Part 13

513 46 2
                                    

Musim dingin telah datang bersamaan hawa dingin yg menusuk tubuh. Salju pun turun bersamaan dengan membekunya dedaunan dan pepohonan. Tapi, kenapa musim dingin tidak bisa membekukan waktu?. Itu hanya sebuah harapan yg tidak akan mungkin terjadi. Waktu tidak akan bisa berhenti maupun kembali. Waktu akan terus bergulir tanpa berhenti.

Sudah terhitung seminggu Jimin tidak masuk sekolah. Setelah insiden itu Tae tidak pernah melihat Jimin lagi. Kenapa dia yg menghilang? Seharusnya Tae lah yg menghilang?.

'Hari ini juga ya..., kemana dia? Seharusnya aku yg menghindar kenapa harus dia? Ahh,,,aneh sekali' batin Tae.

"Haissshh....kenapa aku merindukannya," umpat Taehyung ke arah sungai han. "Benar juga, sebentar lagi hari ulang tahunku dan dihari itu aku akan pergi jauh darimu chimm...kuharap kau bisa menjaga keluarga kandungku dengan baik." Sambungnya dalam hati.

"Hyung....." sapa seseorang yg lebih muda darinya dengan raut wajah yg sulit diartikan.

"Koo....k..ie?" Ucap Taehyung tersendat.

Sementara Kookie hanya mengangguk sambil berkata, " Ji..min...hyung."

"Apa terjadi sesuatu?".



.


.

.


.

.

.


.






"Sudah berapa lama kata mu tadi?" Tanya seseorang dengan jas dokter yg bername tag Min Yoongi.

"Satu minggu, sudah satu minggu ia koma dan dirawat dirumah sakit ini," balas seseorang yg terlihat seumuran dengan Yoongi yg bername tag Kim Seokjin.

"Lalu apa kata dokter Choi?" Tanya Yoongi kembali.

"Penyakitnya sudah parah, kita harus segera menemukan pendonor untuknya, kalau tidak nyawanya tidak akan tertolong, kerusakan pada jantungnya sudah sangat parah" balas Seokjin dengan nada yg sedih.

Seokjin tahu apa yg Yoongi rasakan setelah mendengar penjelasannya, dapat terlihat dari raut wajah Yoongi yg begitu terpukul dan sedih. Meski Yoongi bisa menyimpannya tapi tidak didepan Seokjin. Seokjin mengenal betul sahabatnya itu.

"Aku tidak pernah meyangka ini akan terjadi, kenapa harus dia? WAE?" Tutur Yoongi dengan nada yg tinggi dan setetes air yg jatuh dari pelupuk matanya.

"Tim medis sedang berusaha mencari pendonor yg cocok untuknya, kita hanya bisa berdoa dan menunggu hasilnya" tutur Seokjin.

"Kita tidak bisa menunggu, aku akan mencarinya, aku akan mencari pendonor untuknya. Akan kudapatkan apa pun caranya," keputusan Yoongi sudah bulat dan Seokjin hanya mengangguk paham.

.

.


.

.


.







"Apa yg kau katakan Kook? Hyung tidak mengerti? Jangan pernah berbohong itu tidak baik? Arrachi?."

"Apa yg kukatakan itu benar, jika tidak percaya datang saja kerumah sakit dan akan hyung lihat disana tubuh Jimin hyung yg terbujur kaku di atas ranjang rumah sakit," jawab Jungkook dengan wajah yg sudah bengkak karena tangisannya, yah...sudah seminggu senyuman kelinci hilang di wajahnya.

Bagi Jungkook, Jimin adalah kehidupannya, dunianya, oksigennya, dan paru paru tempatnya bernafas. Namun, semenjak bertemu Tae dan Yoongi dunianya sudah terbagi bagi. Tapi, tetap saja ketakutan Jungkook hanya satu, takut kehilangan salah satu dunianya dan kehidupannya yaitu Jimin.

"Pasti Jimin yg menyuruhmu untuk berbohong, agar aku bisa datang untuk menemuinya," tutur Tae yg masih tidak percaya.

"Terserah Hyung, setidaknya aku sudah memberitahu mu. Aku pamit dulu hyung," tutur Jungkook sambil berlalu pergi. Tiba tiba ia berhenti dan berbalik "aku sangat menyayangi kalian dan aku tidak mau kehilangan salah satunya, seperti sebuah senter yg memiliki beberapa baterai jika salah satu baterianya hilang maka senter itu tidaka kan bisa digunakan dan kegelapan pun tidak bisa diterangi," sambungnya.

Setelah kepergian Jungkook, Taehyung hanya bisa merenungi dan meresapi setiap kata yg disampaikan Jungkook beberapa menit yg lalu. Seperti sebuah kaset rusak kenangan akan Jimin kembali menghinggapi memeorinya satu persatu. Tentang Jimin yg selalu lelah saat berpacu lari dengannya, tentang Jimin yg selalu menimun sebuah pil yg ia bilang vitamin, Jimin yg selalu memegagi dadanya saat mulai merasa kelelahan dan perkataan ngawur Jimin tentang kepergiannya yg jauh.

'Cihh.....aku sahabat yg bodoh, aku tidak menyadari semuanya dan kau terlalu hebat dalam menyembunyikannya dariku,' batin Taehyung.

setetes demi setetes air yg tertahan itu pun jatuh dari mata elangnya. Butiran putih nan lembut namun dingin itu pun juga tidak mau kalah, ia juga ikut turun berpacu dengan air mata pemuda yg sedang merenungi kenangan kenangan indahnya bersama sang sahabat.

Perlahan namun pasti air mata dan butiran salju yg turun itu tercampur saat jatuh menyentuh tanah. Semuanya hancur dan remuk. Seperti sebuah gelas kaca yg terjatuh, hancur berkeping keping.



'Bodohnya aku, aku baru menyadari pelangi memang hadir setelah hujan turun. Namun, hadirnya hanya sebentar.
Bukankah aku pernah mengatakan, jika cuman hadir sebentar lebih baik jangan pernah datang, karena itu lebih menyakitkan seperti sebuah harapan yg tidak akan pernah tercapai.'









TBC

RAIN and RAINBOW (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang