Bab 7

35 9 3
                                    


  "Mungkin, cintaku ini datang
Terlambat dalam waktu yang tidak
   Tepat. Tapi kalau sudah cinta, aku
     Tidak dapat mencegahnya."
                   -EndahAprilia.-

-<>-<>-

"ENDAAAAHHH." Teriakan yang sangat menggelegar itu membuat Endah mengalihkan pandangannya ke sumber suara.

"APA MAH?" Tanya Endah tak kalah kencang. Tak ada niat setikitpun Endah untuk menghampiri Elfa yang ada di dapur. Dia sangat malas bangun dari posisinya yang sudah kelewat nyaman ini.

"ENDAAAAAAHHHHHH." Teriakan kedua yang lebih panjang membuat Endah menutup sedikit kedua telinganya.

Endah sedikit mendengus, sangat malas membalas teriakan Elfa itu. Dan akhirnya, tanpa menyahuti panggilan Elfa, dia malah kembali menatap layar televisi yang menayangkan acara gosip. Dia tidak akan melewat beragam banyak gosip minggu ini, atau dia akan terlihat kudet (kurang update) di hadapan teman-teman rumpinya di sekolah. Dan dia tidak mau itu terjadi, karna sangat memalukan mengingat biasanya dia sangat paling tau berita-berita terkini.

Tapi entah kenapa akhir-akhir ini memang dia sangat jarang yang namanya menonton tv. Dia lebih sering nonton drakor di handphone miliknya. Ketimbang buka aplikasi instagram yang biasanya dia buka untuk mencari gosip terhangat. Sekarang sangat serius Endah menonton tv Bahkan dia telah melupakan Elfa yang memanggilnya tadi, sampai sekarangpun Elfa masih teriak-teriak tidak jelas memanggil namanya itu.

Sedangkan yang empunya nama cuma masa bodo dengan teriakan Elfa yang semakin lama semakin kencang. Bahkan dia masih terlihat santai dan serius menatap televisi yang ada di hadapanya.

'Bodo amat  dosa, dosa dah gua ini. Lagian kalo teriak kenceng banget udah kaya di hutan. Entar gua samperin dia malah teriak lagi, dari sini aja nih kuping udah kaya mau jebol! Apa lagi kalo deket, ancur nih kuping.' Endah membatin tak karuan saat Elfa memanggil namanya untuk kesekian kalinya.

"KALO DI PANGGIL SAMPERIN DONGG! CEPETAN KE SINI!!"

Cukup sudah! Kupingnya akan tambah panas kalau panggilan Elfa tidak dia sahuti lagi. Dia mengira dengan tidak menyahut akan membuat Elfa itu tak memanggilnya lagi, tapi dugaannya salah! Salah besar! Padahal dia harusnya tau, kalau Elfa itu tidak akan diam sebelum apa yang di inginkan terpenuhi selama apa yang di inginkan bukan hal yang aneh-aneh atau di luar nalar.

Hah. Kalau sudah begini, mau tidak mau Endah harus menghampiri mama kesayangannya itu. Ya iyalah ya kesayangan. Orang cuma punya satu nyokap, kecuali kalo punya sepuluh.

'Eh tapi kalo punya nyokap sepuluh seru kali ya?' Dia membatin asal dengan terkekeh geli seraya berjalan menuju di mana tempat Elfa berada.

Saat sampai di pintu masuk dapur, Endah bukan lagi melihat rumahnya yang sangat rapi, indah dan wangi. Tapi seperti kapal pecah. Ancur semua. Ada terigu yang bececeran di lantai, ada crim coklat, strowberry, dan banyak crim yang menempel di tembok maupun ikut berceceran di lantai bersama terigu. Di tambah ada beberapa telur yang pecah juga di lantai, meja, bahkan ada banyak jejak-jejak telur di temboknya.

Belum lagi dia menukan Elfa sedang berdiri di atas kursi dengan raut wajah takut dan kesal. Ekspresinya begitu jelas terlihat di wajah Elfa yang masih terlihat muda itu. Rasanya dia ingin tertawa, tapi nanti yang ada di omelin. Makanya dia lebih memilih untuk diam dan melihat sekeling dapurnya sekali lagi.

Dia menghembuskan napas pelan seraya menatap Elfa. "Kok dapur kita udah kaya abis di bom si mah. Berantakan banget. Kenapa?"

Elfa tak menjawab, dia menatap Endah tajam. "Kenapa baru nyamperin mama? Kan mama panggilnya dari tadi! Dosa tau gak nyahut kalo orang tua manggil! Mau mama kutuk?!" Cerca Elfa kesal yang baru mendapatkan anaknya yang sudah ia panggil sejak tadi tapi baru memperlihatkan batang hidungnya sekarang.

Tiga Hati Satu CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang