Our Destiny | 11

289 29 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua bulan kemudian...

Di London, orang tua Faisal sedang membicarakan hal yang serius.

"Mas, apa ini benar? Aku gak setuju denganmu. Sebaiknya kita tanyakan dulu pada Faisal. Dia bukan anak kecil lagi yang harus kita atur kehidupannya. Cobalah mengerti Mas, bagaimana kalau dia gak setuju dengan keputusanmu kali ini?" ungkap Juwita terlihat kesal dan cemas.

"Juwita, lagi-lagi kamu merasa cemas berlebihan. Kamu jangan khawatir, Faisal pasti mematuhi keputusan kita. Lagipula penyatuan ini baik untuk perusahaan dan baik juga untuk kedua keluarga." Firman Bagasditya menimpalinya.

"Jangan manfaatkan kepatuhan Faisal untuk kamu jadikan alasan ini, Mas. Ini tentang kehidupannya, bukan lagi tentang pendidikan atau karirnya. Kali ini aku gak setuju dengan keputusanmu!" ucap Juwita kesal.

Firman Bagasditya mendekati Juwita satu langkah.
"Kamu dan Faisal harus setuju. Lagipula dia kan sahabat Faisal sejak kecil. Tidak sulit bagi mereka untuk saling mengenal lebih dekat. Bukankah kamu juga menyayanginya? Kenapa kamu sulit sekali menerimanya sekarang? Dia akan jadi menantumu, bukankah dia gadis yang baik?!" kata Firman Bagasditya mencoba meyakinkan Juwita.

"Iya dia memang gadis yang baik tapi setidaknya tanya dulu bagaimana perasaan dan apa keinginan putra kita. Ah sudahlah kamu gak akan mengerti maksudku, Mas." Juwita kesal kemudian bergegas meninggalkan Firman dan pergi ke kamarnya.

Firman hanya mampu menggelengkan kepala menatap langkah istrinya yang semakin menjauh.

"Sayangnya keputusanku sudah mutlak, Juwita. Faisal harus menikah dengannya," gumam Firman Bagasditya sambil mengaitkan kedua tangannya dibelakang dengan penuh wibawa.

Juwita duduk di kasurnya dengan rasa kesal, Firman membuka pintu kamar dan mendekati Juwita,
"Cobalah untuk mengerti, Juwita. Langkah ini akan membuat perusahaan kita semakin besar. Para pegawai kita akan sejahtera. Rama Rahardy dan aku sudah sepakat untuk penyatuan ini dan kamu juga harus setuju Faisal menikah dengan Janis. Mereka akan menikah sebulan lagiz" putus Firman bersikeras.

"Apa!? Nggak Mas, aku gak setuju. Aku gak akan membiarkan Faisalku harus mengorbankan perasaannya hanya demi bisnis. Aku tidak sekejam itu," bantah Juwita.

"Kamu ini bicara apa? Kamu bicara seakan Faisal akan hidup menderita. Aku sudah putuskan tidak ada yang bisa menentangku. Faisal akan menikah dengan Janis. Itu keputusan terakhirku! Tidak seorangpun bisa merubahnya termasuk kamu, Juwita!" tegas Firman Bagasditya sambil mengangkat jari telunjuknya kemudian bergegas menuju pintu keluar kamarnya.

"Ingat ini! Faisal hanya akan menikah dengan Janis!" tambahnya seperti tak terbantahkan. Ia membanting pintu dengan cukup keras.

"Tidaaaakkkk!!!" teriak Juwita terbangun dari tidurnya.

Ternyata semua percakapan dengan suaminya hanyalah sebuah mimpi belaka. Firman Bagasditya yang tertidur disampingnya juga ikut terbangun.

"Ada apa Juwita? Kenapa kamu berteriak?" Tanya Firman sambil mengucek matanya lesu. Juwita terlihat sedang mengatur napasnya.

Our Destiny (Cintaku Adalah Kau)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang