Chapter 8

8.1K 1.3K 19
                                    

Sekolah terasa lebih membosankan pada jam istirahat kedua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekolah terasa lebih membosankan pada jam istirahat kedua. Banyak anak yang memilih tidur di kelas ketimbang pergi ke kantin atau perpustakaan. Di jam-jam seperti ini, Chanyeol akan memilih lapangan basket untuk bergabung dengan Jongin dan Sehun –anak kelas sebelah– bertanding melawan Luhan dan kawan-kawannya seperti biasa.

Tapi, sore ini ia lebih memilih untuk mengunjungi ruang musik. Tempat ternyaman kedua setelah lapangan basket.

Semakin dekat langkahnya menuju ruang musik, semakin terdengar suara denting piano dari dalam sana. Nada yang dihasilkan begitu lembut, kuat, dan menyentuh. Seolah-olah ada emosi yang tertuang di dalamnya. Mendengarnya saja, ia sudah terkagum-kagum.

Awalnya, ia berpikir kalau ada kelas musik dari kelas lain. Namun, keheningan dari sana membuatnya berpikir bahwa mungkin suara itu dibuat oleh seseorang atau beberapa orang yang singgah ke ruang tersebut sebelum dia.



Ia memilih untuk mengintip.



Dan terbelalak ketika menemukan figur familiar di dalam sana. Terlihat jelas dari samping. Samar oleh bias cahaya mentari sore. Membuatnya tampak seperti lukisan nyata







Byun Baekhyun.







Ekspresi serius yang tak pernah ia lihat seumur hidup. Indah, penuh emosi terpendam, dan membius. Ia tak pernah tahu kalau Baekhyun dan piano adalah perpaduan yang sempurna.

Jemari yang terkenal akan keindahannya itu seolah menyatu dengan tuts-tuts piano yang sama panjangnya. Membaur bersama hitam putih itu, membentuk nada-nada luar biasa. Membuat siapapun yang mendengarnya tak bisa berkata-kata.






Nada penuh kesedihan.




Menyayat secara perlahan.




Terasa aneh dan mengganjal.








"Ada apa dengannya?" bisiknya perlahan. Menatap lurus, berusaha mencari celah agar matanya dapat melihat wajah Baekhyun sepenuhnya. "Seperti bukan dia..."

Dentingan piano itu indah, namun entah mengapa Chanyeol tak sanggup mendengarnya lebih lama.

Kakinya secara perlahan mundur, menjauh dari ruangan sepi itu. Mungkin, sebaiknya ia memang bergabung dengan Jongin di lapangan basket.






e)(o






"Hoi!" Luhan menoleh lalu melambai dengan ceria ketika sahabat sehidup sematinya, Baekhyun, menapaki lapangan basket tempat ia dan teman-temannya tengah bermain.

Tak hanya pemuda itu yang menoleh, mata kawan-kawannya pun ikut mencermati bagaimana anjing kecil itu tengah berlarian kearah mereka. Tersenyum lebar tanpa beban, khas seorang Byun Baekhyun.

"Aww!" Yang kemudian tersandung kakinya sendiri. Ia meringis ketika teman-temannya tertawa oleh tingkahnya.


Disisi lain, Chanyeol mendengus geli.


"Aku ingin ikut bertanding."

"Why? Tidak biasanya." Luhan mengernyit heran.

"Moodku sedang jelek."

"Ya, Byunbaek! Memangnya kau bisa bersedih juga?"

Anjing kecil itu berdecih, namun tak mempermalahkan ucapan kurang ajar Jongdae.

Ia berjalan kearah Chanyeol yang saat itu memang tengah memegang bola basket. Menatapnya dengan senyuman manis yang berhasil membuat pemuda tinggi itu terkesima untuk beberapa detik, hingga tak menyadari tangan nakal Baekhyun sudah merambat kearah bolanya dan merebutnya secepat kilat.

"Ayo mulai!" teriaknya keras yang akhirnya menyadarkan Chanyeol dari lamunannya.

"Duh, sial!"




Dan permainan pun dimulai.



"HAHAAAㅡ"

Permainan serius tadi berubah menjadi lebih hidup ketika Baekhyun ikut terlibat di dalamnya. Kecurangan bukan lagi hal yang menyebalkan, tetapi menjadi guyonan lucu ketika anak anjing itu yang melakukannya.

Suasana menjadi lebih ceria, terlepas dari panasnya udara dan langit yang mulai mendung. Hawa seperti ini, pasti akan segera turun hujan.



"YAAAA! BYUN BAEKHYUN! BERHENTI MEMAINKAN BOKONGMU DI DEPAN WAJAHKU!" Jongdae berteriak nyaring, menggetarkan indera siapapun.

Bukannya berhenti, Baekhyun justru semakin bermain-main yang mana membuat Chanyeol tanpa sadar menggeram kesal. Anak itu benar-benar konyol dan membuatnya bertambah kesal saja.

Jika teringat Baekhyun ketika di ruang musik tadi, dia benar-benar berbeda seratus delapan puluh derajat.

"BAEKHYUN, BERHENTI MEREBUT BOLA SEPERTI ITU!" Teriakan Jongin menyusul kemudian.

Luhan tertawa tanpa henti, kemudian menerima lemparan bola dari sahabatnya dan menggiringnya kearah lawan. Skor yang didapatkan lebih unggul karena permainan bar-bar Luhan dan timnya ditambah kecurangan lucu yang dilakukan Baekhyun.

Tidak ada yang bisa menginterupsi mereka, karena mereka bermain dan bersenang-senang. Bukan pertandingan yang sebenarnya.




"BAEKHYUN, BERHENTI MENCIUMKU!" Kali ini, teriakan Chanyeol membuat seluruh mata menatap kearah dua manusia yang memiliki perbedaan tinggi badan yang cute.



"HAHAAAㅡ"









Pada akhirnya Baekhyun akan terus berpura-pura. Memasang wajah ceria khas anak-anak, membuat Chanyeol kesal setengah mati padanya dan menjadi si permen kapas yang lembut dan manis.






Seseorang yang sebenarnya telah menempati hati Chanyeol tanpa disadari pemiliknya.

[☑]『 ꜰᴏᴏʟɪꜱʜ ᴄʀᴜꜱʜ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang