Lima : Kak Damai

1.2K 104 7
                                    

Aisyah menghela nafas saat keluar dari ruangan pak Awam.
Ia sudah mengambil keputusan untuk menerima tawaran mengajar Ari.

Entah itu keputusan yang benar atau tidak,yang Aisyah inginkan hanya nilai tambahan.

Langkah Aisyah tertuju menuju perpustakaan,ia berniat meminjam buku paket. Untuk bantuan kegitan belajar bersama esok hari.

Selesai mengisi daftar masuk perpustakaan,Aisyah kembali melangkahkan kakinya menuju rak buku yang ia inginkan.

Aisyah sumrimgah saat buku yang ia cari ketemu,gadis itu harus berjinjit untuk menggapai buku yang ia inginkan. Karena buku itu berada di rak paling atas.

Walau terus gagal,Aisyah tak menyerah. Gadis itu terus berusahar meraih buku itu dengan berjinjit bahkan meloncat.

Kegiatan Aisyah terhenti saat mendengar deheman seseorang.
Gadis itu berbalik badan,melihat siapa orang tersebut.

"Hai,boleh gue bantu?" ujar pria berkaca mata yang tingginya lebih dari Aisyah.

Aisyah tersenyum kikuk,kemudian mengangguk.
"Boleh,"

Aisyah tertegun,menatap pria dihadapannya. Yang memiliki paras dewasa dan senyum yang err manis. Karena setiap pria dihadapannya itu tersenyum,lesung pipinya terihat jelas.

"Ehm,permisi dulu." pria itu menggaruk belakang kepala nya canggung.

Aisyah mengerjap,dengan cepat gadis itu menyingkir agar pria dihadapannya dapat meraih buku yang ia inginkan.

Duh. Malu rasanya.
Terbengong seperti orang bodoh saat pertemuan pertama lagi.

Pria itu berbalik,kemudian menyerahkan buku tebal yang diinginkan Aisyah.

Aisyah menerimanya.
"Thanks ya,"

"Sama-sama Aisyah,"

Dahi Aisyah berkerut kembali,bagaimana pria dihadapannya ini dapat mengetahui namanya.

"Kok tahu nama gue?" Aisyah bertanya seraya menunjuk dirinya sendiri.

Aisyah bertambah heran saat pria dihadapannya itu tertawa kecil.

"Lo kan ketua osis,"

Duh. Untuk yang kedua kalinya,Aisyah merasa seperti orang bodoh.

Gadis itu menggaruk dagunya,seraya menunjukan senyum bodoh.
"Lupa,hhehe.."

"Gue Damai,kelas XII Ipa¹." Pria itu mengulurkan tangannya.

Aisyah menyambutnya.

"Btw,gue manggilnya kakak atau gimana nih?" tanya Aisyah.

"Se'nyaman lo aja ya."

Aisyah mengangguk.

Dijam istirahat kedua ini,mereka mengahabiskan waktu istirahat berdua di perpustakan yang besar ini.

Menukar obrolan,dan tertawa bersama. Walau sempat ditegur oleh penjaga perpusatakaan karena berisik.

**

"Jadi pak Rion yang merencanakan pelajaran tambahan untuk saya?" Ari bertanya.

Pak Awam mengangguk,pria paruh baya itu menatap Ari lekat.
"Iya,nak Aisyah yang akan jadi pembimbing kamu nanti."

Ari yang tadi tak tertarik sama sekali,namun saat mendengar nama Aisyah disebut entah mengapa ia sedikit tertarik akan pembicaraan ini.

"Mulai kapan?"

Pak Awam tersenyum,hendak menjawab dengan sepenuh hati.
"Mulai besok,nanti kamu hubungin Aisyah aja."

Ari mengangguk,bangkit dan meninggalkan ruang kepala sekolah tanpa berpamitan.

(BUKAN) RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang