Chapter 10 End

11.8K 1.5K 191
                                    

Keesokan harinya, suasana kelas tiba-tiba suram

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya, suasana kelas tiba-tiba suram. Terlebih Luhan yang tampak lebih diam dari biasanya. Chanyeol, dengan gerakan kaku meletakkan ranselnya perlahan, menatap wajah-wajah dikelasnya. Semua tampak sama hanya lebih terlihat tenang.

Bangku yang biasa diisi oleh si berisik Baekhyun tampak kosong. Mungkin anak itu sedang berada di kantin atau entahlah. Ia tak mau tahu. Tapi, ia tak memungkiri bahwa perasaannya begitu mengganjal sejak kemarin.

"Apa Baekhyun tidak mengatakan apapun?" suara seorang gadis menyebut-nyebut nama Baekhyun langsung terdengar. Sontak membuat kepala Chanyeol ikut menoleh kearah bangku Luhan. "Seharusnya dia mengucapkan satu patah kata untuk kita sebelum pergi. Jujur saja, meskipun berisik Baekhyun itu teman yang menyenangkan."




Apa?



Pergi?



Dengan ekspresi penuh kebingungan Chanyeol bergegas ke bangku Luhan dan menarik lengan anak itu hingga kedua mata mereka bertemu. Tersentak ketika melihat buliran di balik kelopak Luhan, ia tahu sesuatu telah terjadi.







"Baekhyun... kemana Byun Baekhyun?" desisnya mendesak.

Mata Luhan semakin meredup.

"Dia... pergi."

"Pergi? Apa maksudnya dengan pergi?"


Tak ada jawaban selain bibir bergetar di wajah Luhan. Pemuda manis itu mengabaikan pertanyaan dan justru menyembunyikan wajahnya diantara lipatan tangannya dan menangis tersedu. Hal tersebut membuat seluruh atensi kelas jatuh pada mereka.

Sementara gadis yang bertanya tadi berusaha menenangkan Luhan, Chanyeol membeku. Sesuatu telah terjadi. Hal yang mungkin tak ia inginkan.

Chanyeol mundur perlahan, rasanya begitu sesak tanpa ia tahu alasannya.





"Kembali pada tempat kalian masing-masing!" Interupsi dari arah pintu membuat seluruh kelas kembali tenang, menyisakan isakan Luhan dan helaan nafas dari wali kelas mereka.

Chanyeol, dengan terpaksa kembali ke bangkunya. Menelan bulat-bulat rasa penasaran yang membuat dadanya seolah terhimpit.

"Seperti yang kalian dengar pagi ini..." Wali kelasnya memulai. Suaranya tampak sedih dan guratan disekitar matanya menunjukkan emosi yang begitu mendalam. "Baekhyun mengalami gejala awal leukimia dan mengalami pingsan tadi malam."





Deg.






Leuㅡ apa?





"Orang tuanya memutuskan untuk membawanya ke Kanada untuk berobat sekaligus pindah kesana. Karena itulah ia tidak sempat berpamitan pada kalianㅡ"

Suara wali kelasnya seolah lenyap secara perlahan. Desir angin masuk melalui inderanya, menusuk ke dalam kulitnya.

Langit berubah mendung seketika, membawa bau tanah masuk ke dalam hidungnya. Hujan di pagi hari, menandakan awal yang buruk. Ia kini merasakannya. Remasan di jantungnya dan tekanan di dadanya. Semua bukan hal yang menyenangkan.





Byun Baekhyun.




Dibalik tawa dan senyuman kekanakan itu. Mengapa ia menyimpan rasa sakitnya sendiri? Apa dilihatnya kemarin bukanlah sebuah ilusi? Itulah keadaan Baekhyun yang sebenarnya.





Baekhyunnya.... Bagaimana mungkin...





Lalu bagaimana dengannya?

Ia bahkan belum mengatakan pada Baekhyun kalau selama ini dia tidak benar-benar membencinya. Mata peri Chanyeol menatap laci mejanya dengan padangan kosong. Menatap payung biru muda yang tertidur di dalam sana. Byun Baekhyun pasti pelakunya.

Dia pasti meletakkan payung itu agar Chanyeol tidak perlu kehujanan lagi. Dia selalu melakukannya. Setiap saat anak itu selalu mengkhawatirkannya.





"Bodoh." lirihnya. Tak mampu membendung liquid di balik kelopaknya. "Padahal aku ingin mengajakmu pulang bersama hari ini..." bisiknya pada payung yang bisu dan tersenyum kecut.





Lalu, kepada siapa ia harus mengembalikan payung itu?









➖➖➖
FIN
➖➖➖➖➖➖

[☑]『 ꜰᴏᴏʟɪꜱʜ ᴄʀᴜꜱʜ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang