Tiga: Thanks

1.2K 136 14
                                    

Aisyah mendongak saat Abi teman sekelasnya memanggil namanya dari depan pintu.
"Ada apa?"

Abi mengedikan bahu sebelum menjawab.
"Ada yang nyariin elu,"

Dengan malas Aisyah bangkit dan berjalan menuju tempat dimana Abi berdiri.

Sampai disana dahi Aisyah berkerut,tatapan matanya menatap orang itu tak suka.
"Ada apaan lo kesini!"

Ari tersenyum miring,telapak tangannya ditempelkan ke pintu.
"Jangan marah-marah dong,nanti tambah cantik, bahaya,ah."

Aisyah memutar kedua bola matanya malas,gadis itu menyentil dahi Ari.
"Kalau gak penting,sana lo ganggu gue lagi ngerjain tugas aja. Sana hus!"

"Gila,jam istirahat aja masih belajar? Oke deh,orang rajin mah beda." Ari terkekeh.

Aisyah mendengus,gadis itu memutar tubuhnya berniat berbalik menuju tempat duduknya,namun cekalan tangan Ari menghentikan langkahnya.

"Tunggu,gue mau ngomong sama elo." Ujar Ari.

Aisyah menghela nafas,tangannya dibiarkan dilipat dibawah dada.
"Lima menit,"

Ari menghela nafas,ia menggeret tangan Aisyah mengikuti langkahnya.

Tak usah ditanya,Aisyah terus memberontak dari cekalan tangannya. Namun Ari tak menggubris gerutuan yang keluar dari gadis itu.

"Lepas coeg!Sakit anjir,lepas gak. Awas aja lo,gue gigit tau rasa!"

Ari memberhentikan langkahnya yang otomatis memberhentikan langkah Aisyah juga.

"Ngapain kita ke kantin coba," ujar Aisyah,gadis itu meringis karena semua murid yang kini berada di kantin menatapnya tanda tanya.

Jelas,biasanya Ari dan Aisyah selalu bertengkar dan kini mereka kekantin bersama.

Ari duduk di kursi kantin,dan memesan siomay serta es teh dari pelayan kantin.
Ari mengernyit melihat Aisyah yang tetap diam ditempat dengan padangan kemana-mana.

"Duduk elah," ujar pria itu.

Aisyah perlahan duduk,tepat diseberang Ari.
"Lo apaan sih bawa gue kesini?!"

Ari yang sedang mengambil pesanannya dari atas nampan yang diantar pelayan tak menggubris pertanyaan Aisyah.

Aisyah merengut kesal,ia menarik beberapa lembar tissue dan merobek hingga bagian kecil. Ia tersenyum miring,melihat Ari yang tengah mengaduk siomaynya.

"Rasain!" Aisyah menaburi robekan tissue keatas makanan Ari.

Ari melotot,makanannya yang belum dimakan satu sendok pun kini tak bisa di konsumsi lagi.

Pria itu mendongak menatap Aisyah sengit,giginya menggertak kesal. Makanan favoritnya terbuang sia-sia.

"Rese banget sih,lo!"

Bukannya merasa bersalah atau takut,gadis itu malah tersenyum miring.
"Mampus,apa sih tujuan lo bawa gue kesini ?!"

Ari yang tadinya marah,kembali tersenyum. Bukan,lebih tepatnya menyeringai.
"Kemarin kan gue udah bantuin lo ya."

Aisyah diam,menunggu ucapan Ari selanjutnya.

"Kalau gak ada gue,lo mungkin udah jauh dari kata baik'kan ya."

Aisyah mendengus,gadis itu merogoh sakunya dan memberi Ari uang lima puluh ribuan dua lembar.

Ari mengernyit,menatap Aisyah.

"Tuh,anggep aja itu bayaran udah nyelametin gue." ujar Aisyah sembari menunjuk uang nya dengan dagu.

Ari terkekeh,tangannya mendorong uang Aisyah kearah gadis iti lagi.
"Gue gak butuh duit lo,gue orang kaya. Gue cuma mau lo bilang lo terimakasih sama gue,"

Aisyah menarik kedua alisnya keatas,oke ia akan melakukannya agar ia bisa terbebas dari Ari.

"Thanks," ujar gadis itu pelan. Ia tak mau murid yang kini berada di kantin mengetahui ucapan ini.

"Kata siapa lo terima kasih nya kayak gitu doang?" Ari tersenyum miring,sebelum melanjutkan ucapannya.
"Lo harus berterima kasih dengan naik dikursi,lo harus bilang 'Thanks Ari lo udah nyelamatin gue,lo emang pahlawan gue!' "

Aisyah menatap Ari tak percaya,mau ditaruh dimana muka nya nanti.
"Enggak,gue gak akan ngelakuin hal gila yang lo mau!"

Tangan Ari bertumpu pada meja dan menatap Aisyah lekat.
"Astaga,liatlah orang dihadapanku ini. Tak tahu terimakasih,ckck.."

Aisyah berdecak,gadis itu melihat kesekeliling. Tak terlalu ramai,setelah menghela nafas Aisyah perlahan menaiki kursi.

"Oi semuanya,perhatiin. Ketos mau ngomong sesuatu!" teriak Ari. Yang membuat semua orang di kantin,menatap Aisyah.

Aisyah merutuki Ari dalam hati,ia menunduk menutupi wajahnya yang memerah karena menahan malu dan emosi.

Setelah membuang nafas beratnya Aisyah berteriak.
"THANKS ARI,LO UDAH NYELAMETIN GUE. LO EMANG PAHLAWAN GUE!"

Duh,hilang sudah harga dirinya.
Dengan cepat Aisyah turun dari bangku dan meninggalkan Ari di kantin.

**
"Sialan,Ari udah buat gue malu. Sebenarnya apasih yang dia rencanain pakai ke kelas gue segala." Aisyah menggumam sambil berjalan menjahui kantin.

Ia memasuki kelas dengan kaki dihentakan,dengan kesal ia duduk di kursinya.

Caca yang melihat wajah masam Aisyah mengernyit bingung. "Kenapa lo?"

Aisyah mendengus saat memikirkan kejadian memalukan dikantin tadi.
"Anak bengal itu,buat gue malu dikantin."

Caca yang mengerti siapa anak bengal,mengangguk paham. Sudah pasti jika sahabatnya telah bertemu Ari,air mukanya tak enak.

"Eh btw,bener Ari nolongin elo?" Caca bertanya.

Aisyah mengangguk malas,gadis itu membuka buku halaman paling belakang dan menulis tak jelas disana.
"Kok lo tau?"

"Tau lah,kan vidio lo dikantin viral."

Aisyah melotot,gadis itu menelungkupkan wajahnya.

"Emang dia nolongin lo gimana? Emang lo kenapa kok bisa yang nolongin dia?" Aisyah memutar kedua bola matanya kala mendengar pertanyaan beruntun dari Caca.

Dengan malas,Aisyah menatap sahabatnya.
"Kan waktu it–"

"SELAMAT SIANG ANAK-ANAK!" Teriak Bu Ine yang baru masuk kekelas.

Caca membuang nafas kecewa. "Lo hutang cerita sama gue."

Aisyah? Hanya dapat mengangguk saja.
**

Fyuh :) Aduh trima kasih untuk @Isnainijanuarita
Yg sampai nge chat aku biar update ^^

Note,:
Memencet vote tak sesulit  mencari ide :)
Dan Mencet vote gak selama nulis cerita.

Saya harap dengan anda membaca note diatas,anda sadar dan mulai menghargai karya saya dan author lain. Sekian

Dilapalupi

(BUKAN) RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang