!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang