SATU [ New Version ]

50.2K 1.6K 22
                                    

3 hari setelah pertemuan Azkia dengan Kepala Sekolah hari itu, Azkia rutin membersihkan perpustakaan saat jam istirahat sebagai sanksi atas keterlambatannya.

Hari ini, gadis yang mengenakan jepitan rambut berwarna biru itu sedang menyandarkan tubuhnya pada rak perpustakaan sambil memegang kemoceng. Matanya memejam kala angin sejuk dari AC menerpa wajahnya.

Azkia menyela keringat di pelipisnya " Duh! Cape banget gue! Harusnya gue lagi nyantai nih jam segini minum es teh, ini malah harus bersihin perpustakaan yang apa sih, debu aja gak ada! Bersihin omong kosong Pak Kepsek doang kali" Dumelnya sambil terus memejamkan mata.

Saat Azkia masih menikmati sejuknya AC, seseorang berdehem " Maaf, Adik. Bisa geser sedikit? Saya mau ambil buku di belakang kamu"

Sontak Azkia buru-buru membuka mata dan sedikit bergeser " Oh ma-af" Ucapnya tatkala melihat siapa yang berdiri di depannya.

Pak Agam, si guru baru pelit.

" Kenapa raut wajahnya langsung gitu pas liat ini saya?" Tanya Agam sambil menautkan kedua alis tebalnya.

Azkia memalingkan wajahnya " Emang raut muka saya biasanya gimana? Orang tiap hari juga gini kok, gak usah sok akrab deh!" Jawabnya terkesan tidak sopan.

Mendengar jawaban ketus itu, Agam tersenyum tipis " Emm gitu, ya?" Balasnya kemudian meraih buku yang tepat berada diatas kepala Azkia.

Dalam jarak yang sedekat itu, Azkia bisa mencium aroma kayu-kayuan yang menenangkan dari tubuh Agam, sesaat gadis itu memejamkan mata. Agam melirik sekilas kemudian berdehem lagi.

" Kalo raut wajah kamu yang ini, saya baru liat!" Ucap Agam yang membuat Azkia terkejut, ia memukul lengan Agam dengan kemoceng yang dipegangnya.

Pukulan kemoceng pada lengan Agam membuat debu-debu yang menempel pada kemoceng jadi menyebar hingga membuat Agam dan Azkia terbatuk-batuk kecil.

" Pak Agam gak usah kurang ajar! Raut wajah yang gimana maksudnya, hah?!" Ucap Azkia sambil terus memukuli Agam dengan kemoceng padahal keduanya sudah terbatuk-batuk karena itu.

Agam berusaha mencekal pergelangan tangan Azkia " Diem, Azkia! Sudah!" Ucapnya yang kemudian merebut kemoceng itu dari Azkia.

Kemeja putih bergaris milik Agam kini terlihat kotor dibagian lengan atas kananya, Agam menatap Azkia yang juga sedang menatapnya " Kamu tadi bilang apa, saya kurang ajar? Lantas perilaku kamu yang barusan harus saya sebut apa?" Tanyanya.

" Itu karena Pak Agam menyinggung soal raut wajah saya! Saya cuma mejemin mata" Jawab Azkia dengan wajah kesal.

Mendengar itu, Agam semakin mengeratkan cekalannya pada tangan Azkia " Memejamkan mata karena apa? Kamu gak sadar, ya? Hidung kamu ini hampir nempel sama bahu saya! Jadi yang kurang ajar sebenernya siapa? Kamu atau saya?"

Azkia semakin kesal, gadis itu memberontak berusaha melepaskan cekalan Agam pada tangannya yang Azkia yakini pasti memerah " Yaudah saya minta maaf kalo gitu! Emangnya saya tau kalo hidung saya mau nempel ke bahu Anda, lagian Pak Agam sendiri kok yang maju-maju ke depan!"

" Bukannya saya udah bilang permisi karena saya mau ambil buku di belakang badan kamu? Kenapa kamu cuma geser sedikit? Salah sendiri diem terus disitu!" Jawab Agam tak mau kalah.

" Terserah Pak Agam deh! Lepasin tangan saya, Pak!" Ucap Azkia berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Agam, namun Agam malah semakin mencekalnya " Pak Agam sakit! Saya bisa laporin Pak Agam ke Kepsek!"

Agam tersenyum sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Azkia " Sana laporkan! Mau sekalian saya anterin?"

" Kurang ajaaarrr!!!" Azkia dengan sengaja menampar wajah Agam hingga cekalan tangannya terlepas, Agam sungguh tidak menyangka Azkia akan bertindak seberani ini.

Dear Teacher [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang