#8

1.2K 134 5
                                    

Lee Jihoon menatap malas tumpukan kertas penting di hadapannya. Kepalanya pening memikirkan banyaknya pekerjaan yang harus segera ia selesaikan hari ini atau ia akan mendapatkan hadiah dari sang atasan.

Lelaki mungil itu mendesah kasar. Sebelah tangannya meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Memeriksanya, berharap ada seseorang yang akan mengiriminya pesan, lebih tepatnya pesan dari sang mantan kekasoh. Dalam hati Jihoon mengutuk dirinya sendiri karena menjadi munafik.

Ia menatap sendu ke arah layar ponsel yang tak menunjukkan notifikasi apapun. Dengan berat hati ia meletakkan benda persegi panjang itu ke atas nakas lagi, lalu mulai berfokus pada berkas-berkas penting yang masih perlu ia teliti lagi.









22.00

Jihoon baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Setelah menguap lebar, ia melirik sekilas ke luar jendela. Dahinya mengernyit mendapati pemandangan tak asing di parkiran di depan kantornya. Di sana, Seungcheol tengah menyandarkan tubuhnya pada sisi depan mobil.

Jihoon menelan saliva kasar. Seungcheol tak mungkin menunggu diriku kan?, tanya Jihoon dalam hati. Namun apa yang bisa Jihoon lakukan hanyalah diam. Ia tak mau menjadi terlalu percaya diri. Lebih baik ia segera mengemasi barang-barangnya lalu pulang karena waktu sudah larut.




Jihoon melangkah dengan langkah menderap, tak ingin menimbulkan suara. Sebisa mungkin dirinya tak melirik ke arah Seungcheol yang terlihat gelisah dari tempatnya. Namun sepertinya dewi fortuna tak berpihak pada Jihoon, karena sebelum ia benar-benar melangkah keluar dari area kantor, Seungcheol telah meneriakkan namanya.



"Jihoon!"

Mau tak mau Jihoon menolehkan kepalanya. Matanya menatap jengah ke arah Seungcheol, meski dalam hati ia memekik kegirangan. Kaki pendeknya melangkah mendekati Seungcheol setelah menerima isyarat.


"Ada apa?," tanya Jihoon ketus.

"Aku menunggumu dari tadi. Aku akan mengantarmu."


Sial, kenapa aku senang?


"Tidak perlu, aku bisa pulang sendiri. Kau pulanglah."


Jihoon membalikkan tubihnya, namun langkahnya terhenti saat merasakan sebuah tangan menahan pergelangannya.


"Aku tidak menerima penolakan."











Tbc.

[✔] Night and Rain ☆ JicheolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang