Chapter 4

7.3K 1.3K 79
                                    

Selama ini, Chanyeol melihatnya seperti ia adalah seekor kutu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama ini, Chanyeol melihatnya seperti ia adalah seekor kutu.

Tapi ia baik-baik saja.

Selama Chanyeol tidak jauh darinya, itu sudah cukup.




Jika orang pikir ia tidak lelah, maka mereka salah. Wajah ceria yang selalu ia tunjukkan hanyalah topeng belaka. Terkadang, senyumnya mengandung ribuan kesedihan tanpa ada yang menyadari. Bahkan sahabat dekatnya sekalipun.

Baekhyun bukanlah tipe yang akan menunjukkan kesusahannya pada orang lain. Ia tak suka dianggap lemah, apalagi dikasihani.

Lagipula setelah menangis beberapa saat, ia akan merasa lega dan melupakannya secepat mungkin.

Seperti saat ini, duduk diatas closet sembari memeluk lututnya. Lengannya berkali-kali mengusap mata basahnya. Bibirnya ia gigit untuk menyembunyikan suaranya.


Selalu seperti ini.


Bersembunyi ketika ia merasa lelah oleh perasaannya. Menangis sebanyak yang ia mampu hingga tak menyisakan apapun. Mungkin kali ini lebih banyak, namun ia pastikan Luhan tidak akan menyadarinya. Ia tak mau Luhan merasa bersalah.


Sadar diri, Luhan hanya mengkhawatirkannya.


Lagipula ucapan Luhan meskipun pedas adalah sebuah kebenaran yang selalu ia coba hindari.







"Haaah, bodoh!" Ia mengusap lelehan di pipinya kembali. "Kenapa tidak mau berhenti sih!" gerutunya dengan terisak-isak.





Tak lama setelah, terdengar langkah kaki memasuki toilet.





"Hei, Yeol!"


Yeol?

Chanyeol?

Gawat!





Baekhyun menutup rapat mulutnya dengan telapak tangan. Suara Jongin bergema di dalam kamar mandi itu dan langkah kaki terdengar memasuki toilet. Ia yakin itu Chanyeol dan temannya, Jongin.

Anak kelas sebelah yang katanya naksir berat dengan salah satu anak dari kelas favorit, Do Kyungsoo-Do Kyungsoo itu.

"Kau terlihat sibuk beberapa hari ini. Sok sekali."

"Kau tahu sendiri kekasihku tidak suka ditinggal." Chanyeol membalas dengan nada malas. "Aku bosan dengan hubunganku."

Mata Baekhyun melebar ketika mendengarnya. Bibir tipisnya tanpa sadar tersenyum lebar. Jujur saja, ia senang kalau-kalau Chanyeol putus lagi. Terdengar jahat memang. Tapi, siapa peduli.

"Dia bahkan tidak pernah cemburu ketika si Byun itu menggangguku. Bukankah membosankan?" ㅡkenapa ia disebut-sebut?

"Kau ini! Kenapa tidak kencan saja dengan si Byun Baekhyun itu."




Ada tawa remeh keluar dari bibir Chanyeol. Meskipun tidak bisa melihatnya langsung, Baekhyun seolah bisa melihat ekspresi Chanyeol saat ini. Feeling mungkin.





"Jangan bercanda. Si konyol itu?"

"Kenapa? Dia cukup manis menurutku?"

"Lebih baik aku jomblo seumur hidup daripada kencan dengannya."




Tangan yang awalnya ia gunakan untuk menutup mulut, terkulai begitu saja. Tubuhnya bergetar oleh rasa dingin yang tiba-tiba tercipta.

Pernyataan Chanyeol terdengar jelas di telinganya. Mengalun bersamaan dengan jarum di dalamnya. Masuk dan menusukinya hingga ke dalam hatinya. Mendengarnya langsung, rasanya begitu buruk.



Ia tersenyum kecut.



"Karma masih berlaku, man!" Jongin seolah tak terima dengan ucapan Chanyeol. "Tapi kulihat kau tak pernah menolak kehadirannya."




"Dia terlihat menyedihkan. Aku kasihan padanya."

Deg.




Senyum Baekhyun melebar. Namun... airmatanya tumpah semakin banyak.




Ah, Luhan benar.

Chanyeol saja bilang begitu.





Punggungnya bersandar pada closet dan bahunya turun dengan rasa lelah. Mendengarkan setiap untaian kalimat Chanyeol yang semakin lama semakin menusuk.

Ia tak ingin menjadi lebih bodoh dengan keluar dalam keadaan seperti ini.

Jadi, ia memilih di dalam, bersembunyi dan menyakiti dirinya lebih banyak lagi.

[☑]『 ꜰᴏᴏʟɪꜱʜ ᴄʀᴜꜱʜ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang