Gue ngusap-ngusap wajah gue di depan kaca tadi lalu gue cubit pipi gue sekeras-kerasnya. Gue gak bangun, ini bukan mimpi.
Dengan pasrah, gue balik ke realita. Mana abis ini ulangan Pak Rahmadi, lagi. Satu-satunya keuntungan gue punya wajah ini adalah bisa nyontek cewek-cewek dengan gampang.
Nggak lah, gue anti nyontek. Enak banget main nyontek-nyontek, cuma bagus di kertas doang, bukan di otak kan?
"Akira, ini caranya gimana?" Helga, humas geng gosip nanya soal latihan dengan muka sok imut.
"Gatau gue, tanya Ezra aja dah!" gue menjawab sekenanya. Bukan karena males, emang gak ngerti.
"Nicoo!" Teriakan Helga kedengeran lagi. Sekarang apa? Pasang muka melas?
Perasaan gue suruh dia nanya Ezra dah? Kok jadi nanya Nico?
"Maaf Hel, gue gak tau yang itu. Tanya Ezra aja deh."
"Ezra! Bantuin dong!" Helga berteriak sepenuhnya, gak pake sok-sok imut lagi.
"Halah, ganggu mimpi gue aja lo!" Ezra yang masih setengah sadar membentak. Bikin Helga menciut.
"Akira, ini gimana?" Sekar, yang kebetulan temen sebangku gue, nanya.
"Pake rumus yang ini aja Kar." gue nunjukin catetan rumus.
"Oke, arusnya 2,5 kan ya?"
"Iya. Tinggal nyari hambatannya."
"Siap, tengs Yak!"
"IIH, KOK PERTANYAAN SEKAR DIJAWAB PERTANYAAN GUE NGGAK?" Helga teriak di kuping gue.
"Ki, yang ini gimana caranyaa?" Britney ikut dateng.
"Iya Ki, masa lo gak tau sih caranya nomer 17?" Fia ikut berkoar.
"Ya gue gak tau caranya, tapi gue nemunya B." gue jawab sekenanya aja.
"Lah itu bukannya A ya?" kata Bella.
Ye ngapain lo nanya gue kalo udah tau jawabannya?
"Ya gatau!" Gue menyentak cewek-cewek yang mulai berkerumun.
"Ih, Akira, itu caranya pake rumus..." Britney mulai berkoar.
"Kalo udah tau ngapain pada nanya gue sih? Gue juga belom selesai, jadi keganggu mau ngerjain. Maaf."
Asli, gue emosi.
"Abisnya Akira cuma jawab pertanyaan Sekar doang sih." Helga membuat ekspresi duckface yang bikin gue eneg.
"Ya emang--"
"Karena gue gak sepinter lo lo pada. Lo nanya soal susah yang cuma bisa dikerjain Ezra. Gue nanya soal yang Akira ngerti, jelas kan kenapa dia ngeladenin gue?" Sekar menunjuk-nunjuk kerumunan cewek di meja kami dan sukses mengintimidasi serta bikin kabur para local chili.
"Oh iya, ini bener kan?" Sekar menyodorkan kertas latihan soalnya.
"Nah, itu lo bisa. Ada gunanya kan tadi belajar sama si Ezra pas istirahat daripada nunggu gue beli seblak."
"Iye juga, udah kelar semua nih, gue tidur yak! Bangunin kalo ada Pak Rahmadi."
Gue ngeliatin Sekar yang udah tidur. Enak banget keliatannya. Gue juga mau tidur tapi nggak bisa.
Sekelebat, gue denger bisikan para cabe bernyawa di kursi belakang.
"Dasar si Sekar, sok jual mahal." Fia berbisik-bisik.
"Padahal mah dia cuma caper sama Akira, biasa, cabe." Bella ikutan nyinyir.
"CABE KOK TERIAK CABE!" Joy dengan nyinyirnya berkomentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Pak Rahmadi
De Todo"Semua berawal dari kualat gue sama Pak Rahmadi, guru fisika kesayangan gue."