Suasana di dalam mobil Seungcheol begitu dingin dan canggung. Tak ada pembicaraan di antara mereka berdua. Baik Seungcheol maupun Jihoon, keduanya memilih untuk diam. Hanya suara tetes hujan —yang entah sejak kapan turunnya— memenuhi pendengaran mereka. Jemari kurus Jihoon terangkat untuk meninggalkan tanda pada kaca transparan yang mengembun. Seolah bergerak sendiri, jemarinya melukiskan sebuah nama yang amat dihindarinya.
Choi Seungcheol.
Buru-buru Jihoon menghapusnya sebelum sang mantan yang tengah berfokus pada jalanan melihatnya.
—
"Terimakasih atas tumpangannya." Jihoon berujar seraya memegangi payung transparan yang melindunginya dari tetesan air hujan.
"Sama-sama. Kalau begitu aku duluan."
Dengan itu Seungcheol melajukan mobilnya kembali. Setelah mobil itu benar-benar menghilang dari pandangannya, barulah Jihoon berjalan memasuki apartemennya.
Beberapa waktu Jihoon habiskan untuk sekadar membereskan ruangan serta membersihkan diri sebelum dirinya memilih untuk duduk di balkon dengan kepulan uap yang berasal dari secangkir teh di genggamannya.
Mata sipitnya menatap lurus pada kilauan lampu perkotaan. Hujan telah berhenti turun. Namun bau tanah yang terkena air hujan belum juga pudar. Jihoon masih bisa merasakannya dengan jelas, sangat. Seolah merepresentasikan perasaannya pada Seungcheol yang belum juga pudar walaupun seringkali dirinya menyangkal.
Tanpa sadar air matanya turun. Bibirnya bergetar menahan isakan yang memaksa keluar. Saat ini Jihoon merasakan dirinya benar-benar lemah. Lemah terhadap perasaan yang seharusnya sudah ia lupakan. Akan tetapi kehadiran Seungcheol baru-baru ini bagai batu sandungan bagi Jihoon. Keberadaan Seungcheol semakin menyulitkan Jihoon untuk menghapus perasaan yang entah sudah berapa lama bersarang di dalam hatinya.
"Aku bodoh karena masih saja mencintaimu. Bahkan tak sedikit pun dari perasaanku yang berubah untukmu, Choi Seungcheol."
Dan malam itu berlalu dengan isakan-isakan penyesalan dari Lee Jihoon.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Night and Rain ☆ Jicheol
Fanficpea-chy ©2018 [COMPLETED] There's always forgiveness in making mistake.