Senja Senayan

69 1 0
                                    

Terik matahari yang menggerogoti Jakarta membuat tubuhku terasa hangat, gerah, dan sesekali mengusap keringat. Waktu kian berputar menelusuri dentang detik demi detik yang terkumpul menjadi menit, dan jam. Aku cukupkan kuliah hari ini tepat pukul 16.00.
Untaian janji sore ini telah ada dalam list pertemuan spesialku dengan seseorang. Yah kamu. Masih juga kamu yang berkutat di hati dan pikiranku, masih saja kamu yang berlalu lalang tepat di denyut nadiku, masih saja kamu dengan segumpal cerita yang penuh teka teki. Kamu dan kamu.....
Aku telusuri jalan yang menembus waktu tepat di balik senja aku duduk disalah satu kafe Senayan. Satu hingga 15 menit kemunculanmu masih penuh tanda tanya, tak jua ku jumpa wajah khasmu itu tepat dimataku, hatiku udah tak karuan.
Dua puluh menit berlalu, jalan tegap dengan langkah besar udah terlihat semakin dekat menujuku, aku lambaikan tangan, senyum, kau hanya membalas dan berucap "sorry, hujan".
Aku luluh.....
Dibalik senja Senayan itu, kau bercerita banyak hal, tentang kuliahmu, sesekali membahas politik, kita terlarut dalam diskusi panjang yang ingin aku teruskan hingga besok, lusa, setahun, hingga selamanya. Tapi jujur, waktu bernyawa, dan nyawa akan habis tepat pada masanya. Aku menikmati sore itu dengan terus menatap mata coklat berbulu mata lentikmu, "Indah ciptaan Tuhan ini" batinku. Aku terhanyut......
Detik kian berganti menit, menit kian berganti jam, aku masih terus menikmati semua ceritamu, "tolong jangan hentikan ini, Tuhan, karena besok, lusa dan seterusnya tidak akan ada dia lagi di hidupku"bisikku menyayat hati.
Namun waktu enggan berdialog denganku, dan memilih pergi dengan sombongnya menghentikan diskusi malam itu.
Ada satu hal yang teramat ingat tepat di pikiranku, "aku mau liat novelmu" ucapnya. Aku tertegun malu, sementara hati kian berbisik "bagaimana bisa aku menunjukkan semua cerita dalam novelku, sementara isi dari novel tersebut semua tentang dirimu"
Aku hanya membalas dengan "nanti aja tunggu viewersnya banyak" palingku.
Malam itu memang menjadi klimaks untuk kita, pertemuan terakhir, komunikasi terakhir, dan hari-hari indah pupus sudah, malam itu ya tepat malam itu, dibalik senja Senayan.

Teruntuk Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang