Hadiah Pahit

71 2 0
                                    

Hari ini kamu hadir kembali, seakan lupa dengan masalah kemarin. Dan tetap saja bodohnya aku membiarkan kamu dengan bebas datang dan pergi.
Hati...
Yaa karena hati aku pun lupa dengan perilaku mu kemarin, seakan hari ini kau tidak akan menyakitiku lagi, aku kalut.....
Biarlah kemarin menjadi hari yang lalu, hari luka untuk hatiku, tapi tidak hari ini dan esok, batinku.
Kamu kembali terlihat lebih baik dari kemarin, aku semakin lupa bahwa kamu akan pergi dan tidak untuk kembali ke hidupku lagi.
Malam itu, kamu merencanakan sesuatu kepadaku.
Sesuatu yang kupikir cukup membuat hatiku berdesir bukan kepalang.
Yaa setelah 1 tahun yang lalu adalah pertemuan terakhirku dengan mu, kau merencakan suatu pertemuan baru.
Aku tidak bisa menahan senyum-senyum kecil sembari melihat layar handphoneku malam itu.
Namun, dibalik goresan senyum tipis yang kutorehkan dibibirku dan degupan kecil yang bernada di jantungku, ada rasa ketakutan yang teramat dalam di hati.
Aku takut setelah kita jumpa nanti, kau hilang, pergi dengan lugas, meninggalkanku dengan senyuman khas wajahmu di pertemuan itu.
Padahal, bukan hadiah itu yang aku mau.
Aku menginginkan hal sama seperti kemarin, meski aku menahan rindu di tengah hujan, meski aku menahan sakit di kala sepi. Aku mau kita terus komunikasi hingga nanti.
Aku egois ? Ya aku cukup egois untuk perasaan ini.
Tapi inilah aku yang hanya ingin kau tetap ada di sisiku meski aku tak bisa bertatap mata denganmu, inilah aku yang masih butuh bimbingmu hanya dengan via chat-chat lucu di sepanjang hari, aku udah bahagia.
Cinta ini  terlihat lucu, egois, namun aku tetaplah aku, aku mencintaimu dan bertahan untuk itu, namun kau memilih untuk menyudahinya, dan aku tidak bisa apa-apa.

Teruntuk Patah HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang