Tujuhbelas: Akhir segalanya (Ending)

1K 108 27
                                    

Assalamualaikum, (Bukan) Rival update!

Jangan lupa ikutin kisah ceritaku yang lain ya^^
Cek work aku aja, with love.

Happy reading!

"Sori ya kak, tadi gue ngaku-ngaku jadi pacar lo." Aisyah turun dari mobil Damai, menatap Damai yang juga turun dari mobilnya.

"Iya santai aja," Damai tersenyum tipis, "Gue juga maunya jadi pacar lo." Damai bergumam.

"Apa, kak? Maaf, tadi gue gak denger."

Damai sontak menggeleng, ia menggaruk tengkuknya.
"Enggak kok."

Aisyah mengangguk, menunjuk rumahnya dengan dagu.
"Gue masuk dulu ya, thanks."

**

Aisyah menjatuhkan tubuhnya diatas kasur, menarawang kejadian beberapa jam yang lalu. Dia merasa bersalah dengan Ari, dan lagi .. Wajah sendu Ari seakan menghantui dirinya.

Ah, mengapa hatinya mendadak khawatir tanpa sebab, ya?

Baru saja ingin memejamkan mata, ponsel Aisyah berdering.

Aisyah beringsut duduk, mengambil ponselnya dari dalam tas.

Dahinya berkerut, ada apa Mama Ari menelpon?

"Assalamualaikum, tante?"

"Apa tante? Ari kecelakaan?!" Aisyah membekap mulutnya sendiri, airmatanya sudah menetes.

Dadanya bergemuruh hebat.
Ari 'nya ...

"Tante kirim alamat rumah sakitnya ya. Aisyah mau kesana."

Pip.

Dengan cepat Aisyah berganti pakaian. Berlari kecil keluar rumah, menunggu Taksi online yang dipesan.

Taksi datang, Aisyah menyerahkan alamat yang dikirim oleh Mama Ari pada supir Taksi.

**

Aisyah berlari dikoridor rumah sakit, berualang kali menabrak beberapa pejalan kaki disana.
Mengucapkan maaf sebentar, Aisyah kembali berlari.

Aisyah melihat keluarga Ari yang berdiri didepan pintu ruang operasi. Dengan cepat, Aisyah berjalan menghampiri Mama Ari yang masih terisak.

"Tante ..." lirih Aisyah, ikut duduk disebelah Mama Ari. Mengelus bahu wanita paruh baya yang bergetar hebat.

"Ari, Syah ..."

Aisyah mengangguk mengerti, menatap pintu operasi dan menatap Mama Ari kembali.
"Tante yang sabar ya, Aisyah yakin kok Ari gakpapa. Dia cowok yang ... Kuat."

Pintu operasi terbuka. Menampakkan seorang Dokter muda, seluruh keluar Ari beserta Aisyah refleks mendekati Dokter itu.

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" Papa Ari langsung bertanya, diangguki seluruh orang.

Dokter itu tersenyum tipis, menbuka masker yang tadi menutupi mulut dan hidungnya.
"Ari sudah tidak kritis, hanya saja dia menjadi lemah karena kehilangan banyak darah. Dia masih belum siuman, dan dia harus dirawat beberapa hari disini,"

Sontak semua orang menghela nafas lega. Aisyah memejamkan mata mengucap syukur. Ari 'nya selamat.

"Tapi .." Dokter itu kembali bicara, "Ada kemungkinan memori Ari menghilang, tapi itu belum positif."

Aisyah mengernyit, menelan ludah. Apa Ari masih mengingat dirinya?

Mengapa cobaan selalu datang menerjang?

***

Sudah hampir sebulan, Ari terbaring koma dirumah sakit.
Dan hampir setiap hari juga Aisyah datang menjenguk.

(BUKAN) RIVALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang