Sepuluh: Damai Vs Ari

1K 91 8
                                    

Aisyah sudah menolak beberapa kali,namun kakak kelasnya itu terus mengajaknya untuk ke kantin bersama.

"Ayolah Syah,gue lapar banget." Damai kembali merengek di samping Aisyah.

Aisyah menghela nafas,ia memijat pangkal hidungnya merasa pusing karena mendengar rengekan kakak kelasnya itu.

"Ya mau ya?"

Dengan malas,Aisyah menyanggupi ajakan kakak kelasnya itu.
Mereka berjalan santai menuju kantin,sesekali berbincang obrolan ringan di selingi tawa.

"Emang temen kak Damai kemana?" Aisyah bertanya,ia sedikit harus mendongak untuk dapat melihat wajah Damai.

"Ehm,gak berangkat." Damai menggaruk pelipisnya.

Aisyah mengangguk,gadis itu kembali meluruskan pandangannya ke depan.

"Syah,"

Aisyah kembali mendongak,menatap Damai dengan kedua alis di naikan.

"Lo pacaran sama Ari? Bukannya kalian itu gak akur ya?" Damai bertanya dengan nada ragu,takut menyinggung.

"Enggak,kami gak pacaran kok."

Entah kenapa,Damai menghela nafas lega mendengar ucapan Aisyah. Mereka memilih meja yang masih kosong di kantin kemudian melangkahkan kaki ke arah meja tersebut.

Selesai memesan,mereka kembali berbincang. Hingga deheman seseorang membuat kedua nya mendongak.

"Ari?" beo Aisyah,entah karena dorongan apa gadis itu menepuk bangku sebelahnya menyuruh Ari untuk duduk di sana.

Ari duduk tepat di sebelah Aisyah,tangannya di lipat di depan dada.

"Mesen gak ri?" Aisyah memecah kecanggungan yang sempat melanda.

Ari menggeleng,cowok itu tersenyum miring melihat Damai. Ia sudah dapat menyimpulkan jika kakak kelas di hadapannya ini menyukai Aisyah.
"Gue maunya makanan lo,suapin dong."

Damai melotot saat Ari memajukan badannya untuk membisikan sesuatu ke Aisyah.

"Suapin gue,kan lo babu gue." bisik Ari.

Aisyah menggeram,tangan sebelah kiri yang berada dibawah meja terkepal sudah. Ada saja yang membuat gadis itu kesal dengan cowok kerempeng di sampingnya yang sifat nya sering kali berubah.

Dengan malas,Aisyah menyendokan siomay nya kemudian mulai menyuapi Ari.

Damai yang menyaksikan itu,merasa sangat panas. Niatnya mengajak Aisyah ke kantin dengan usaha keras untuk Pdkt,bukan untuk menyaksikan ini.
"Ini kantin woi,bukan tempat pacaran!" sungut Damai.

Ari menelan Siomay nya,kemudian tersenyum miring. Rupannya Damai sudah panas akan tingkah nya dengan Aisyah.
Ari menegakan tubuhnya yang tadi bersandar di kursi.
"Kenapa lo? Bubur nya gak pedeskan? Kok lo kepanasan sih?"

Damai membuang nafasnya perlahan,berusaha memendam rasa keinginan menonjok wajah tengil Ari.
"Masih junior aja udah songong!"

Ari berdecih "Lo juga jangan mentang-mentang senior,jadi bisa seenaknya dan songong ke adek kelas!"

"Bisa jawab ya lo?" di pedengaran Aisyah ucapan Damai tadi bentuk pertanyaan,berbeda di pendengaran Ari.

"Inget,senior hanya tingkatan. Bukan hal yang patut di banggakan,kecuali lo berprestasi. Kayak pacar gue misalnya." ujar Ari,matanya melirik Aisyah dari ekor matanya.

Dan Damai tahu,yang di maksud pacar oleh Ari adalah Aisyah. Ia terlalu peka akan sesuatu.
"Dan lo juga,jadi junior harus hormatin senior nya dong. Itu udah ke–" ucapan Damai tak akan terselesaikan karena Aisyah menggebrak meja cukup keras.

(BUKAN) RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang