1. Ini gimana?

1.6K 57 11
                                    

Awalnya kakak tingkat sudah banyak bercerita dengan kami bagaimana memulai 'hidup' di Fakultas ini. Kebetulan setiap kami memiliki 3 kakak asuh sebagai kakak yang membimbing kami tentunya.

Saat pertama kali masuk, kami tidak mengerti apa yang harus kami lakukan. Tidak tahu cara mengubungi dosen apalagi minjam alat di TU.

Akhirnya yang kami lakukan adalah beradaptasi satu sama lain. Yang paling ku ingat adalah saat pertama bertemu semua teman di kelasku menyebut orang lain sebagai 'kamu'. Berjalan sebulan kata ganti itu berubah menjadi 'kau'.

"Trus ini gimana? Aku udah sms dosen. Bapak itu bilang bisa. Yang jam 8 pagi ini gatau siapa dosennya." Kata teman sebangku ku dengan cemas. Aku hanya memperhatikannya dan sesekali bercengkrama dengan teman di sebelahku.

Hiruk pikuk di kelas itu semakin nyata. Menyebabkan ponsel kami terus-terusan berbunyi dan bergetar tanda notifikasi masuk.

Line

Kating 1
Dek, suaranya tolong.

Kating 2
Suaranya dek. Kami lagi KP.

Kating 3
Hargai yang lagi belajar dek.

Dan hampir semua kating menyuarakan hal yang sama. Satu yang menjadi perhatian ku. Apa pulak lah KP ini?

Sibuk dengan mencari tahu apa itu KP, seorang dosen datang masuk ke kelas kami.

"Ini dosennya siapa pagi ini?" Tanya dosen yang ku ketahui merupakan asisten 1 di Fakultas ini. Dan ya, semua dosen di Fkp sangat sangat di segani.

Teman-temanku terdiam. Tidak ada yang bertanya.

"Kok diam? Kalian tidak tahu siapa yang ngajar? Gimana mau kuliah kalian ini?"

Aku tahu Ibu ini sedang frustasi, terlihat dari wajahnya yang cemas karena kami tak juga paham apa itu KP, SL (Skill Lab), Tutotial, Boking Alat, Peminjaman kelas ataupun ruangan dan itu tentu saja memberatkan otak kami. Sangat.

Yantris, nama teman baru ku mengatakan kalau sudah menghubungi dosennya tapi berhalangan hadir jam 10 nanti.

Dan dengan keputusan ibu dosen, akhirnya kami di suruh untuk membentuk organisasi kelas. Mulai dari Komting (sebutan untuk ketua kelas. Jujur sampe sekarang, aku gatau apa itu kepanjangan komting, hehe), sekretaris, bendahara, serta sipen (kalau kami panjangankan jadi 'si penanggung jawab'. Terlalu kreatif kadang.)

Pemilihan berlangsung sedikit seru menurutku, karena jujur mulutku ini paling ga bisa diajak kompromi dan berujung aku ikut membantu dalam pemilihan walaupun di tengah perjalanan aku memilih diam karena sadar akan sesuatu. Sok bangetlah kau Byi. Macam udah di kenal aja.

Dan ya, terpilihlah orang-orang itu termasuk aku sebagai sipen(akibat paksaan temanku yang ternyata teman satu SMP ku dulu. Dunia memang sempit ya) yang aku kira akan menjalankan tugas di akhir bulan.

Pikiranku seketika kacau saat tahu bahwa mulai besok kami para sipen yang memegang 'kendali' di kelas. Poor me.
Ditambah lagi, seminggu sebelumnya ponsel milikku rusak dan tidak bisa di pakai lagi. Aku semakin bingung karena tidak tahu harus berbuat apa.

Akhirnya kami para sipen Falsafah dan Teori Keperawatan berkumpul untuk berbagi tugas.

"Maaf teman-teman, hp ku kan rusak, trus kalau dari hp ini sms dosen aku gak berani." Kataku jujur sambil mengangkat ponselku yang memang sudah model lama.

