ENAM [ New Version ]

33.8K 885 7
                                    

Hari dimana pertemuan dua keluarga itu tiba, di depan cermin yang lengkap dengan lampu, Azkia tersenyum kaku ketika MUA menyuruhnya berpose menghadap kamera. Azkia tampak memukau dengan riasan tipis nan manis dipadukan dengan dress berkerah sabrina berwarna burgundy.

Resti yang kebetulan sudah selesai dirias pun menghampiri Azkia, kemudian memegang kedua bahu Putrinya dari belakang " Nak, sekali lagi, Unda minta maaf ya, Sayang. Jangan pernah ngira kalo Unda gak sayang sama kamu, Unda tuh sayang banget sama kamu. Apalagi kamu anak perempuan yang paling Unda tunggu, Unda lakuin ini karena Unda juga gak bisa berbuat apa-apa. Tapi udah bisa jamin satu hal, calon suami kamu itu bener-bener orang yang baik yang nantinya bakal bikin kamu ngerasa bersyukur karena punya pasangan kayak dia. Ayah dan Unda pasti milih yang terbaik buat Putri kesayangan kita ini" Ucap Resti sambil mengusap kepala Azkia.

Azkia menatapnya dengan mata sendu " Kia gak bisa kalo jauh-jauh dari Unda, Kia mau disini aja. Sama Ayah sama Unda, sama Abang juga" Ucapnya kemudian memeluk Resti yang mati-matian menahan agar air matanya tidak keluar.

Namun gagal, wanita paruh baya itu tetap saja menangis " Kan kamu masih bisa tetep main kesini kalo udah nikah nanti, lagian nikahnya kan masih lama, masih ada banyak waktu kok, Sayang. Duuuhh, Unda jadi nangis nih ah" Ucapnya mencairkan suasana.

" Ganteng kan, Unda? Calon suami Kia?" Pertanyaan Azkia itu jelas saja membuat Resti tergelak.

Resti menganggukkan kepalanya " Ganteng banget malahan, kamu pasti bakalan jatuh cinta nanti kalo udah ngeliat dia-"

" Unda ini keluarga calon suaminya Adek udah pada dateng" Ucap Ali yang hanya kepalanya yang terlihat di pintu.

Azkia menolehkan kepalanya pada Resti yang kini merengkuhnya " Semuanya baik-baik aja, Sayang. Percaya sama Unda, kita gak akan mungkin milihin yang gak baik buat kamu, Unda tinggal dulu, ya"

Ketika Resti dan Ali meninggalkannya sendirian di kamar, Azkia menunduk mengambil handphonenya yang tergeletak di atas meja rias. Ia menatap isi handphonenya lama,

Aldi Reando

Di, bisa jemput gue di rumah gaa?

Pesan yang telah Azkia ketik itu tidak jadi ia kirim, tadinya Azkia berniat kabur dengan diantar oleh sahabatnya itu. Namun, setelah dipikirkan kembali itu hanya tindakan yang akan membuat keluaganya malu.

Untuk sekarang, Azkia hanya berdoa semoga yang menjadi pilihannya kali ini adalah yang terbaik untuknya maupun untuk keluarganya. Realistis aja sih, Azkia juga sebenarnya tidak mau hidup susah, takutnya jika ia menolak perjodohan ini, ia dan keluarganya akan kehilangan semua kekuasaan atas perusahaan Kakeknya.

Saat sedang asik melamun, seseorang mengetuk pintu kamarnya. Azkia menoleh, dan tenyata Resti yang masuk. " Ayo, Sayang"

Azkia berjalan gontai dengan digandeng oleh Resti menuruni anak tangga, ia memperhatikan seorang laki-laki yang duduk dihadapan Ayahnya dengan memakai kemeja hitam dan celana bahan hitam. Wajahnya menunduk membuat Azkia tidak bisa memastikan ia rupawan atau tidak.

Saat Azkia tiba di hadapannya, laki-laki itu mengadahkan kepala menatap Azkia. Namun sebentar, sepertinya ini bukan wajah yang asing bagi Azkia. Itukan-

" Pak Agam?! Pak Agam ngapain disini?" Tanya Azkia ketika tau bahwa laki-laki yang menunduk tadi adalah Agam, guru kimianya di sekolah.

Agam hanya tersenyum menanggapi keterkejutan Azkia " Loh, Nak. Agam tuh ya calon suamimu. Ganteng, kan?" Jawab Resti.

Mendengar itu, Azkia menatap Undanya tak percaya, ia berkali-kali menggelengkan kepalanya berusaha tidak mempercayai apa yang dilihatnya. Ia kemudian menatap Ayahnya yang tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Dear Teacher [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang