Heningnya malam dan udara yang dingin membuat orang lelap tertidur di balik gelungan selimut. Keadaan itu tak meruntuhkan semangat jiwa muda anak-anak santri. Di tengah malam mereka justru semangat beribadah mendekatkan diri pada Allah. Mereka gunakan sebagian malam untuk berta'aluq pada Allah. Bersujud, berdoa, dan menangis di tengah malam untuk menggapai ridho Allah. Adakah manusia yang lebih beruntung dari mereka? Di saat nyamannya untuk tidur malam, ada sebagian manusia yang taat dan menjadikan malam itu spesial.
"Assolatu khoirum minan naum!" Terdengar seruan itu selama dua kali.
Beberapa santri mulai terbangun.
"Hay 'alash sholah!" Kembali seruan kalimat itu dua kali agar santri yang masih tidur terbangun.
Sebagian santri yang masih tidur pun terbangun, menyisakan beberapa santri yang belum bangun.
"Ini, Gus." Santri memberikan segayung air pada Gus Akbar.
Gus Akbar pun menerima gayung itu dan menhampiri santri yang sedang pulas tertidur. Gus Akbar menyipratkan air ke muka santriwati itu sambil mengucapkan, "A'udzubillahiminassyaitonnirrojim."
Santri itu pun terbangun sambil mengucapkan istigfar. Hal seperti itu yang selalu diajarkan oleh ustadz-ustadz yang ada di pondok. Jika santri masih malas bangun tengah malam, maka mereka akan dicipratkan air agar mengusir kantuk.
Setelah membangunkan santri selesai, Gus Akbar pun menunaikan shalat tahajjud bersama santri di masjid. Semua santri pondok wajib menunaikan shalat tahajjud selama di pondok itu. Itulah peraturan yang diberikan oleh Gus Wahyu pada santri-santri pondok. Jika amalan sunah saja sudah giat, tentu amalan wajib akan diutamakan.
Setelah shalat tahajjud selesai, seluruh santri fokus untuk melanjutkan amalan selanjutnya.
Terdengar pecahan kaca dari arah kelas santri. Konsentrasi Gus Akbar dan para santri teralih. Gus Akbar beranjak dari duduknya. Ia berjalan menuju teras masjid untuk memastikan arah sumber suara. Ia melebarkan mata ketika melihat percikan api di dalam kelas belajar santri putra.
"Gus, kebakaran!!!" teriak salah satu santri.
"Semuanya ambil air!!!" teriak Gus Akbar. Ia berlari menuju saluran air, lalu menarik selang menuju kelas yang terbakar. Akbar pun mendobrak pintu kelas agar memudahkan akses pemadaman api sebelum apinya membesar.
Semua santri kalang kabut mencari sumber air.
***
"KEBAKARAN!!! KEBAKARAN!!!"
Semua santriwati yang sedang melakukan shalat tahajjud pun mendengar teriakkan itu. Mereka beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari aula.
"Untuk santriwati harap tenang! Kebakaran terjadi hanya di kelas belajar santri putra. Di mohon untuk semua santriwati agar berdoa, semoga semuanya baik-baik saja." Terdengar pemberitahuan dari arah speaker.
Malikha terlihat cemas. Bait-bait doa ia rapalkan dalam hati agar semuanya baik-baik saja.
Terlihat Safa dan Sofi mendekati kerumunan santriwati yang terlihat cemas. Malikha menatap kehadiran Safa dan Sofi.
"Apa semuanya baik-baik saja, Fa?" tanya Malikha pada Safa.
"Apinya sedang dipadamkan sama Kak Akbar bersama santri putra. Insya Allah, semuanya akan baik-baik saja." Safa menenangkan Malikha dan santriwati lain.
Seluruh santriwati pun merasa lega dengan kabar berita yang diberikan Safa.
"Lebih baik kita masuk ke dalam dan sholat hajat, semoga Allah melindungi kita semua." Safa menyarankan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menggenggam Hijrah
Spiritual⚠️ [sudah terbit! Pemesanan versi cetak bisa hubungi: 087889872112 atau 0818331696. Pembelian versi ebook bisa beli di palystore atau playbook pada smartphone kalian.] ⚠️ Bukan pilihannya untuk merubah diri, tapi karena Allah telah bukakan pintu hid...