#3

2K 192 4
                                    

Di dalam kamar yang minim penerangan itu, Jihoon tengah menenggelamkan tubuhnya di antara selimut dan bantal. Tangan kanannya terus menerus memegangi dada kirinya yang terasa begitu sesak. Rasanya seperti akan meledak. Jihoon tak suka itu. Ia membencinya.

"Arrgh!" Jihoon mengacak rambutnya frustasi. Pikirannya mendadak kalut. Ucapan mantan kekasihnya yang baru kembali dari Kanada itu terus terngiang-ngiang di dalam otaknya.

Jihoon kesal, sungguh. Sudah tak terhitung berapa kali laki-laki mungil itu mengumpati sang mantan, akan tetapi ada beribu pertanyaan yang melintas di benaknya saat ini. Laki-laki itu dibuat frustasi karenanya.

"Brengsek kau, Seungcheol!" Jihoon berteriak keras melampiaskan amarahnya yang begitu menggebu. Lelaki mungil itu menggeram di balik selimut tebalnya.

Entah mengapa ia jadi begitu takut. Takut akan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi setelah Seungcheol —sang mantan kekasih— kembali k Korea. Bukan tak mungkin jika Jihoon tidak menginginkan hubungan mereka kembali. Justru, Jihoon sangat menginginkannya. Ia masih mencintai Seungcheol.





Drrt Drrt


Ponsel Jihoon berdering. Tanpa mengangkat kepalanya sedikitpun, Jihoon meraih ponsel yang masih bisa dijangkaunya. Setelah benda persegi itu berada di genggamannya, Jihoon membaca nomor yang tertera disana. Dahinya mengernyit.


"Nomor siapa ini?," monolog Jihoon. Tanpa babibu, lelaki itu segera menerima panggilan dari nomor tak dikenal itu.


"Ha—"

"Hai, apa aku mengganggumu?"

Shit, ucapan Jihoon terpotong begitu saja. Tangannya mengepal seiring dengan suara di seberang telepon kembali terdengar. Orang itu memang belum menyebutkan namanya sama sekali, hanya saja, Jihoon bukanlah seorang pelupa yang mampu melupakan suara khas dari sang mantan yang masih dicintainya.

"Ya, kau menggangguku. Dan lagi, darimana kau mendapat nomorku?," tanya Jihoon ketus. Sang mantan di seberang tertawa renyah.

Tawa itu, Jihoon membencinya.

"Tentu saja dari sahabatmu; Yoon Jeonghan."

Shit! Lagi-lagi Jihoon mengumpat. Akan ia pastikan bahwa Yoon Iblis Jeonghan —sahabatnya— tak akan selamat kali ini.



"Oh, kalau begitu sudah cukup." Dan setelah kalimat itu terselesaikan, Jihoon mengakhiri panggilan secara sepihak. Helaan nafas kemudian terdengar sebelum Jihoon kembali merebahkan tubuhnya ke atas ranjang.





"Ini akan sulit."













Tbc.

[✔] Night and Rain ☆ JicheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang