9

5K 253 5
                                    

"Dia memang sulit untuk dimengerti. Terkadang terlihat dingin dan kejam, namun sedetik kemudian bisa berubah menjadi amat baik. Apakah aku benar-benar mulai mencintainya?"
Zhavanya Abigail
*******

"Darimana saja dirimu? Kenapa meninggalkan ruangan tanpa memberitahuku?" terdengar suara bariton lelaki yang amat dikenalinya.

Vanya menoleh, memastikan pendengarannya tidak salah. Dan benar saja, disana berdiri seorang lelaki yang kelak akan menjadi suaminya.
"Maaf Tuan, tadi saya pergi bersama...".

"Dia pergi bersama Kakek. Apakah tidak boleh Kakek mengajak calon cucu menantunya untuk makan siang bersama?" sela Kakek Marlo yang baru saja tiba didepan meja kerja Vanya.

"Kenapa Kakek tidak mengajakku?" Malvin sedikit menaikan nada bicara.

"Tenanglah. Apakah kau cemburu jika calon istrimu ini Kakek bawa pergi?" goda Kakek Marlo pada cucunya itu. Dan Malvin hanya bisa memutar bola matanya malas menanggapi becandaan Kakeknya.

"Itu tidak lucu Kakek!" singkanya.
"Dan untukmu, Vanya. Selalu kabari saya jika kamu ingin meninggalkan tempat!" tambahnya menatap tajam kearah Vanya.

"Ba..baik Tuan" ucap Vanya gugup akan tatap Malvin yang seakan ingin membunuhnya.
Sungguh, baru kali ini Vanya melihat tatapan Malvin yang menakutkan itu. Dan dia berjanji, cukup sekali ini saja dia membuat calon suaminya marah. Dia tak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi, dia sungguh-sungguh menyesal.

"Sudahlah! Kenapa kau memarahinya seperti itu? Kakek yang memaksanya agar tak memberitahumu, karena nantinya Kakek akan menemuimu" bela Kakek Marlo pada calon cucu menantunya itu.

"Tapi ini kantor Kakek! Tidak semestinya dia berbuat seperti itu! Dia harus bersikap profesional meskipun dia ini calon istriku!".

"Sudah-sudah. Ayo keruanganmu, Kakek ingin bicara!" Kakek Marlo berusaha menyela kemarahan Malvin, dan menarik tangannya untuk kembali memasuki ruangannya.

Sedang Vanya masih mematung ditempatnya. Dia tak menyangka jika Malvin akan semarah ini padanya. Mungkin ini juga kesalahannya, yang pergi tanpa meminta ijin dahulu kepada atasannya itu.
"Maaf. Aku tak akan mengulanginya lagi, Malvin" gumam Vanya dengan wajah sedihnya.

🍃🍃🍃🍃🍃

"Tidak seharusnya kau berikap seperti itu kepada Vanya" nasihat Kakek Marlo saat sudah memasuki ruangan Malvin dan mendudukan diri disoffa.

"Malvin hanya ingin dia bersikap profesiolan dan memenuhi segala tanggung jawabnya dengan baik" jelas Malvin.
"Dia memang calon istri Malvin, Kakek. Namun disini, dia juga bekerja sebagai sekertaris Malvin. Dan Malvin sangat tidak suka, jika sekertaris Malvin pergi tanpa ijin" tambahnya dengan penuh penekanan diakhir kalimatnya.

"Jangan bersikap terlalu keras seperti itu. Lagi pula ini bukan salahnya, ini salah Kakek yang melarangnya untuk meminta ijin padamu" Kakek Marlo kembali membela Vanya, karena memang ini bukan kesalah gadis tak berosa itu.

"Sudahlah, tidak perlu dilanjutkan! Untuk apa Kakek kesini menemuiku? Apakah ada hal yang penting?" tanya Malvin mencoba mengakhiri perdebatan mereka.

"Kekak sudah menentukan hari yang tepat untuk pernikahanmu dengan Vanya".

"Hari pernikahan?".

"Iya, kenapa kau terkejut seperti itu? Kau tidak ingin cepat-cepat menikah dengan Vanya?".

"Ingin. Memang kapan harinya?".

"Bulan depan. Dan minggu depan, ajak Kakek untuk menemui keluarga Vanya!".

"Untuk apa?".

"Untuk meminangnya".

"Malvin sudah berbicara dengan kedua orang tua Vanya, Kakek".

"Tapi Kakek belum bertemu dengan mereka. Bagaimana orang tua Vanya bisa mempercayakan putri mereka kepada lelaki yang hanya bermodalkan omongan saja!".

"Aku bukan lelaki seperti itu Kakek! Lagi pula orang tua Vanya juga sudah mengetahui latar belakan keluarga kita".

"Tetapi tetap saja Kakek harus menemui mereka. Kakek tidak ingin mereka meragukan keseriusanmu!" jelas Kakek Marlo menatap Malvin yang mulai jengah dengan pembicaraan ini.

"Baiklah, terserah Kakek saja" singkatnya.

Ditengah pembicaraan mereka yang akan berakhir itu, tiba-tiba Vanya datang dengan nampan berisi dua cangkir coklat hangat untuk Malvin dan Kakeknya.
"Permisi Tuan, saya membawakan coklat hangat untuk anda dan juga Kakek" ucap Vanya hati-hati. Dia takut jika Malvin masih marah kepadanya.

"Letakan dimeja!" pinta Malvin datar.

Vanya hanya mengangguk dan mulai meletakkan cangkir tersebut dihadapan Malvin dan Kakek Marlo.
"Kalau begitu saya permisi dulu Tuan" pamit Vanya.

"Tunggu, Vanya!" cegah Kakek Marlo.
Vanya kembali memutar badannya menghadap Malvin dan juga Kakeknya.
"Malvin ingin berbicara sesuatu" tambahnya.

Malvin menaikkan alisnya, seolah tak mengerti dengan ucapan Kakeknya itu.
"Aku tidak...".

"Kau harus minta maaf padanya, untuk sikap burukmu tadi!" jelas Kakek Marlo menyela ucapan cucunya.

"Tapi...".

"Ayolah, Malvin! Bersikaplah layaknya lelaki sejati!" tegas Kakek menatap tajam kearah cucunya.

"Baiklah" Malvin mulai menyerah dengan perdebatan ini. Dan dia pun akhirnya mau untuk meminta maaf kepada Vanya.
"Maafkan aku karena tadi memarahimu!" ucapnya datar.

"Tidak, Tuan. Saya yang seharusnya meminta maaf karena pergi tanpa meminta ijin. Saya berjanji tidak akan mengulangi kesalahan ini lagi" balas Vanya menundukkan kepala.

"Sudahlah, apa aku dimaafkan?" tanya Malvin dengan senyum palsunya.

"Iya, saya memaafkan Tuan" balas Vanya ikut tersenyum.

"Nah, ini baru cucu-cucu Kakek. Semoga kalian selalu akur dan bahagia" ucap Kakek Marlo yang bergantian menatap keduanya.

"Kalau begitu saya permisi untuk kembali bekerja" Vanya mulai keluar dari ruangan Malvin dan kembali duduk dimeja kerjnya.

Dia merasa lega, akhirnya Malvin tak lagi marah padanya. Dia benar-benar sudah terjerat oleh posana seorang Malvin Hugo, hingga dia pun seolah buta akan setiap keburukan yang ada pada diri lelaki tersebut.
"Dia memang sulit untuk dimengerti. Terkadang terlihat dingin dan kejam, namun sedetik kemudian bisa berubah menjadi amat baik. Apakah aku benar-benar mulai mencintainya?" gumam Vanya yang kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya.

To Be Countinued 😊
Karena LC sudah publis cepet, bisa minta votenya? Kalian cuma tinggal sentuh tanda ⭐ aja kok 😊 nanti kalau banyak votenya, LC usahain publis cepat lagi 😉

Look At Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang