Nama gue Akira Rizaski Wijaya, umur 15 tahun, kelas X IPA 3 SMA Kharisma Negara (KN). Empat fakta tentang gue, pertama, gue gak pernah mau masuk SMA ini, tes aja asal-asalan, tau dah kenapa diterima. Gara-gara IQ tinggi? Gue aja lupa IQ gue berapa. Gue diterima di KN karena terlalu hoki.
Kedua, gue ini siswa yang gak bisa dibilang pinter ataupun bego, gue jarang remed, sama jarangnya dengan gue dapet nilai 100. Nilai gue cuma kisaran 80-90. Beberapa guru bilang gue terlalu main aman, tapi menurut gue itu udah cukup buat mempertahankan posisi gue di 100 besar sekolah.
Ketiga, gue bukan anak keluarga kaya. Ayah gue cuma PNS biasa, ibu gue punya katering dan toko kue kecil-kecilan. Gue bukan anak CEO perusahaan ternama atau anak Gubernur, tapi gue sayang banget sama mereka, karena orangtua gue selalu ngasih yang terbaik buat gue.
Keempat, gue amat sangat bersyukur kepada Tuhan karena nggak ansos di sekolah elit ini. Meskipun lingkaran pertemanan gue cuma sebatas temen-temen sekelas, gue punya empat sahabat yang selalu bisa gue andalkan di situasi apapun. Yang terpenting dari temen itu kualitas, bukan kuantitas.
Pertama, Ezra Ardhani Maheswara. Panggilannya Ezra, anak bungsu dari 4 bersaudara. Kakak-kakak dan ayahnya bisnis ternak lele. Ibunya punya toko kue. Kerjaannya cuma makan makanan bermicin sama main PS. Kalo mau ujian, cuma bengong di pinggir kolam lele Om Budi, gak pernah keliatan belajar. Kalo nggak merenung di kolam, ya dia makan kue buatan Tante Kinara. Di jam pelajaran biasa juga kerjaannya molor doang.
Herannya, dia bener-bener jago pelajaran eksak, terutama di fisika yang bikin gue tercengo-cengo. Maklumlah, IQ 147. Anak yang masuk KN karena terlalu pinter.
Kedua, Nico Pratama. Panggilannya Nico. Idaman semua cewek karena ganteng, tinggi, jago basket, dan tekun belajar. Ayahnya udah meninggal sejak umurnya 6 tahun karena kecelakaan. Terpaksa dia ngurus ibunya yang buta sendirian, mengubur mimpinya jadi pemain basket. Sampai tantenya, adik papa Nico, dateng ke rumahnya, menawarkan diri membiayai sekolah Nico jika dia masuk KN.
Tapi, tantenya itu meremehkan Ibu Nico, Tante Laksmi. Tantenya bilang mana bisa Mbak Laksmi, perempuan buta ini bikin keponakannya masuk SMA unggulan? Nico yang nggak terima mamanya dihina, belajar keras sampai dia berhasil masuk KN. Dia jelas bisa masuk KN karena terlalu tekun.
Yang terakhir, Lintang Dyah Sekartaji, panggilannya Sekar. Jangan ketipu sama namanya yang anggun, aslinya anak cewek satu ini blangsaknya minta ampun.
Mama Sekar itu keturunan Bangsawan Jogja, wajar kalo sikapnya anggun dan elegan. Tapi karena sikap elegan itu gak ada sama sekali di ketiga anaknya, Bima, Juna, dan Sekar, membuat Tante Anjani malas mengurus anak-anaknya, toh, mereka tidak akan menurut.
Terlebih, ayah mereka adalah CEO Pacific Group. Kesibukannya membuat dia kurang meluangkan waktu buat ketiga anaknya. Untuk anak-anaknya, Om Untung hanya tinggal mengeluarkan uang saja. Begitu Sekar dan kedua abangnya bilang benar-benar ingin masuk KN, ayahnya membayar lunas. Tipe anak yang masuk KN karena terlalu kaya.
Ya, kehidupan gue di KN sebenernya emang bener-bener biasa, cuma belajar, main, dan jajan. Tapi semuanya berubah, setelah Kutukan Pak Rahmadi datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Pak Rahmadi
Random"Semua berawal dari kualat gue sama Pak Rahmadi, guru fisika kesayangan gue."