Berbulan-bulan berikutnya, Azkia menjalani kehidupannya sebagai pelajar SMA dengan bermalasan-malasan, jarang mengerjakan tugas, bolos untuk sekedar tidur di UKS. Apalagi saat mata pelajaran kimia, ia jarang sekali mengumpulkan tugas sehingga membuatnya sering mendapat hukuman dari Agam.
Seperti hari ini, Azkia berada di ruangan yang memang dikhususkan untuk Agam karena katanya guru barunya tersebut punya alergi terhadap debu, walapun sepertinya alasannya itu tidak masuk akal. Entahlah, Azkia pikir dari sejak awal Agam masuk ke sekolah, guru itu memang sudah sangat dispesialkan.
Melihat tumpukan buku di depannya, Azkia menghela napas kesal. Agam menyuruhnya mengoreksi semua hasil ulangan siswa kelas 10, itu sudah berlangsung sejak bel pulang berbunyi dan sekarang jam tangannya tepat menunjukkan pukul 5 sore.
Artinya Azkia sudah 1 jam disini!
" Pak, ini kok gak selesai-selesai sih?!" Keluh Azkia sambil melempar pulpennya, kemudian gadis itu menyilangkan tangan diatas meja dan menyusupkan kepalanya disana.
Agam yang juga sedang memainkan laptopnya di sofa menoleh pada Azkia, " Katanya kalau hanya koreksi tugas itu mudah buat kamu! Kenapa sekarang mengeluh?" Jawabnya.
" Ya siapa yang bakal ngira kalo ulangannya sebanyak ini! Bahkan tumpukan kertasnya tingginya ngelebihin Burj Khalifa! Yang masuk akal dong, Pak, kalo mau ngasih hukuman!" Ucap Azkia yang kini melanjutkan lagi mengoreksi soal-soal ulangan itu.
Mendengar itu, Agam berjalan mendekat pada Azkia dan berdiri tepat di depan gadis itu dengan kedua tangannya bertumpu pada meja " Let me know hukuman masuk akal yang kamu maksud" Ucapnya.
Azkia memutar jengah bola matanya " Misalnya hormat bendera kek, atau bersihin kamar mandi, atau nyapuin halaman! Bukan malah ngoreksi tugas sebanyak ini!"
" Karena biar kamu jera! Kamu bahkan udah pernah melakukan semua hal yang kamu sebutkan barusan, tapi tetep gak jera, kan? Hukuman masuk akal seperti itu, gak akan cocok untuk kamu yang pembangkang" Jawab Agam diiringi senyuman manis yang mengguncangkan amarah Azkia.
Merasa sudah sangat kesal, Azkia berdiri seraya menggebrak meja " Saya bukan pembangkang! Saya cuma gak suka Anda! Apapun bakal saya lakuin, demi gak ketemu sama Pak Agam!" Ucapnya dengan lantang.
" Sayangnya, semakin kamu menghindari saya, justru kamu malah semakin sering bertemu dengan saya. Azkia asal kamu tau, kita-" Ucap Agam terhenti membuat Azkia menatapnya dengan kening berkerut.
" Kita? Kita apa?"
Agam menggelengkan kepala " No! Kamu boleh pulang, terima kasih sudah membantu saya mengoreksi soal!" Ucapnya kemudian berbalik badan dan kembali duduk di sofa memainkan laptopnya.
Azkia sedikit kepikiran tapi sepertinya tidak penting, yang lebih penting sekarang adalah dia pulang ke rumahnya dan beristirahat karena lehernya sudah sangat pegal akibat terlalu lama menunduk.
Gadis itu dengan meraih tasnya yang berada tepat di sebelah Agam dengan cepat " Pulang sama siapa?" Tanya Agam tiba-tiba.
" Naik ojol!" Jawabnya sambil terburu-buru memakai tas.
Agam menghela napas " Minta jemput Kakak kamu aja, jam segini bahaya kalo naik ojol!"
" Dari mana Pak Agam tau kalo saya punya Kakak?" Tanya Azkia menatap Agam dengan curiga, laki-laki itu pun terlihat kikuk namun Agam berhasil menutupinya dengan berdehem.
Agam menutup laptopnya " Semua biodata siswa udah saya baca, termasuk punya kamu" Jawabnya sambil membalas tatapan Azkia.
" I dont care! Saya pulang!" Ucap Azkia kemudian meninggalkan Agam sendirian di ruangannya. Agam hanya menatap pintu yang sudah tertutup itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Teacher [New Version]
RomanceOn Going New Version The first stories of F4 Lokal - Agam Zevano Hadrian - Dua anak manusia yang harus menerima takdir yang keduanya sama-sama tidak pernah berpikir akan menjalani kehidupan yang seperti ini. Perjodohan konyol antara seorang Guru K...