"Kita kan ada 4 dosen. Pak B di gantikan sama Pak D nantinya. Jadi aku megang Ibu Y, Putri pegang Ibu S, Rina pegang Ibu R ya." Jelas Mila pada kami. Dengan sedikit merasa bersalah dan tidak enak hati, aku buka suara, "Kalau aku yang siapin alat tiap pagi gimana, we?"

"Boleh kok Byi. Gak papa." Sahut Putri.

Aku bernapas lega. Beruntung bisa bekerja sama dengan sipen-sipen ini.

-----

Esok harinya, aku datang lebih awal (bisa ku bilang sangat awal, bahkan itu pintu gedung belum ke buka. Ku dobrak boleh gak ya?) demi tanggung jawabku sebagai sipen. Sedih karena harus mengangkat toa, mic, absen, dan minum dosen sendirian.

Tapi lebih sedih lagi yang menghubungi dosen.

"We, aku udah hubungi dosennya, tapi gak di balas. Aku bingung." Curhat Rina pada kami.

"Jadi gimana? Di telepon?" Tawarku.

Rina tampak berpikir lagi, "Tapi kata kakak asuhku, kalau udah di baca berarti bisa."

"Yaudah berarti bisa."

"Tapi kalau ibu itu gak datang gimana?"

Jujur, ini nih yang aku bingungkan dari segala sesuatu yang sebenarnya patut ku bingungkan.

Setelah selesai aku membenahi peralatan untuk kuliah, aku bertanya kepada Mila apa itu KP.

"Kuliah pakar maksudnya Byi. Kayak teori gitu."

"Terus gak butuh apa-apa kan?"

"Gak tau juga aku. Tapi kata kakak tingkat kayak teori biasa aja."

Aku hanya ber-oh ria saja. Mengangguk seolah paham padahal gak memahami apapun.

Rina datang menghampiri kami dengan panik.

"Ibunya we nelpon. Gimana ini? Byi kau aja yang angkat!"

"Ah enggak mau. Aku gak tau apa masalahnya."

"Yang semalam aku ceritakan loh."

Terjadi perdebatan yang yah, sedikit wah menurutku. Padahal telpon masuk dari sang dosen cukup lama di anggurkan. Poor me again.

"Yaudah sini."

Aku mengambil napas terlebih dahulu, kemudian menekan tombol hijau yang tertera di layar ponselnya.

"Halo, ibu."

"Hallo, kalian A-B? (nama kelas kami. Dari program A kelas B)."

"Iya ibu, apa ibu bisa masuk hari ini?"

"Kamu tidak ada konfirmasi ke saya tadi malam. Nama kamu siapa? Saya gak tahu kalau pagi ini saya masuk. Saya tidak bisa."

Alamak. Kalau udah nanya nanya begini nyaliku langsung ciut.

"Sudah, Bu. Sudah kami konfirmasikan tadi malam mengenai pagi ini."

"Kamu WA saya, ya? Saya sudah bilang saya tidak suka di WA!"

Jujur ini tuh menguras energi banget. Gimaba enggak, itu tuh kayak dosennya marah banget tahu gak?

"Tidak bu, saya SMS ibu semalam." Jawabku jujur sambil melihat Rina yang menghubungi dosen ini tadi malam. Rina mengangguk dengan wajah panik. Jari jarinya sudah memegangi wajahnya untuk meredakan panik.

"Kamu WA saya!"

Ku hebuskan napas ku perlahan sebelum menjawab, "Saya semalam SMS ibu, bu."

Terdengar helaan di seberang sana. "Yasudah. Kalau memang SMS saya. Tapi memang kalian tidak konfirmasi ke saya. Bilang ke teman kamu pagi ini saya tidak masuk. Ganti ke hari lain saja."

Apa pulak lah lagi ini? Serba salah kali pun.

"Baik bu. Maaf Bu kalau kami ada salah, Bu. Terimakasih banyak bu."

"Iya, gak papa, sama-sama." Katanya lembut dan membuat ku sukses linglung.

Ponsel Rina ku kembalikan padanya, sambil masih tercengang. "Ibu bilang kita ga ada kelas pagi ini. Umumin aja deh."

Putri tertawa dan memberitahukan kepada teman sekelas bahwa kelas di batalkan pagi ini, dilanjut pukul 10.00 nantinya.

LIKA LIKU KEPERAWATANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang