DELAPAN [ New Version ]

31K 845 1
                                    

Selama mata pelajaran matematika berlangsung, seluruh siswa dalam kelas hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya seolah-olah mengerti dengan apa yang sedang diajarkan gurunya di depan kelas. Deretan angka itu terlihat rumit, membuat Azkia menjadi mengantuk.

Menurut Azkia, aneh saja ada orang di dunia ini yang sangat menyukai matematika. Selain karena hitung-hitungannya yang tidak masuk akal —menurut Azkia— juga karena rumusnya bisa berubah sesuai dengan bilangan yang ada.

Oh atau mungkin otak Azkia saja yang terlalu cetek, hingga sudah dipelajari berulang kali pun ia tetap tidak mengerti. Sepertinya kemungkingan itu yang benar, Azkia memang malas belajar, ia hanya akan belajar saat menjelang ujian saja.

Azkia menaruh pulpennya ketika terlihat menyerah mengerjakan kuis hari ini, gadis itu menoleh pada Aldi yang sedang mengacak-acak rambutnya sendiri " Diii, istirahat ntar mau makan apa?" Tanya Azkia.

Jelas itu membuat fokus Aldi jadi terpecah " Ih goblok, lu bikin gue lupa tadi mau ngitung yang mana. Tapi mie goreng pedes enak gak, sih?" Jawab Aldi sambil menopang dagunya dengan tangan, menatap Azkia yang juga sedang menatapnya.

" Gue juga mikir yang sama! Gila, kita ini emang bestie forever banget sih! Gue yang traktir dah kali ini" Balas Azkia tak kalah excited.

Aldi tersenyum lalu mengelus kasar puncak kepala Azkia " Gak usah, tapi kalo lo maksa ya gue bisa apa?" Ucapnya yang membuat Azkia menepis tangannya.

Setelah percakapan yang tidak berguna itu, keduanya kembali berkutat dengan angka dan rumus yang sebenarnya keduanya tak mengerti sama sekali. Aldi bilang tulis apa saja yang penting kertasnya tidak kosong melompong.

Beberapa menit berlalu, dan akhirnya kelas menyiksa itu berakhir. Azkia dan beberapa anak perempuan yang lain sedang menyisir rambutnya karena berantakan akibat matematika yang demi apapun sangat memusingkan.

Dari luar terlihat Esya yang menunggu di depan pintu kelas, gadis itu memperhatikan gerak-gerik Aldi yang terus saja menatap Azkia seperti tanpa berkedip. Hatinya terasa sedikit memanas melihat itu, namun buru-buru ia tepis dengan menggeleng-gelengkan kepala.

" Esyaaaa!! Tungguuiiinnn" Azkia berteriak lalu berlari menghampiri Esya yang merentangkan tangannya menyambut pelukan dari Azkia.

Esya menangkap tubuh Azkia lalu mendekapnya " Gimana kuisnyaaa? Susah gaaaak?" Tanyanya sambil mengelus punggung sahabatnya.

" Huhu susah banget tau, Sya. Mau nangis, pusing sekali kepala dede" Jawab Azkia sedikit mendramatisir, kemudian datang Aldi yang ikut merentangkan tangan berharap Esya juga memeluknya.

" Aa Aldi nggak dapet peluk nih, Neng Eca?" Tanya Aldi sambil menaik-turunkan menggoda Esya yang kini memasang wajah mual.

Padahal jauh dari lubuk hatinya yang dalam, Esya juga ingin sekali memeluk Aldi, mendekapnya tanpa membiarkan siapapun mengambil Aldi dari dekapannya.

Esya hanya mendelik sambil terus mengelus punggung Azkia " Uuu cian banget cantik aku! Ayo, ayo kita makan yang pedes biar pusingnya ilang" Ucapnya yang melepaskan pelukann Azkia.

Azkia mengangguk lalu menggandeng tangan Esya dan Aldi yang berdiri di sebelahnya " Let's gooo! Hari ini gue yang traktir! Soalnya Ayah abis transfer gede banget loh!" Ucapnya membuat Aldi melotot menatapnya.

" Bisa dong minjemim gue duit buat beli PS 5, Ki?" Tanya Aldi yang mendapat tamparan dari Esya " Ih sakit dong Ecaaa, kok Aa Aldi ditampar?"

" Eh monyet! Stop sok imut ya, gue enek banget dengernya, aa uu mulu dari pagi" Ucap Azkia yang melepas gandengan tangannya pada tangan Aldi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear Teacher [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang